Raut wajahnya berubah menjadi serius dan dia berbalik melihat kedua orang yang baru masuk ke dalam karena dia mengenal siapa kedua orang itu,
“Liam,” panggil wanita paruh baya seraya mendekati tempat Liam berdiri.
“Ada apa tante Rachel (menoleh melihat sang pemuda) ada perlu apa tante kemari ?” tanya Liam dengan suara datar.
“Kak Liam, apa yang sebenarnya terjadi, bisa tidak cerita sama aku dan mama ?” tanya sang pemuda.
“Apa yang harus ku ceritakan, Mason ?” tanya Liam.
Laura mendekat kemudian berdiri tepat di sebelah Liam, dia jinjit sedikit mendekatkan mulutnya ke telinga Liam untuk bertanya,
“Siapa mereka Liam ?” tanya Laura berbisik.
“Mereka ibu dan adik laki laki Grace, tante Rachel dan Mason,” jawab Liam.
Mata Rachel dan Mason langsung mengarah kepada Laura yang berdiri hampir menempel di sebelah Liam, tangan Mason langsung mengepal dan wajahnya memerah,
“Jadi apa yang di katakan kak Grace benar ya kak,” gumam Mason dengan suara berat.
“Apa maksud kamu ?” tanya Liam.
“Liam, tadi Mason menelpon Grace, jujur saja kita bingung apa yang sebenarnya terjadi, aku tidak bisa mempercayai foto di instagram itu, siapa laki laki yang bersama nya ? kenapa dia ada di hotel memakai gaun malam ? apa yang terjadi pada kalian ?” tanya Rachel.
“Sebelum ku jawab, apa yang Grace katakan tentang ku ?” tanya Liam.
Mason mengatakan kalau dia menelpon kakak nya dan minta penjelasan, tapi kakak nya malah menangis, menurut apa yang di katakan Grace kepada adiknya, Liam selama ini pasif, dia sudah tidak memperhatikan dirinya dan menganggap dirinya hantu yang hanya sekedar hadir di rumah, dia juga mengatakan kalau Liam terkadang pulang malam tanpa bilang pergi kemana dan dia yakin kalau Liam memiliki wanita lain di luar. Mason melirik melihat Laura yang tentu saja terlihat memepertegas kalau Grace benar.
“Mason, kita tidak boleh mendengar cerita dari satu pihak saja (menoleh melihat Liam) tolong ceritakan yang sebenarnya Liam atau kalau tidak versi dari sisi kamu,” ujar Rachel.
“Baiklah (menoleh melihat Laura dan mendundukkan kepalanya ke telinga Laura) Laura, perlihatkan video mu tadi kepada mereka,” ujar Liam.
“Hah...apa tidak terlalu vulgar ?” tanya Laura kaget.
“Tidak apa apa, kasih lihat saja sebagian kemudian kita jelaskan, kalau sekarang kita langsung jelaskan, mereka tidak akan menanggapi kita, percayalah, aku kenal mereka sudah lama,” jawab Liam.
“Ba...baiklah, tapi aku tidak mau nonton ya,” balas Laura.
“Aku mengerti,” balas Liam.
Laura berbalik, dia berlari masuk ke dalam ruang staff untuk mengambil smartphone nya, mata Rachel dan Mason mengikuti Laura yang masuk ke dalam,
“Dia siapa Liam ?” tanya Rachel penasaran.
“Nanti tante akan tahu, tunggu sebentar, aku akan jelaskan semuanya,” jawab Liam.
Tak lama kemudian, Laura keluar dari dalam ruang staff dan memberikan smartphone nya pada Liam,
“Di kunci ga ?” tanya Liam kepada Rachel sambil memegang smartphone nya.
“Enggak, ga ada yang ku sembunyikan jadi tidak perlu di kunci,” ujar Laura sengaja sambil melirik Rachel dan Mason.
Liam membuka layarnya, dia masuk ke dalam aplikasi pesan milik Laura dan membuka pembicaraan dengan nomor tidak di kenal yang hanya ada sebuah video. Liam menoleh melihat Laura dan mengangguk, Laura langsung berbalik dan lari ke dalam ruang staff,
“Apa yang kalian rahasiakan Liam, mama tidak ada waktu,” ujar Rachel yang mulai kesal.
“Klik,” Liam memutar videonya dan menaruh smartphonenya di meja bar sambil di topang tangannya. Wajah Rachel dan Mason pucat seketika ketika melihat anak gadis kesayangan dan kakak perempuan tercintanya, sedang menunggang laki laki yang tidak mereka kenal tanpa mengenakan pakaian sehelai pun. Air mata Rachel langsung jatuh bercucuran dan tangannya menutup mulut nya.
“Sudah kak, tolong matikan,” ujar Mason sambil menoleh melihat ke arah lain.
“Kejadiannya dua hari lalu dan hari ini dia minta aku membatalkan pernikahan karena dia mau bersama pria itu,” tambah Liam sambil mematikan tayangannya.
Suasana kembali menjadi hening dan yang terdengar hanyalah suara isak tangis Rachel, tidak ada satu orang pun yang berbicara sehinagga suasana menjadi tidak nyaman walau hening.
