“Ugh,” Liam terbangun, dengan perlahan dia membuka matanya, dia menoleh melihat sinar matahari masuk melalui celah celah tirainya,
“Oh sudah pagi,” gumannya dalam hati.
Tapi ketika dia hendak bangun, “hek,” tiba tiba dia merasakan tubuhnya sangat berat, Liam mendongak ke bawah dan matanya seketika membulat, ternyata Luna dan Laura tidur bersamanya bertumpuk di sofa dan menindih dirinya.
“Waduh....kok gini ?” tanya Liam dalam hati.
Sensasi kehangatan dan kelembutan tubuh keduanya pun mulai merambat menyapa tubuh Liam, harum tubuh mereka pun mulai terhirup olehnya dan dia langsung takut sesuatu yang sudah lama tidak di sentuh akan bangkit,
“Aduh gawat....gawat....gawat....darah mulai mengalir ke junior gue,” ujar nya dalam hati.
Liam berusaha melepaskan tangannya, ketika terlepas dia memegang pundak Luna dan Laura yang menindihnya, namun ketika dia hendak membangunkan keduanya, “krrrr....krrrr,” terdengar dengkuran halus dari keduanya, Liam mendongakkan kepalanya ke bawah sekali lagi, wajah keduanya tidak terlihat karena kepala mereka tepat berada di dadanya dan hanya terlihat rambut mereka, tangannya menyambar smartphone milik Luna di meja, dia membuka kamera kemudian mengarahkannya pada mereka.
Dia melihat Luna dan Laura masih tertidur pulas melalui kamera sehingga membuatnya tidak tega membangunkan mereka. Akhirnya dia menaruh kembali smartphone nya di meja dengan pikiran jernih, kedua tangannya turun dan merangkul keduanya dengan lembut.
“Sudahlah, kemarin mereka mengalami hal yang berat, biarkan mereka tidur,” ujar Liam dalam hati.
Liam merebahkan kembali kepalanya, namun matanya tetap terbuka karena dia sudah segar, kemudian sebelah tangannya terangkat mengambil smartphone miliknya dan menyalakannya kembali lupa apa yang terjadi semalam. Begitu smartphone nya menyala, “dling...dling...dling,” smartphone nya langsung berdenting tak henti henti, dia menjauhkan nya berharap suaranya tidak membangunkan Luna dan Laura.
Akhirnya dia menyelipkan smartphone nya di bawah sofa agar tidak terdengar suaranya, “huuuf,” Liam menghembuskan nafasnya dan mendongakkan kepalanya, dia melihat Luna dan Laura masih tidak bergerak di dadanya.
“Hampir aja membangunkan mereka, ampun deh (teringat telepon dari Mason semalam) ah....pasti yang semalam,” ujar Liam dalam hati.
Setelah tidak ada bunyi lagi, tangan Liam turun ke bawah dan mengambil smartphone nya, ketika melihat layarnya, mata Liam membulat seketika, dia melihat ada 74 missed call, 34 pesan, 5 email dan 4 posting istagram,
“Woaaah...ada apa ini ?” tanyanya dalam hati.
Jarinya mulai bermain layar smartphone, dia melihat seluruh missed call nya, pertama dari Mason, di susul Rachel, Claire kakak perempuan Grace, Antoni ayah dari Grace, Amanda sepupu dari Grace yang tidak pernah bicara dengannya dan terakhir Charles, paman dari Grace yang selalu bicara besar seakan akan dunia ini miliknya dan tahu segalanya.
“Hah...pada mau ngapain sih ini ?” tanya Liam.
Dia membuka rentetan pesan di aplikasinya, hampir seluruhnya dari orang orang yang menelponnya semalam, mereka tidak mengatakan apa apa hanya mengatakan kalau mereka ingin bicara mengenai Grace. Tapi ada satu pesan yang menarik perhatian Liam, pesan dari Kyle yang masuk sekitar jam enam pagi sebelum Liam bangun. Tanpa ragu lagi dia membukanya, isi pesannya hanyalah sebuah video dan sebuah pesan suara yang di forward pada dirinya.
