Setelah kepergian Rena, Rangga yang masih tidak mengerti dengan perubahan sikap Rena menatap tanya pada kedua sahabatnya.
"Ada apa dengannya ?"Tanyanya sembari memberi isyarat menunjuk ke arah Rena.
Reno dan Dicky hanya bisa mengedikkan bahu secara bersamaan.
"Entahlah, ku rasa dia lupa meminum obatnya."Ucap Reno dengan asal.
Untuk sesaat semuanya terdiam hanyut dalam pikiran mereka masing-masing. Hingga Monica yang tidak tahan dengan suasana tersebut mulai mengaduk makanannya dengan kesal.
"Aku jadi tidak berselera makan." Ucapnya sembari menghela nafasnya kasar dan terus mengaduk makanannya.
"Emm.. sepertinya makanannya jadi semakin enak setelah melihat yang segar-segar." Sela Dicky yang mulai mencicipi makanannya.
Sedangkan Reno hanya bisa tersenyum dan juga mulai menikmati makanan miliknya.
"Eh Ga, kalau kau tidak keberatan, Rena buat aku saja. Lumayan tuh.." Celetuk Dicky, yang dengan cepat mendapat pukulan ringan dari Rangga di kepalanya.
"Lumayan kepalamu."
"Hahaa.. aku hanya bercanda."
Rangga terdiam cukup lama menatap makanan yang ada di depannya, hingga tanpa ia sadari bibirnya berkedut dengan senyum samar.
Monica yang dari tadi diam-diam menatapnya semakin kesal, tangannya mencengkram erat sendok yang masih di pegangnya.
•
Rena berjalan mengambil pesanannya kemudian kembali bergabung bersama ke dua sahabatnya.
"Ren, apa yang baru saja kau lakukan ?" Anggi menatap Rena menuntut penjelasan.
"Apa ?"Rena seolah tak mengerti.
"Ih.. maksud Anggi, apa yang baru saja kau lakukan ? Kau melayani mereka dan bahkan duduk di pangkuan pria menyebalkan itu ? ini tidak seperti dirimu Ren." Seru Tika gemas.
Rena menatap kedua sahabatnya yang masih menunggu penjelasan darinya, namun ia hanya tersenyum dan mengedikkan bahunya tanpa berniat menjelaskan apa pun. "Tidak, bukan apa-apa."
Tika yang mendengar jawaban tak masuk akal itu hanya bisa memanyunkan bibirnya.
"Atau jangan-jangan " Tika melebarkan matanya dan menatap Rena dengan penuh keterkejutan. "Astaga, apa kau mulai menyukainya ?!"
Rena yang mendengarnya hanya bisa tertawa ringan menatap Tika yang ekspresinya begitu lucu.
"Tidak, aku rasa bukan itu jawabannya."Sela Anggi menggelengkan kepalanya tak percaya.
"Kalau bukan itu lalu apa ?" Tanya Tika semakin penasaran.
Keduanya berakhir menatap Rena dengan tatapan rumit dan segera menuntut penjelasan.
Rena yang tidak tahan dengan tatapan kedua sahabatnya, menatap kedua gadis tersebut secara bergantian, hingga ia tidak bisa menahan seulas senyum nakal di wajahnya.
"Sebaiknya kalian tunggu dan lihat saja nanti, akan ada tontonan yang menarik."
•
Rangga yang masih memikirkan kejadian sebelumnya akhirnya mulai menikmati makanannya. Pada awalnya ia belum menyadari betapa pedasnya makanan tersebut,hingga beberapa saat kemudian ia baru menyadari ada yang salah dengan makanannya.
"Aaaaakh... !" Ia memekik histeris dengan wajahnya yang perlahan memerah.
Monica yang sedari tadi hanya mengaduk makanannya terkejut mendengar teriakan Rangga yang kini tengah panik meminta air.
"Air ! Air ! berikan padaku ! cepat !!" Titahnya pada Dicky dan Reno yang masih bingung menatapnya.
Dengan cepat Monica berdiri dan berjalan ke sisi Rangga sembari memberinya segelas air dingin.
"Apa kau baik-baik saja ?" Tanyanya cemas sembari mengusap punggung Rangga dengan lembut.
