Chapter 4

Liam berjalan memasuki ke kelasnya, dia bergerak bagai robot karena kepalanya masih pusing dan hatinya masih sakit. Dia duduk di kursi paling belakang, tempat favorit nya, tapi ketika melihat tempat duduk yang biasa dia duduki, dia melihat seorang mahasiswi yang baru pernah dia lihat duduk di kursi yang berada persis di sebelah tempat favorit nya.

Tanpa ragu, Liam menarik kursi nya kemudian duduk dan menggesernya kembali maju mendekati meja. Sang gadis menoleh melihat Liam, dia menunduk sedikit dan tersenyum memberi salam tanpa bicara apa apa. Melihat sang gadis menyapanya, Liam juga menunduk tanda permisi, namun dia langsung menatap ke depan tanpa menoleh lagi dengan wajah tanpa ekspresi.

“Drrrt....drrrt....drrrt,”

Smartphone Liam mulai bergetar di kantungnya dan tidak hanya sekali, dia menarik keluar smartphone nya dari saku celana nya dan melihat banyak notifikasi pesan tampil di layarnya. Dia membuka pesan pesan itu, banyak teman yang berusaha menyemangati nya, ada juga yang bertanya kondisi nya dan bagaimana bisa dia bersikap begitu keapda Grace, ada juga yang langsung menghakiminya tanpa bertanya terlebih dahulu.

Ada yang tidak percaya kalau Liam adalah seorang introvert, posesif, tukang kontrol dan tidak sehat mental. Pada akhirnya dia di undang ke dalam sebuah grup chat berisi teman teman sma nya yang isi chat nya memperdebatkan apa yang terjadi di antara Liam dan Grace, hampir semua yang mengirim pesan terpancing oleh posting Grace di instagram. Sejak sma Liam terkenal sebagai siswa tertampan dan Grace siswi tercantik, mereka di anggap cocok dan serasi satu sama lain, sehingga posting itu menjadi kontroversi untuk mereka.

Liam keluar lagi dari grup chat dan menutup semua pesan nya tanpa menjawabnya, kemudian dia mematikan smartphone nya dan memasukkannya lagi ke kantung, baginya semua itu tidak penting dan sama sekali tidak menghiburnya, dia hanya ingin diam dan tenang karena dia masih berusaha memadamkan api di hati nya dan melerai pikiran yang kusut di kepalanya. Liam tidak sadar kalau gadis di sebelahnya terus memperhatikan dirinya dalam keheningan.

Setelah dosen masuk dan pelajaran di mulai, Liam yang berusaha berkonsentrasi malah di serang oleh kenangan kenangan masa lalu yang bahagia bersama Grace, dia berusaha mengacuhkan nya dan tetap konsentrasi mendengar penjelasan dosen di depan. Setelah kenangan indah berlalu, yang menggantikan adalah tanda tanda ketika Grace sudah mulai menjauh dari dirinya.

Hal hal kecil yang sebelumnya tidak dia perhatikan atau dia abaikan, mulai merasuk ke kepalanya. Grace sebelumnya tidak pernah memegang smartphone dan belakangan smartphone sudah seperti bagian tubuhnya sendiri, dari bangun tidur sampai tidur lagi, bahkan ke toilet saja smartphone di bawa bersama nya. Masih banyak tanda tanda kecil lainnya yang selalu dia abaikan karena percaya dengan kekasihnya.

Tangan Liam mengepal di atas meja tanpa dia sadari, walau wajahnya datar tanpa ekspresi menatap ke depan. Dia benar benar tidak bisa berkonsentrasi, semuanya menjadi kabur dan hatinya menjadi semakin sakit karena mau tidak mau dia harus mengakui tanda tanda kecil yang selama ini dia abaikan dan hindari, dia merasa seakan akan sesuatu di dalam dirinya sudah memberitahu namun dia mengabaikannya karena buta sehingga muncul kata “seharusnya” di depan setiap kalimat sebagai penyesalan.

Selagi Liam tenggelam di dalam keputusasaan dan kesedihan yang mendalam, tiba tiba “driiiing,” terdengar suara smartphone berbunyi. Semua teman sekelas dan dosen langsung menoleh melihat ke arah Liam, namun yang di lihat mereka bukanlah Liam melainkan gadis yang duduk di sebelah Liam. Sang gadis langsung mengambil smartphone nya dari dalam tas, dia melihat layarnya dan mematikan teleponnya, kemudian dia berdiri,

“Maaf pak, saya ke toilet sebentar,” ujar sang gadis.

“Ya sudah cepat, setelah ini smartphone nya di matikan,” balas sang dosen.

“Baik pak, maaf pak,” balas sang gadis.

Dia langsung berlari keluar dari kelas membawa smartphone nya. Liam melihat gadis itu berlari dan dia berterima kasih, karena akibat dering smartphone barusan, seluruh pikirannya hilang dan dia kembali ke kenyataan di saat ini. Liam menghela nafas kemudian kembali menoleh melihat ke depan, pikirannya sudah tidak melanglang buana kemana mana lagi, dia bisa fokus mendengarkan penjelasan dosen dan bisa menerima kenyataan kalau sekarang dia sudah tidak bersama Grace, sakit hatinya berkurang jauh walau masih terasa sedikit sekali.

“Huff...ampir aja gue kembali terjebak masa lalu kalau ga ada dering barusan,” gumam nya dalam hati sambil menghela nafas dan menenangkan diri.