Liam menekan tombol play nya dan melihat adegan James bertengkar dengan Grace di dalam kamar hotel, keduanya mengenakan jubah tidur namun terlihat sekali James marah marah, wajah tampannya terlihat mengerikan dan merah padam. Grace terlihat menangis dan sepertinya dia berusaha membela diri dari bahasa tubuhnya. Video berakhir dengan di usirnya Grace dari kamar hotel kemudian James duduk di tepi ranjang dengan tangan menopang keningnya. Video berdurasi tiga menit itu tidak memiliki suara sama sekali, sepertinya di rekam dari gedung di seberang hotel.
Mata Liam mengarah kepada pesan suaranya, jarinya maju mundur ingin menekan tombol play karena dia masih tidak siap mendengar apa isi pesan suaranya dan dia takut membangunkan Luna dan Laura yang masih terlelap di dadanya. Namun rasa penasaran akhirnya menang, dia memperkecil volume nya dan mendekatkan smartphone nya ke telinganya, pesan suara itu adalah percakapan antara James dan Grace, jauh sebelum terjadi pertengkaran di video.
“Kenapa lo ga bilang kalau si Liam itu CEO,” ujar James.
Setelah kalimat itu, tidak ada suara selain nafas kedua orang di kamar itu, tapi tak lama kemudian,
“Hah...lo ngigo ya, mana mungkin pria miskin itu CEO, kalau dia CEO kafe gue percaya, lagipula harusnya dia sudah bangkrut kan sekarang,” balas Grace dengan nada yang santai seakan akan James bercanda.
“Dia kasih lihat gue buktinya, dia bener bener CEO, emang selama lo jalan ama dia, lo ga tau ? buta lo ya, padahal lo setiap hari sama dia,” balas James dengan nada mulai tinggi.
“Jangan bercanda, ini udah malem, gue tau bokap lo lagi kena kasus, tapi jangan lo lampiasin ke gue dong, gue milih lo daripada dia,” ujar Grace.
“Justru itu, karena lo milih gue, dia jadi menghancurkan gue dan keluarga gue, bahkan calon istri gue aja sekarang sama dia, keterlaluan lo emang,” balas James tajam.
“A..apa ? lo masih mikirin si Luna ? dia udah kelaut kan, bukannya lo udah janji mau sama gue selamanya,” ujar Grace dengan suara gemetar.
“Hah...kapan gue bilang gue mau ama lo selamanya, lo cuman mainan gue, sekarang gue patah hati karena orang yang benar benar gue cintai sudah pindah tangan ke mantan calon suami lo yang kaya raya dan ga mungkin di sentuh siapa siapa, lo bikin hidup gue hancur, lo tahu ga,” teriak James.
Dan pesan pun berhenti sampai di sini, Liam terdiam, ada perasaan puas, senang dan bangga di hatinya, tapi juga ada perasaan yang gelap, dingin dan bebas di hatinya, selain sakit hati. Tanpa sadar senyum tipis muncul di wajah Liam. Jarinya mulai bergerak gerak mengetik pesan balasan kepada Kyle dan mengucapkan terima kasih. Kyle hanya membalas dengan satu emoticon yaitu emoticon ibu jari yang naik ke atas.
Liam menaruh smartphone nya di meja, kemudian dia mendongak melihat kedua gadis yang tidur di dadanya, tapi matanya membulat karena dia melihat wajah Luna dan Laura yang sedang melihat dirinya walau mata mereka baru setengah terbuka,
“Halo...sudah bangun ?” tanya Liam.
“Ugh....udah, apa itu barusan ?” tanya Luna.
“Iya, siapa yang berteriak ?” tanya Laura.
Keduanya megangkat tubuh mereka dan duduk menindih Liam sambil mengucek matanya kemudian sesekali menguap.
“Um...bisa pindah dulu ?” tanya Liam.