Namun rasa pedas yang sudah terlanjur membakar lidahnya tak kunjung hilang, membuat Rangga dengan cepat berlari menuju kamar kecil tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Monica.
"Rangga, Rangga.. kau mau kemana ?!" Seru Monica.
Setelah Rangga menghilang dari pandangannya, Monica berbalik menatap ke arah tempat dimana Rena dan kedua sahabatnya duduk bersama.
Ia semakin kesal saat melihat ketiganya tertawa menikmati penderitaan Rangga, dan akhirnya menyadari apa yang sebenarnya terjadi pada Rangga adalah perbuatan Rena.
Dengan langkah yang sangat cepat ia berjalan menghampiri ketiganya. dan membanting tangannya di atas meja dengan kasar.
"Kau ! Ini pasti perbuatanmu !" Tunjuk Monica menatap tajam ke arah Rena.
"Apa kau memiliki bukti kalau aku yang melakukannya ?" Tanya Rena dengan santai menikmati makanannya tanpa menatap Monica sedikitpun.
Monica menggeratakkan giginya dengan kasar"Kau salah karna sudah berurusan denganku Rena !"
Rena merasa lucu mendengar ucapan Monica, baginya Monica bukan siapa-siapa."Kau tidak begitu penting sehingga aku harus berurusan denganmu."Ia bahkan tidak menyukai Monica yang terkenal suka merundung siswi lainnya.
"Kau..!"
Rena meletakkan sendoknya dan berdiri menatap Monica.
"Kalau memang aku yang melakukannya, lalu apa masalahnya denganmu ?" Tanya Rena menyilangkan tangannya di dada.
"Ooo.. aku baru ingat, kau pasti sangat menyukainya bukan ?!" Imbuhnya dengan senyum mengejek.
Rangga yang baru saja tiba sedikit terkejut saat melihat semua yang ada di tempat tersebut menatap ke arah Rena dan Monica yang saat ini berdiri membelakangi nya.
Monica yang sudah sampai pada titik kesabarannya merasa muak dengan senyum Rena yang seakan mencela dirinya, ia dengan cepat mengangkat tangannya ingin menampar wajah gadis yang selalu merusak suasana hatinya itu.
Namun ia tidak menyangka Rangga tiba-tiba datang dan menghentikannya.
Untuk sesaat Rangga menatap Rena dengan penuh kebencian di matanya, sebelum akhirnya ia menarik Monica pergi dari tempat tersebut.
•••
Mereka terus berjalan dan akhirnya berhenti di salah satu lorong sekolah.
"Lepaskan aku."Monica menarik paksa tangannya.
"Apa yang kau lakukan ?" Tanya Rangga.
"Gadis itu, gadis itu yang sudah membuatmu seperti ini.Aku hanya ingin memberikan pelajaran padanya." Jawab Monica Dengan kesal.
"Kau tidak perlu melakukan semua itu." Ucap Rangga datar.
Membuat Monica merasa bingung dan menatap Rangga tidak percaya.
"Ada apa denganmu ? kau membelanya ?"
"Mon, sudahlah, aku bukan ingin membelanya. Aku hanya tidak ingin kau ikut campur dalam masalah yang ada diantara aku dan dia." Jawab Rangga.
"Bohong !" Ucap Monica menatap mata Rangga seolah mencari kebenaran.
"Atau jangan-jangan.." Monica menggantung kalimatnya.
Rangga menaikkan alisnya sebelah saat melihat Monica terus menatapnya dengan curiga.
"Jangan-jangan apa !?" Rangga memukul pelan kepala Monica. Membuat Monica meringis kesakitan.
"Tapi Rangga.. aku tidak suka melihatmu di permainkan seperti itu. Apa kau tidak ingat ? sejak kecil aku selalu melindungimu saat anak lain mencoba mengganggumu."
"Hei, siapa yang melindungi siapa ?!" Ucapnya dengan tawa kecil tersungging di bibirnya.
"Tidak apa-apa, lagi pula ini belum berakhir." Imbuh Rangga dengan senyum liciknya.
