Malam harinya, Liam, Luna dan Laura duduk di meja makan, mereka memesan pizza untuk makam malam mereka. Ketika sedang menikmati hidangan di depan mereka, tiba tiba Liam memanggil keduanya,
“Luna, Laura,”
Luna dan Laura yang sedang tertawa tawa mendadak berhenti dan menoleh melihat Liam yang berwajah serius,
“Ku rasa situasi kan sudah aman, James tidak mungkin berani lagi mengganggu kalian, apa kalian mau tetap di sini ?” tanya Liam.
Wajah Luna dan Laura langsung berubah, mereka menaruh pizza mereka di piring, kemudian suasana menjadi kaku,
“Kamu ga mau kita di sini ya ?” tanya Luna.
“Loh bukan gitu, awalnya tujuan aku mengajak kalian kemari kan karena situasi belum aman, tapi sekarang kan seharusnya sudah aman karena aku yakin James tidak akan mengganggu kalian lagi, aku bertanya kepada kalian, apa kalian mau pulang atau tetap mau di sini bersama ku,” jawab Liam dengan penuh penjelasan.
Luna dan Laura terdiam, mereka saling menoleh melihat satu sama lain, kemudian mereka menunduk melihat pizza yang sudah mereka gigit di meja,
“Menurut kamu gimana ? kalau kamu ingin kita pergi, kita pergi,” ujar Laura.
“Iya benar, kita ikuti kemauan kamu saja,” tambah Luna.
“Haaaah...begitu ya,” balas Liam sambil bersandar dan mengusap rambutnya.
Ketiganya kembali diam dan suasana kembali menjadi hening, Liam menoleh melihat sekitar ruangannya, dia melihat mulai dari ruang tengah, sofa, tempat latihan, dapur dan kamar, hantu Grace di dalam ingatannya sudah tidak keluar lagi walau masih menyisakan rasa sakit di hatinya, kemudian dia menoleh melihat Luna dan Laura, setelah itu dia melihat sekeliling sekali lagi, kali ini yang keluar malah hantu Luna dan Laura yang berkeliaran mengenakan kaus kebesaran miliknya. Liam tersenyum kecil dan menunduk, akhirnya dia menatap keduanya yang nampak cemas,
“Baiklah kalau gitu, habis ini kita ke apartemen kalian ya,” ujar Liam.
Wajah Luna dan Laura langsung berubah menjadi sedih, namun mereka tetap mempertahankan senyum mereka,
“Iya, terima kasih ya sudah menolong kita selama ini,” ujar Luna.
“Besok kita mulai bekerja ya, jadi setiap hari bisa ketemu juga walau ga sama sama,” tambah Laura.
“Loh...kalian mau pulang ke apartemen kalian ?” tanya Liam kaget.
“Loh bukannya kamu minta kita pulang ?” tanya keduanya bersamaan.
“Oh maksud ku, kita ke apartemen kalian mengambil barang barang kalian kemudian di bawa kemari,” jawab Liam tersenyum.
Wajah Luna dan Laura langsung kaget, mereka kembali menoleh melihat satu sama lain, kemudian mereka melihat Liam,
“Kamu...yakin ?” tanya Luna.
“Hmm gimana ya, kalau kalian pulang aku sendirian, saat ini aku sedang tidak mau sendirian, kita sama sama tahu kan, kejadian yang menimpa kita semua, bukankah lebih bagus kalau kita sembuh bersama sama ?” tanya Liam.
“Hmm bener juga sih,” jawab Laura.
“Ok ya, habis ini kita ke apartemen kalian, dekat kan lokasinya,” balas Liam.
“I..iya, makasih ya Liam, tapi kalau kita ga pulang, kamu tidur di sofa terus dong ?” tanya Luna.
“Ah sementara, aku berniat membuat kamar lagi di lantai dua,” jawab Liam santai.
Wajah Luna dan Laura kembali ceria namun air mata membasahi pipi mereka, Liam tersentak kaget kemudian menjulurkan kedua tangannya mengusap air mata Luna dan Laura,
“Aduh kenapa ?” tanya Liam.
“Hehe...kita seneng,” jawab Luna.
“Iya, baru kali ini ada orang yang baik sama kita,” balas Laura.
“Hahaha...ayo makan lagi, masih banyak,” balas Liam yang kembali mengambil pizza nya.
“Iya,” balas keduanya sambil menyeka air mata mereka.