Kira kira dua puluh menit kemudian, sang gadis kembali, Liam menoleh dan kaget ketika melihat sang gadis, wajahnya yang cantik menjadi merah, hidung nya nampak merah dan matanya lebam seperti dia baru selesai menangis, dia memegang sapu tangan dan sebelah tangannya yang memegang smartphone mengelus rambutnya yang panjang bergelombang. Dia kembali duduk di sebelah Liam tanpa biacara apa apa.

Liam bisa melihat dia berusaha mengatur nafasnya walau berusaha tenang. Liam kembali menoleh melihat ke depan karena dia tidak mau di tuduh melihat sang gadis secara terus menerus walau dia sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada sang gadis. “Klotak,” Liam kembali menoleh, dia melihat sang gadis yang berusaha mengambil ballpoint di kotak pinsilnya, tidak bisa membuka kotak pinsilnya dan kotak pinsilnya terjatuh ke meja karena tangannya gemetar.

Melihat Liam menoleh, sang gadis menoleh melihat Liam dan memaksakan diri tersenyum, tangannya kembali mengambil kotak pinsil di meja sambil mengatakan, “Sori ya, ga sengaja,” dengan suara gemetar.

“Iya tidak apa apa,” balas Liam.

Liam kembali melihat ke depan walau sesekali dia melirik melihat sang gadis yang sepertinya sulit sekali membuka kotak pinsilnya. Liam menoleh kembali ke depan,

“Kenapa ya dia ?” tanya Liam dalam hati.

Tiba tiba, “hik....hik,” Liam melirik melihat air mata mulai bercucuran lagi di pipi sang gadis, kemudian sang gadis menaruh kotak pinsilnya dan merebahkan kepalanya di meja agar tidak ada yang melihat dirinya menangis. Liam bisa melihat beberapa teman sekelas yang menoleh melihat sang gadis, akhirnya dia mengangkat tasnya dan menaruh nya di depan kepala sang gadis untuk menutupinya agar tidak menjadi pusat perhatian.

Melihat Liam menaruh tasnya sendiri di depan kepala nya, sang gadis menoleh melihat Liam yang kembali melihat ke depan sambil menulis.

“Terima kasih ya,” bisik sang gadis.

“Sama sama,” balas Liam singkat.

“Namaku Laura Harris, aku baru pindah ke universitas ini, kalau kamu ?” tanya Laura.

“Liam Vargas, salam kenal,” balas Liam singkat.

“Iya, salam kenal Liam,” balas Laura.

Keduanya kembali diam, Liam sama sekali tidak berniat bertanya kepada Laura apa yang terjadi pada dirinya karena dia sendiri masih berusaha menata kondisi hatinya. Keduanya merasakan keheningan di sekitar mereka setelah dosen duduk di tempatnya dan mempersilahkan para mahasiswa termasuk mereka menyalin apa yang tertulis di power point di depan. Tiba tiba, “drrrt,” “dling,” sebuah notifikasi masuk ke dalam smartphone Liam dan Laura.

Liam mengambil smartphone nya, dia melihat notifikasi dari instagram, langsung saja dia tahu siapa yang membuat posting baru dan men tag dirinya tanpa perlu membukanya, dia menaruh smartphone nya di meja, namun tangannya tidak bisa melepas smartphone nya, seakan akan ada bisikan yang berkata “buka, lihat, penasaran kan ?” dan tentu saja, Liam kalah dengan bisikan itu. Walau smartphone sudah di letakkan di meja, dia membukanya, jarinya menekan notifikasi yang baru masuk itu.

Grace kembali memposting foto, kali ini dirinya berada di dalam sebuah unit apartemen kondominium mewah, memakai jubah tidur duduk di sofa berdampingan dengan James yang juga sedang memakai jubah tidur dan sedang merangkul pinggangnya. Caption di bawahnya tertulis, “kebahagiaan tidak ada akhir, petualangan hidup baru di mulai,” dan tentu saja hampir 10k orang sudah melihat postinganya walau baru 200 like.

Liam kembali di tag oleh Grace yang nampak jelas memanas manasi nya, dia langsung menutup nya karena tidak mau melihat komentar dan tanpa sadar dia menoleh melihat Laura. Mata Liam membulat karena dia melihat Laura membuka posting yang sama, jari tangannya terlihat jelas menggenggam erat smartphone sampai memutih terlihat tulangnya, tubuhnya nampak gemetar dan air matanya bercucuran. Tanpa Liam sadari, dia memegang pundak Laura.

“Ma..maaf, boleh tahu apa hubungan mu dengan Grace ?” tanya Liam.

Tanpa di duga Liam, Laura menoleh menatapnya dengan mata berkaca kaca, wajah merah dan geram, tangan mengepal dan mulut gemetar. Liam  menjadi yakin kalau Laura mengenal Grace,

“Grace ? perempuan yang sudah merebut calon suami ku ? aku tidak punya hubungan apa apa dengan dia,” teriak Laura sambil berdiri dan menatap Liam dengan tajam dan berwajah marah.

Liam tersentak kaget, begitu juga dengan seluruh teman sekelas yang menoleh kaget karena mendengar teriakan Laura.

“Hei ada apa ?” teriak dosen dari depan.

Laura sempat menoleh ke arah dosen, kemudian dia berbalik dan berlari keluar dari kelas, kali ini Liam berdiri dan ikut lari keluar kelas menyusul Laura.

“Ca..calon suami ? siapa yang dia maksud ? James ?” tanya Liam di dalam hati.

Terpopuler

Comments

雅那

雅那

υɠԋ ƚҽɾɳყαƚ ʂι ʝαɱҽƚ ʝαɱҽʂ ιƚυ ʂυԃαԋ ρυɳყα ƚυɳαɳɠαɳ ƈƙƈƙƈƙƈƙ

2025-04-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!