"Apa yang akan kau lakukan padanya ?" Tanya Monica sedikit penasaran.
"Sudahlah, kau tidak perlu tahu. Yang pasti, aku akan membalasnya jauh lebih buruk dari yang dia bayangkan !" Jawab Rangga dengan mata licik.
Saat keduanya terdiam, tiba-tiba.
Puuuuuut..
"Rangga, apa kau baru saja buang angin ?" Monica berbalik menatap tanya ke arah Rangga.
"Tidak..!!" Rangga menggelengkan kepalanya dengan cepat dan memalingkan wajahnya.
Namun sekali lagi suara nyaring itu kembali terdengar.
Puuuuuut..
"Iiiiih.. Rangga ! kau benar-benar jorok !"Seru Monica sembari menutup hidungnya dengan tangan.
Rangga menoleh menatap Monica dengan tawa yang di paksakan.
"Hehee maaf. Kelepasan ! perutku tiba-tiba saja terasa sakit !" Keluhnya sembari memegang perutnya dengan kedua tangannya.
"Maaf.. maaf.. bau tau !" Umpat Monica.
Puuuut..
Sekali lagi Rangga mengeluarkan bau tak sedap tersebut dan kali ini dia benar benar tidak bisa menahannya.
"Mon, sepertinya aku harus ke kamar kecil sekarang." Ucapnya, kemudian berlari meninggalkan Monica yang terus mengumpat kesal dan ikut berlari mengejarnya mencoba memberinya pelajaran.
•••
Di dalam kelas, semua siswa terlihat tenang mendengarkan guru yang sedang memberi materi penjelasan. Terkecuali Rangga yang sedari tadi keluar masuk ruangan, membuat sang guru tidak bisa fokus memberikan materi.
"Rangga ! apa yang kamu lakukan ?!" Seru guru tersebut yanga biasa di sapa sir Leo. Ia sudah sangat pusing melihat Rangga yang sedari tadi keluar masuk kelas.
"Maaf sir, tapi saya lagi gangguan pencernaan !" Rangga mencoba memberi alasan.
Puuuut..
Prooot..
Suara angin dengan bau tak sedap itu keluar begitu saja tanpa bisa menahannya.
Kali ini Rangga benar-benar sangat malu dengan dirinya sendiri. Pikirnya, ini akan menjadi aib besar baginya di masa depan.
"Permisi Pak, sepertinya saya harus ke kamar kecil lagi." Ucap Rangga meminta izin.
Sir Leo hanya bisa mengangguk sembari menutup hidung dengan memberikan isyarat agar Rangga segera keluar.
Namun baru saja Rangga sampai di depan pintu, Sir Leo kembali memanggilnya.
"Rangga.."
"Iya Pak." Rangga berbalik menatap sang guru.
"Kali ini kamu tidak perlu mengikuti mata pelajaran saya, dan sebaiknya kamu ke UKS untuk meminta obat dan istirahat." Titah sir Leo
"Baik sir !" Jawab Rangga.
Puuuut...
Sir Leo yang mendengar kembali suara itu tidak bisa lagi menahannya dan mendesis kesal menatap Rangga yang dengan cepat berlari meninggalkan ruangan tersebut.
"Sssssh.. benar-benar anak itu !!" Gerutu sir Leo dan keluar dari kelas untuk mengambil udara segar diikuti semua murid yang ada di ruangan tersebut.
•••
Unit Kesehatan Sekolah (UKS).
Rangga yang sedang berbaring di atas brankar terlihat memikirkan sesuatu. Ia terus memutar otaknya untuk mencari cara dan apa yang harus ia lakukan selanjutnya untuk membalas perbuatan Rena kali ini.
Hingga kemudian ia terpikirkan sebuah ide yang membuatnya tersenyum licik dan bersenandung menikmati waktu istirahatnya.
•••
waktu terus berlalu hingga bel sekolah berbunyi.
Parkiran Sekolah.
Dari kejauhan Rena terlihat berdiri seorang diri menunggu sopir jemputannya. Hingga seseorang tiba-tiba memegang pundaknya dari belakang dan mengejutkannya.
Rena dengan cepat berbalik dan mendapati Rangga yang sudah berdiri di sampingnya.