Setelah makan, ketiganya keluar menuju ke apartemen Luna dan Laura. Ketika sampai, mereka mengambil koper dan memasukkan semua pakaian pakaian mereka. Liam menunggu di luar apartemen sambil bersandar di dinding dan melihat smartphone nya, dia melihat situs berita, blog dan sosial media. Posting dari Grace kemarin masih ada dan semakin banyak yang melihat nya, namun ketika dia membukanya lagi, dia sama sekali tidak merasakan apa apa di hatinya.
Saat itulah dia sadar kalau dia sudah tidak menganggap Grace sebagai bagian hidupnya, dia hanya menganggap Grace bagian masa lalu dan pelajaran baginya, saat ini Grace sudah menjadi orang lain baginya. Sakit hati yang di alaminya bukan karena pengkhianatan Grace, melainkan karena dia marah pada dirinya sendiri yang membiarkan Grace menginjak injaknya dan membuat dirinya kecil,
“Kalau di pikir pikir lagi....yang gue rasain sama Grace itu bukan cinta, hanya ilusi cinta yang memabukkan, sekarang semuanya terlihat jelas dan gue sekarang akan menjadi diri sendiri lagi seperti sebelum bertemu Grace,” ujar Liam dalam hati.
“Dling,” tiba tiba sebuah pesan masuk ke dalam smartphone nya, dia melihat layarnya, pengirim pesannya adalah Kyle dan dia langsung membukanya, isi nya adalah sebuah foto yang menampilkan Grace sedang duduk di bar mengenakan gaun hitam ketat rok mini, rambut tergerai ke belakang dan tas bermerek nya. Dia terlihat sedang di kelilingi oleh banyak pria namun wajahnya menunjukkan senyum yang di buat buat dan nampak sedih.
Liam yang melihatnya tersenyum, tidak ada perasaan yang muncul ketika dia melihat foto itu, kemudian dia membalas pesan itu dengan terima kasih dan seperti biasa, Kyle hanya membalas dengan emoticon ibu jari naik ke atas. “Klek,” pintu di buka, Luna dan Laura keluar membawa dua buah koper besar dan masing masing membawa tas punggung. Liam mengantungi smartphone nya dan menarik kedua kopernya membantu kedua gadis kembar itu.
Mereka berjalan sambil berbincang bincang dengan ceria dan berencana mengembangkan kafe sampai memiliki banyak cabang seantero kota. Liam hanya mengangguk angguk mendengar ucapan kedua gadis yang mengapit nya dan memberi sedikit masukannya. Tapi langkah mereka terhenti ketika melihat sebuah mobil sedan berhenti di depan kafe dari kejauhan. Terlihat seorang wanita berdiri sambil menyilangkan lengan di dada dan di sebelahnya ada seorang pria berpakaian jas.
“Siapa ?” tanya Luna.
“Kenalan kamu Liam ?” tanya Laura.
“Hmm tidak tahu, tidak kelihatan, ayo kita dekati,” jawab Liam.
Ketiganya berjalan mendekat, sang wanita menoleh melihat Liam berjalan bersama Luna dan Laura yang mengapitnya dan membawa koper, dia melepaskan lengannya kemudian berjalan menyambut Liam.
“Halo Liam, apa kabar,” ujar sang wanita.
Liam langsung mengenali siapa wanita cantik yang berdiri di depannya itu, Luna dan Laura langsung maju selangkah berdiri sejajar dengan Liam, sang wanita melihat keduanya,
“Oh...aku ganggu ya,” ujar sang wanita.
“Tidak apa apa, apa kabar kak Claire,” balas Liam.
Pria yang berdiri di belakang Claire maju ke depan, tangannya menggandeng pinggang Claire dan tersenyum melihat Liam.
“Apa kabar Liam, sudah lama sekali kita tidak bertemu,” ujar sang pria.
“Iya kak Zack, kita memang sudah lama sekali tidak bertemu,” balas Liam tersenyum.
“Boleh kita bicara sebentar ?” tanya Claire.
Luna dan Laura langsung menarik Liam mundur selangkah, kemudian mereka memanjat pundak Liam sampai membuat Liam menunduk sedikit dan berbisik di telinga Liam.
“Siapa Liam ?” tanya Luna.
“Iya, kamu kok kenal ?” tanya Laura.
“Dia Claire, kakak Grace dan suaminya Zack, mereka tidak ada di posting kemarin kan, mereka punya rumah sendiri dan sejauh ini mereka orang baik,” ujar Liam.
“Oh...gitu, keluarganya si Grace toh,” balas Luna.
“Duh mereka memang mau bicara apa ?” tanya Laura.
“Aku tidak tahu, kita dengarkan dulu mereka mau bicara apa,” jawab Liam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments