Revan selesai memasak sayuran yang ingin dimakan oleh istrinya, yang entah mengapa ngidam yang aneh-aneh. Bahkan sayuran yang tidak ia sukai, justru ingin ia makan sekarang ini.
Dengan langkah cepatnya, Revan berjalan keluar dari dapur dengan piring yang berisi sayuran yang ia masak beberapa saat yang lalu. Ia harus segera memberikannya pada Rania, karena sudah sedari tadi istrinya itu ingin makan sayuran tersebut.
Revan mengernyit saat melihat Revin yang sudah berada diruang tamu, sedang Revin terkejut melihat sang kakak yang keluar dari dapur dengan memakai celemek, dan hal yang paling membuat Revin terkejut adalah makanan yang berada dipiring ditangan kakaknya itu.
Revin menutup mulutnya sendiri dengan tangannya, lalu menatap Revan yang perlahan-lahan menaruh piring tersebut diatas meja didepan Rania.
"Sa-sayur apa itu? Ke-kenapa dia ada di rumah ini?" tanya Revin dengan menatap horor pada sayuran dipiring dihadapan kakak iparnya.
"Kau tau sayur apa ini. Jadi tidak perlu bertanya padaku," ucap Revan malas, lalu mendudukkan diri disamping Rania.
Revin segera beranjak dari duduknya dan berlari kekamar mandi yang berada didapur, perutnya terasa dikocok didalam sana, terlebih melihat sayur itu.
Revan menatap datar adiknya, lalu kemudian menelan salivanya dengan susah payah. Jika Revin tidak menyukai sayur tersebut, sudah pasti dia juga tidak menyukainya. Entah apa yang difikirkan oleh istrinya, hingga berkata jika ia ingin makan sayuran berwarna hijau yang bernama Brokoli itu.
Revan menghembuskan nafasnya, lalu menoleh pada Rania dan terkejut ketika melihat sang istri yang sudah memakan sayur itu dengan lahap. Tanpa ada tanda-tanda tidak enak disana.
Revin keluar dari dapur dan kembali berjalan perlahan keruang tamu, ia terkejut melihat kakak iparnya yang makan sayur brokoli itu dengan lahap.
"Ya Tuhan," ucap Revin, dengan menatap aneh pada istri kakaknya itu.
Revan menatap malas Revin, yang kini kembali duduk disofa tempatnya tadi, lalu segera meneguk jus yang ia bawa dari dapur untuk menghilangkan rasa mualnya melihat Rania.
Revin menatap Revan yang juga menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk ia artikan.
Revin memberi kode pada Revan, seolah bertanya ada apa dengan Rania. Revan hanya mengedipkan matanya, lalu menyentuh perutnya dan mengelusnya perlahan.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" batuk Revin, saat mengetahui arti dari kode yang diberikan kakaknya.
Rania menatap Revin dengan mulut yang menguyah brokoli tanpa memakan nasi, hanya brokoli saja.
"Kau baik-baik saja, Revin?" tanya Rania dengan menatap adik iparnya itu.
Revin segera menganggukkan kepalanya dan berlalu dari ruang tamu untuk segera naik ke kamarnya, jujur dia sangat tidak bisa melihat sayuran yang bernama Brokoli itu.
"Ada apa dengannya?" tanya Rania pada Revan.
"Aku rasa kau sudah tau jawabannya sayang," ucap Revan, lalu menyeka sudut bibir Rania dengan ibu jarinya.
Rania hanya mengangguk mengerti, meski sebenarnya ia belum terlalu mengerti maksud suaminya. Sedang Revan segera memalingkan kepalanya kearah lain, melihat sayuran hijau itu membuat kepalanya pusing. Saat memasaknya tadi saja, sudah membuatnya ingin pingsan.
'Ya tuhan, sayang. Kenapa kau meminta ibumu untuk makan sayuran itu?' ucap Revan dalam hati, seolah janin didalam perut Rania mendengar ucapannya.
* * *
Revin dengan cepat menutup pintu kamarnya, ia berusaha untuk mengatur nafasnya yang tidak beraturan saat ini.
"Astaga!" pekik Revin yang mengema didalam kamarnya dengan mengacak rambutnya frustasi.
"Kenapa harus ada Reana kedua dirumah ini," ucap Revin, yang kini benar-benar pusing.
Alasan kedua Revin tidak ingin tinggal serumah dengan ayahnya adalah karena Reana. Adiknya itu sangat suka dengan sayuran yang disebut brokoli, sama seperti Ana. Sedang Arian, Revan dan Revin tidak terlalu menyukai sayuran yang satu itu. Mereka akan lebih memilih untuk minum obat daripada makan brokoli.
"Ya Tuhan. Kenapa kakak ipar malah ngidam sayuran aneh itu sih, padahalkan dia tidak suka dengan sayuran itu," ucap Revin dengan mengacak rambutnya frustasi.
"Mungkin aku akan tenang setelah mandi," ucap Revin lalu segera masuk kedalam kamar mandi.
'Aku berharap Vivian tidak akan ngidam yang aneh-aneh nanti,' ucap Revin dalam hati, berdoa agar istrinya tidak meminta yang aneh-aneh saat hamil.
* * *
Pukul 7 malam.
Revin membuka pintu kamarnya, bertepatan dengan Revan yang baru keluar dari kamarnya yang berada disamping kamar Revin.
"Brother, kenapa kakak ipar malah ngidam yang aneh-aneh sih?" tanya Revin dengan berjalan beriringan dengan Revan untuk turun kelantai dasar.
"Kenapa malah bertanya padaku. Aku saja tidak tahu," jawab Revan malas, jujur kepalanya sedikit pusing karena memasak brokoli siang tadi.
"Kakak ipar yang memasak?" tanya Revin saat mereka tiba dilantai dasar.
"Iya, dia bilang ingin memasak. Jadi aku mengijinkannya, karena raut wajahnya yang seperti ingin menangis membuat aku tidak tega untuk menolak permintaannya," jawab Revan jujur, yang mendapat tatapan malas dari Revin.
'Aku berharap agar tidak ada hal buruk didalam dapur, karena seingatku masih ada sayur itu dikulkas tadi,' ucap Revin dalam hati, yang kini merasakan firasat buruk.
* * *
Revan dan Revin tiba didepan meja makan, mereka terdiam melihat makanan yang tersaji diatas meja makan. Masakan spesial ala Rania.
"Ayo kita makan," ucap Rania lalu segera mendudukkan diri dikursi, sementara Revan dan Revin menatap makanan itu dengan tatapan sulit diartikan.
Revan dan Revin saling menatap satu sama lain, lalu meneguk saliva mereka dengan susah payah.
"Em, sayang. Apa tidak ada sayur lain didalam kulkas?" tanya Revan dengan hati-hati, takut membuat Rania tersinggung.
Rania terdiam, lalu nampak berfikir sejenak.
"Ada, tapi untuk malam ini kita makan brokoli," ucap Rania dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.
"Sepertinya kakak ipar perlu dibawah ke rumah sakit untuk diperiksa, brother," lirih Revin dan seketika mendapat injakan keras dikakinya.
"Aduh!" teriak Revin saat Revan menginjak kakinya dengan keras, hingga membuat Revin melompat-lompat dengan satu kaki.
Rania menoleh dan menatap Revin yang entah mengapa berteriak, sedang Revan berjalan dengan santai ke kursi yang berada disamping istrinya.
"Brother sialan!" ucap kesal Revin dengan mengelus kakinya yang ngilu karena Revan.
Revan hanya berwajah datar dengan menatap makanan yang tersaji dihadapannya. Ia menoleh pada istrinya yang makan dengan lahap, tanpa rasa tidak nyaman sedikitpun.
Revin berjalan perlahan ke meja makan dan duduk dikursi dihadapan Revan, lalu menatap sang kakak yang juga menatapnya.
Revan dan Revin menghembuskan nafas kasar, membuat Rania menatap keduanya dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Kalian baik-baik saja?" tanya Rania menatap suami dan iparnya secara bergantian.
Revan dan Revin tersenyum semanis mungkin, agar Rania tidak curiga.
'Ya Tuhan, semoga ini yang terakhir,' ucap Revan dan Revin dalam hati, lalu menyendokkan sayuran brokoli itu ke piring masing-masing.
"Ya Tuhan, aku berharap aku tidak mati setelah memakan ini," doa Revan dan Revin dengan suara yang sedikit keras lalu menyuap makanan itu ke mulut masing-masing.
Satu ....
Dua ....
Tiga ...
Kriet!
Revan dan Revin dengan cepat bangkit dari duduk mereka dan berlari kekamar mandi yang ada didapur, sedang Rania mengedipkan matanya beberapa kali, bingung dengan tingkah suami dan iparnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
helga
😹
2021-05-18
0
Rita Sinyorito
hahahaha kasiannya Revan Revin
2020-09-19
3
का
Mantaap
2020-09-18
1