"Apa yang kau lakukan ?" Serunya kesal.
"Apa aku mengejutkanmu ?" Tanya Rangga dengan raut penuh penyesalan.
Melihat ekspresi Rangga yang seperti itu membuat Rena memutar bola matanya malas.
"Yaaah.. kau marah lagi ? Padahal aku datang untuk meminta maaf." Rangga menghela nafas frustasi.
"Tidak perlu. Aku tahu kau hanya bersandiwara." Ucap Rena tanpa menatap Rangga sedikitpun.
"Aku serius. Sebenarnya aku sudah capek terus bertengkar denganmu."
"Bagaimana kalau kita damai saja ?" Tanya Rangga kemudian sembari memegang punggung Rena dan mengusap rambut panjangnya yang dibiarkan terurai.
"Kita ? damai ?" Tanya Rena tersenyum geli menatap Rangga yang menatapnya dengan tulus.
"Jangan mimpi."Tegasnya kemudian pergi meninggalkan Rangga begitu saja saat melihat kedua sahabatnya dari kejauhan.
Rangga yang ditinggalkan tersenyum penuh kemenangan.
"Hai Rangga.. apa yang kau lakukan di sini ?" Sapa Monica.
"Tidak ada. Mau pulang bersama ?" Tanya Rangga dan berbalik menatap Monica.
"Apa kau serius ?" Tanya Monica tak percaya, ini kali pertama Rangga mengajaknya lebih dulu untuk pulang bersama.
"Emm.. itupun kalau kau mau." Jawab Rangga dan berjalan melewati Monica menuju tempat dimana mobilnya terparkir.
Monica yang merasa senang tentu saja dengan cepat mengiyakan tawaran yang di berikan Rangga kepadanya.
•
"Hai Ren !" Sapa Tika.
"Hay, menunggu jemputan juga ya ?" Tanya Rena.
Tika dengan senyum mengangguk mengiyakan.
"Eh.. Ren, rambut kamu kenapa ? " Tanya Anggi sembari menunjuk rambut Rena yang terlihat kusut.
Rena yang masih belum menyadari hanya menatap bingung kedua sahabatnya.
"Rambutku ?!" Rena sedikit bingung.
Tika yang juga melihatnya segera menyambar dan memeriksa.
"Ya ampun Ren, ini permen karet !!" Serunya.
"Hahaa jangan bercanda, bagaimana mungkin permen karet ada di rambutku ?" Ucapnya tertawa tak percaya. Namun setelah melihat ekspresi kedua sahabatnya ia tertegun sejenak.
"Apa kalian serius ?" Tanyanya, kemudian meraba rambutnya untuk memastikan.
"Jangan mengacaknya Ren, itu akan membuat permen karetnya menyebar." Cegah Anggi.
"Sini, biarkan aku membantumu !"Imbuhnya.
Namun, sayangnya permen karet tersebut benar-benar sudah menempel erat di rambut Rena.
"Oh.. tidak, sepertinya kau harus memotong rambutmu Ren !"Saran Anggi merasa menyesal.
"Ap_apa ? memotong rambutku ?" Rena sedikit tidak shock. Ia sudah sangat lama merawat rambutnya hingga sepanjang itu dan sekarang dia harus memotongnya, itu membuatnya benar-benar tidak rela.
Ia kemudian teringat dengan kejadian sebelumnya, saat dimana Rangga mengusap rambutnya dengan alasan ingin berdamai. Hal itu membuatnya kesal sembari mengepalkan kedua tangannya dan mencari keberadaan pria menyebalkan itu.
"Rangga..... !!!" Teriaknya murka.
Rangga yang sedari tadi memperhatikannya dari dalam mobil tertawa terbahak-bahak saat melihat ekspresi Rena yang wajahnya kini semerah tomat karna marah.
"Apa yang membuatmu tiba-tiba tertawa senang seperti itu ?" Tanya Monica yang baru saja masuk ke dalam mobil.
"Tidak, bukan apa-apa." Jawabnya, kemudian menyalakan mesin mobilnya dan keluar dari area parkiran Sekolah tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
🦄Olong Long
suka
2020-10-19
1