“Huh ?” tanya keduanya.
Setelah kesadaran mereka pulih, keduanya langsung sadar kalau mereka duduk di atas tubuh Liam, mata keduanya langsung terbuka lebar kemudian keduanya melompat turun dari sofa, Liam bangun kemudian meregangkan tubuhnya,
“So..sori Liam,” ujar Luna.
“I...iya, kita ketiduran,” tambah Laura.
“Tidak apa apa, tenang saja, kalian enteng,” balas Liam tersenyum.
“Tadi...itu apa ?” tanya Luna.
Tanpa ragu, Liam menggeser smartphonenya ke samping, layar smartphone masih menampilkan riwayat chat dari Kyle. Laura menjulurkan jarinya dan menekan tombol play video nya, keduanya menonton adegan James marah marah kepada Grace yang awalnya balas marah, kemudian terlihat memohon pada James dan akhirnya pergi meninggalkan James sendiri di kamar. Ketika sudah selesai, keduanya menoleh melihat Liam dengan wajah penuh tanda tanya,
“Dengarkan dulu pesan suaranya, teks film bisu yang tayang barusan,” ujar Liam.
Luna menekan tombol playnya kemudian Liam memperbesar volume nya, suara James dan Grace kembali mengisi ruang tengah tempat mereka duduk. Selesai mendengarkan pesan itu, Luna dan Laura diam mematung menatap smartphone yang sudah tidak berbunyi lagi di atas meja.
“Gimana rasanya ?” tanya Liam.
“Lega, puas, senang, clear dan lain sebagainya,” jawab Luna langsung.
“Sama...aku juga, walau aku sudah tahu endingnya bakal seperti ini sejak kemarin,” tambah Laura.
“Kemungkinan besar, Grace kembali ke keluarganya dan menceritakan semua ke keluarganya, itu sebabnya smartphone ku di hujani missed call dan pesan pesan tidak jelas yang intinya mengajak ku bertemu,” ujar Liam.
“Mau apa ? karena tahu kamu CEO dan bilioner ? kemarin rasanya waktu datang, adik dan ibu Grace langsung menuduh mu kan ? begitu dikasih lihat video baru diam,” ujar Luna.
“Kurasa mereka tidak tahu, itu sebabnya mereka ingin cari tahu,” tambah Laura.
“Hmmm,” gumam Liam sambil melihat tanggal hari ini di smartphone nya, dia juga melihat jam yang sudah menunjukkan waktu jam 10 siang, senyum lebar langsung menghiasi wajahnya,
“Kenapa ?” tanya Luna.
“Aku tahu kenapa mereka kelabakan menelpon ku semalam,” ujar Liam.
“Kamu tahu ?” tanya Laura.
“Ya, kemarin tanggal jatuh tempo cicilan rumah mereka, biasanya aku yang membayarnya....hmm tidak juga, biasanya ku bebaskan karena mereka mengambil kredit melalui bank milik ku, tapi sekarang bukan kewajiban ku lagi,” ujar Liam tersenyum.
“Oh...gitu,” ujar Luna dan Laura dengan wajah datar.
“Begitulah keluarga Grace, sebenarnya selama mereka bermewah mewah dan bersenang senang tanpa memikirkan uang, aku selalu menopang mereka diam diam, tapi sekarang biar mereka mencari uang sendiri untuk membayar cicilan rumah mereka dan gaya hidup mereka yang mewah,” ujar Liam.
“Sudah berapa lama kamu membiayai kehidupan mereka ?” tanya Luna.
“Hampir tiga tahun dan aku selalu membebaskan cicilannya, tapi setelah ini, tagihan satu tahun yang belum di bayar pasti akan membuat rumah mereka di sita hehe,” jawab Liam.
“Oh bener juga haha,” balas Laura.
Ketiganya mulai mengobrol dengan santai walau rambut ketiganya masih acak acakan karena baru bangun tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Aqlul /aqlan
siip...lanjutkan...mantap
2025-04-14
0