“Lalu kakak yang tadi di sebelah kakak siapa ?” tanya Mason terbata.
Liam memanggil Laura agar keluar, tentu saja Laura yang mendengarnya langsung berlari keluar kemudian berdiri di sebelah Liam. Tanpa basa basi dan tanpa menunggu Rachel berhenti menangis, Liam menjelaskan kronologis kejadian tadi pagi, uang kafe yang hilang dan siapa Laura sebenarnya. Rachel dan Mason langsung lemas, mereka yang awalnya datang ingin menyalahkan Liam karena percaya kepada Grace dan berkepala tegak, sekarang terlihat seperti prajurit yang lemas karena kalah perang.
Semuanya masih diam dan tidak ada yang berbicara sama sekali. Liam meminta keduanya duduk di meja kemudian dia menyajikan cappucino untuk mantan calon mertuanya dan mantan adik iparnya. Setelah menaruh cangkir di meja, akhirnya Rachel membuka mulutnya,
“Maaf Liam, tante tidak pernah mendidik Grace seperti itu, tante benar benar minta maaf, dia sudah menyakiti hati kamu dan (menoleh melihat Laura) Laura, tante mohon kalian tidak dendam dengan Grace, dia hanya salah jalan,” ujar Rachel terisak.
Liam tidak merasakan apa apa ketika mendengar kalimat yang di ucapkan Rachel, dia tidak merasa sedih, marah, ingin balas dendam dan benci kepada Grace juga orang orang di depannya, dia hanya merasa, semua sudah selesai dan di hatinya hanya ada kekosongan yang hening. Dia menoleh melihat Rachel,
“Aku tidak marah dan tidak membenci Grace, tapi aku juga tidak merasakan apa apa lagi kepadanya, dia adalah orang lain yang pernah hinggap dalam hidup ku, tidak lebih,” balas Liam dengan tenang dan tersenyum.
“Sama tante, aku juga, sekarang aku hanya mau menjalani hidup saja,” tambah Laura.
Ucapan keduanya membuat Rachel dan Mason menatap keduanya, ada rasa sedih, marah, bingung, malu dan rasa bersalah terlintas di mata mereka.
“Tante mengerti, terima kasih Liam,” ujar Rachel.
“Sama sama tante, mumpung di sini, di minum kopinya,” ujar Liam tenang.
“Aku minta maaf kak, aku sama sekali tidak menyangka kak Grace berbuat sejauh itu, aku datang kemari karena aku menyalahkan kak Liam ketika melihat posting kak Grace, ketika mebaca komen komennya, aku berpikir kalau kakak yang sudah berubah, tapi ternyata aku salah dan aku sudah tahu sekarang,” balas Mason dengan suara gemetar dan wajah yang merah.
Liam tidak menjawab, dia hanya mengangguk sambil melihat Mason dengan wajah yang dingin tanpa ekspresi dan tatapan yang tajam. Mason berdiri kemudian membatu Rachel yang masih menangis berdiri, kemudian tanpa sepatah kata pun, Mason mengajak Rachel untuk pulang ke rumahnya karena Mason sadar kalau kakanya sudah membuat keputusan dan bersama James adalah pilihannya. “Klap,” pintu pun di tutup, “haaaaaah,” Liam dan Laura menarik nafas lega, kemudian dudu di kursi tempat duduk bekas Rachel dan Mason.
Liam melihat keduanya tidak menyentuh kopi yang di hidangkannya sama sekali, Laura duduk di sebelah Liam dan mengamati wajah Liam yang tanpa ekspresi,
“Kamu tidak apa apa ?” tanya Laura.
“Tidak apa apa....malah lega, seperti ada beban yang selama ini ku pikul tanpa ku sadari sama sekali,” jawab Liam.
Laura kembali diam hanya saja matanya menatap wajah Liam seakan akan dia sedang mencari sesuatu di wajah Liam, namun tiba tiba dia tersenyum,
“Ok kalau gitu, lalu kopi ini mau di apain ?” tanya Laura sambil menunjuk ke cangkir cappucino di depannya.
“Kita minum saja, mereka tidak menyentuhnya kan ? daripaa di buang sayang,” jawab Liam.
“Hahah benar juga, ayo kita mium kopinya, masih hangat,” balas Laura senang.
Keduanya kembali berbincang bincang sambil menikmati kopi, sudah tidak ada lagi ketegangan di wajah mereka. Tanpa mereka sadari, mereka duduk di sana selama beberapa jam sehingga hari sudah menjelang malam dan terus asyik mengobrol. Kemudian Laura melihat keluar jendela dan melihat hari mulai gelap, akhirnya dia melihat jam di smartphone nya dan berdiri,
“Aku harus pulang Liam, apartemen ku dekat dengan lokasi kafe mu, aku masih positif mau kerja di sini,” ujar Laura sambil tersenyum.
“Baiklah, ayo aku antar sampai apartemen mu,” balas Liam berdiri.
Mata Laura berbinar binar tanda dia sama sekali tidak keberatan di antar Liam ke apartemennya, keduanya berjalan keluar kafe dan menguncinya, kemudian mereka berjalan ke arah yang di tunjukkan Laura sambil meneruskan obrolan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments