Chapter 12

Setelah pintu tertutup dan Robert sudah keluar, Liam berdiri, kemudian menoleh melihat Luna dan Laura yang menunduk sambil tersenyum,

“Aku ambilkan minum, mau minum apa ?” tanya Liam.

“Um...apa saja,” jawab Luna.

“Sama...apa saja,” tambah Laura.

“Baiklah, wine saja,”

Liam berjalan ke bar, dia mengambil sebotol wine dan tiga buah gelas, kemudian dia kembali duduk di seberang Luna dan Laura sambil meletakkan botol wine nya dan tiga buah gelas di meja. Liam membuka tutup botolnya kemudian menuangkan isinya mengisi tiga gelas di depannya, dia memberikan dua gelas untuk Luna dan Laura, kemudian mengambil gelas nya sendiri dan duduk dengan santai bersandar ke sofa sambil menaikkan kakinya.

Liam meminum sedikit wine nya, kemudian dia menoleh melihat dua gadis kembar identik di depannya yang sedang menatap dirinya dengan penuh tanda tanya,

“Kenapa ?” tanya Liam.

“Tidak apa apa....aku masih tidak percaya saja,” ujar Luna.

“Iya...sama, perasaan yang aku tahu kamu hanya kuliah dan membuka kafe saja,” tambah Laura.

“Haaah...tadi aku sudah jelaskan alasan ku kan, aku senang kehidupan sederhana dan sebenarnya aku kurang suka dengan suasana mewah seperti di kantor ini,” ujar Liam.

Liam menatap wajah Luna dan Laura yang tersenyum lebar dengan mata berbinar binar dan pipi yang merona merah. Keduanya mengambil gelas mereka dan minum bersama sama,

“Kenapa ? alasan ku lucu ?” tanya Liam.

“Tentu saja tidak, sebaliknya, aku senang mendengarnya, ternyata masih ada orang seperti mu di dunia ini,” jawab Luna.

“Benar, aku melihat kakak ku Alex dan James yang selalu bersikap sombong, suka merendahkan orang lain, harus memakai pakaian bermerek, pintar berbicara seakan akan mereka menguasai semua nya dan pamer kekayaan gemerlap di setiap ada kesempatan, padahal.....mereka jauh di bawah kamu,” ujar Laura.

“Hmm aku malah benci dengan orang seperti mereka,” balas Liam.

“Tapi...Grace tidak tahu soal ini ?” tanya Laura.

“Aku masih belum mengerti kenapa kamu menyembunyikan semua dari dia, apa kamu mencurigai dia dari awal ?” tanya Luna.

Liam terdiam, dia tersenyum sambil memutar mutar wine di dalam gelasnya dan melihatnya, kemudian dia minum seteguk kemudian kembali menatap Luna dan Laura.

“Karena dia tidak melihat ku, yang dia lihat hanya bagian luar ku, dia sama sekali tidak sadar kalau rumah tempat tinggal ku di lantai 3 kafe sudah di rubah sedemikian rupa sesuai keinginan nya, dia tidak menyadari kalau penghasilan kafe tidak akan bisa membeli semua  itu, dengan kata lain, dia tidak melihat ku kan, berbeda dengan kamu Luna,” ujar Liam.

“Kakak ?” tanya Laura sambil menoleh melihat Luna.

“Kakak mu kemarin ku perlihatkan sisa rekening milik kafe ku, dia cukup panik, dia langsung membuat rencana penyelamatan keuangan kafe dan minta gajinya di kurangi (menoleh melihat Luna) tapi ketika kamu melihat ku tenang tenang saja, kamu juga tenang dan percaya pada ku kan Luna, walau ada yang kamu tanyakan kemarin,” ujar Liam.

“Um...iya, karena menurut ku, kamu sudah punya kafe di usia segini saja sudah sangat hebat dan tentu saja aku akan membantu mu memulihkan kondisi kafe mu, hanya saja aku bertanya, apa alasan mu tetap tenang, karena kalau di lihat dari sisa tabungan kafe mu, harusnya kamu sudah bangkrut,” ujar Luna.

“Benar, nah kemarin aku tidak jawab, sekarang aku beritahu jawabannya....ya semua inilah jawaban nya,” ujar Liam mengangkat kedua tangannya memperlihatkan kantornya.

“Grace benar benar bodoh, dia melihat kemewahan yang gemerlap dan kesenangan sesaat, dia tidak melihat kemewahan yang tersembunyi dan kesederhanaan, tapi biarlah, orang seperti dia memang berharap menjadi pusat perhatian dengan kemewahan,” gumam Laura.

“Yah, paling tidak aku senang kalian melihat diriku yang sebenarnya, bukan harta ku, bukan pekerjaan ku, tapi aku...sebagai pria,” ujar Liam.

“Kalian ? aku juga ?” tanya Laura.

“Tentu saja, kamu sudah melihat ku kan, kamu tahu aku bolak balik ke kampus dan kafe, lalu kamu mengirimkan pesan yang membuka mata ku, kenapa kamu mengirimkan pesan pada ku ?” tanya Liam sambil mencondongkan wajahnya ke arah Laura.

“Um...karena...aku kasihan, aku tahu kamu lelah dan melihat penghasilan mu hanya dari kafe mu, tapi aku melihat Grace tega menghancurkan mu, aku memberitahu mu agar kamu memeriksa pembukuan mu dan melaporkan dia ke polisi demi kepentingan mu,” jawab Laura dengan suara pelan.

“Itu artinya kamu melihat ku dan itu sebabnya aku berniat menolong kalian,” ujar Liam.

“Ba..bagaimana cara menolong nya ?” tanya Luna.

“Mengakusisi perusahaan ayahmu sebelum bangkrut, karena sebentar lagi, semua yang terlibat dengan perusahaan fiktif milik Brandon William akan di selidiki dan hancur,” ujar Liam santai.

“Mengakusisi ?” tanya Laura.

“Mudahnya seperti ini, perusahaan ayah mu akan menjadi milik ku dan aku akan mengelola nya, mengerti kan,” jawab Liam.

“Tapi...papa dan kakak tidak punya apa apa lagi dong ?” tanya Luna.

“Begitulah kira kira,” jawab Liam.

Liam sebenarnya merasa tidak enak mengatakan kalau dia akan mengambil perusahaan tempat keduanya di besarkan, namun dia terkejut ketika melihat Luna dan Laura nampak senang setelah mendengar ucapan Liam,

“Kalian....tidak keberatan ?” tanya Liam ragu ragu.

“Tentu saja tidak, aku akan ceritakan semua pada mu,” jawab Luna.

Luna dan Laura tidak di anggap oleh ayahnya sejak kecil, alasannya karena ibu mereka meninggal ketika melahirkan mereka dan ayah mereka menganggap merekalah alasan istrinya meninggal. Sang ayah selalu menganggap kakak mereka sebagai anak emasnya dan menuruti seluruh kemauannya tanpa pertimbangan sama sekali. Luna dan Laura berjuang sejak kecil untuk menarik perhatian ayahnya, mereka belajar dengan giat agar mendapat nilai bagus namun ketika memperlihatkan nilai mereka tanggapan sang ayah biasa saja.

Sedangkan kakak mereka yang mendapat nilai buruk tapi lulus ketika masih sekolah, langsung di rayakan besar besaran oleh ayah mereka. Keduanya hanya bisa melihat dan merasa iri karena mereka tidak pernah di lihat sama sekali. Ketika mereka lulus sma, tiba tiba sang ayah memanggil mereka dan menyambut mereka dengan hangat, keduanya sangat senang karena mereka merasa akhirnya mereka di akui oleh ayah mereka, tapi tiba tiba mereka di minta untuk berdiskusi siapa yang akan di jodohkan dengan anak rekan bisnis nya.

Karena tidak mau mengecewakan ayahnya, Luna maju dan akhirnya di tunangkan dengan James. Luna tertarik dan jatuh cinta pada James ketika bertemu pertama kalinya dengan James, dia langsung setuju karena selain bisa bersama pria yang di cintainya, dia juga bisa menyenangkan ayahnya. Tapi Laura sempat menasihatinya dan mengatakan kalau James tidak terlihat seperti laki laki yang baik dan bisa bertanggung jawab. Akhirnya Luna ikut bersama James ke ibukota dan berkuliah di sana sampai pada akhirnya sekarang keduanya duduk di depan Liam di dalam kantor mewahnya.

“Hmm jadi begitu,” ujar Liam.

“Benar, jadi buat kami, tidak masalah papa hancur, dia sudah menghancurkan hidup kita berdua dan memisahkan kita,” balas Luna.

“Iya, aku juga tidak perduli kak Alex hancur, dia sudah hidup enak dari kecil dan tidak pernah susah, dia selalu menggampangkan segalanya dan mengambil jalan pintas untuk mengatasi masalahnya, dia laki laki payah yang di manja,” tambah Laura.

“Terima kasih Liam, kita berdua akan bekerja keras di kafe mu,” tambah Luna.

“Sama sama, terima kasih sudah mau bekerja di kafe ku,” balas Liam.

Akhirnya mereka terus berbincang bincang dan membicarakan apa saja yang terlintas di pikiran mereka. Walau pembicaraan tiga arah, namun Liam merasa kalau dia berbicara dengan orang yang sama sebab ternyata Luna dan Laura memiliki banyak kesamaan, mereka suka melukis, mereka suka membaca novel, mereka suka fotografi, mereka suka memasak dan masih banyak lainnya. Pembicaraan mereka mengalir begitu saja seperti tiga orang yang sudah kenal lama dan akrab.

“Baru kali ini gue nyaman berbicara dengan perempuan tanpa di setir, tanpa memikirkan perasaan nya dan tanpa memikirkan mau nya, mereka benar benar menarik,” ujar Liam dalam hati.

Sementara itu, selagi Liam, Luna dan Laura berbincang bincang, proses hukum yang di katakan oleh Robert sudah di mulai dan datang diam diam menuju sasaran yaitu musuh mereka tanpa mengetahuinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!