LOVE SON OF THE RULER

LOVE SON OF THE RULER

DUA BULAN KEMUDIAN

Dua bulan kemudian.

Seorang wanita terbangun dari tidurnya, lalu mendudukkan diri diatas tempat tidur. Ia menoleh pada pria yang tertidur pulas disampingnya, yang sudah menyandang status sebagai suaminya sejak dua bulan yang lalu.

Ia beranjak dari tempat tidur, lalu berjalan ke kamar mandi dengan hanya mengenakan kemeja putih kebesaran milih suaminya.

Lima belas menit kemudian.

Wanita itu keluar dari kamar mandi, lalu mengambil pakaian dilemari untuk segera ia kenakan. Setelah selesai memakai pakaiannya, wanita itu segera keluar dari kamar untuk membuat sarapan pagi untuknya dan juga suaminya.

* * *

Dua puluh menit kemudian.

Sudah dua puluh menit wanita itu berkutak didapur, dengan wajan yang berada diatas kompor dan tangan yang memegang spatula, lalu dengan cekatan mengoreng ayam didalam wajan panas berisi minyak.

Wanita itu tersenta saat merasakan tangan kekar melingkar diperut ratanya dan kepala seorang pria yang berada diceruk lehernya.

"Kenapa tidak membangunkan aku?" Tanya pria itu dengan suara paraunya, khas orang bangun tidur.

"Aku tidak ingin menganggu tidur nyenyak suamiku, jadi aku tidak membangunkannya," ucap wanita itu dengan menyentuh wajah suaminya yang berada dipundak sebelah kanannya.

"Tapi aku tidak tega, kamu sudah bekerja tadi malam. Masa harus bekerja lagi paginya, aku kan bisa membuat sarapan sayang," ucap pria itu dengan suara manjannya, lalu mengecup pipi istrinya.

"Udah ih, sana pergi mandi! Abis itu ke kantor," ucap wanita itu mencoba melepaskan tangan suaminya yang masih setia melingkar diperut rampingnya.

Pria itu enggan untuk melepas pelukannya pada perut istrinya, hingga terdengar suara deheman seseorang yang berada diambang pintu masuk dapur yang terhubung dengan meja makan.

Sepasang suami istri itu menoleh, sang wanita menatap terkejut pria yang tengah berdiri diambang pintu masuk dapur, pria yang memiliki wajah sebelas dua belas dengan suaminya. Sedang suami wanita itu, menatap datar adiknya yang sangat menganggu kesenangannya pagi ini untuk menggoda istrinya.

Wajah wanita itu merona merah, lalu menunduk dengan mengigit bibir bawahnya, ia malu karena iparnya melihat dirinya bermesraan dengan suaminya.

"Brother, harusnya kau ingat. Jika dirumah ini ada aku," ucap malas pria itu yang tidak lain adalah Revin, ia dengan malas masuk kedapur lalu berjalan mendekat kearah lemari pendingin, lalu mengambil botol air dingin dan kembali menutup lemari pendingin itu.

"Penganggu!" Ucap kesal pria itu, yang tidak lain adalah Revan, lalu dengan malas melepaskan pelukannya dari perut rata istrinya dan berjalan keluar dari dapur untuk kelantai atas, mandi dan bersiap untuk ke kantor.

"Ma-ma-maaf ya, Revin," ucap wanita itu, yang tidak lain adalah Rania. Ia merasa sedikit tidak enak pada iparnya, karena memamerkan kemesraan dihadapan iparnya itu, yang istrinya tengah berada di negara B, melanjutkan studinya.

Revin menoleh dan tersenyum pada kakak iparnya itu, lalu menarik salah satu kursi dan duduk.

"Tidak apa-apa, kakak ipar. Aku tau, jika brother yang kelewat manja itu, yang mulai lebih dulu," ucap Revin santai dengan meminum air dingin yang sudah ia tuang digelas.

"Aku mendengarnya sialan!" Ucap kesal Revan yang kembali lagi ke dapur, membuat Revin tersedak air dingin yang ia minum.

"Apa yang kau lakukan lagi disini?" Tanya kesal Revin, dan seketika membulatkan matanya saat melihat hal yang dilakukan oleh kakaknya itu.

"BROTHER SIALAN!" Teriak Revin mengema didapur pagi ini, sedang Revan dengan santainya berlari keluar dari dapur setelah mencium bibir istrinya, sengaja memamerkan kemesraan didepan adiknya itu.

* * *

Lima belas menit kemudian.

Revan, Rania dan Revin tengah sarapan dimeja makan, Revin terus saja mengumpat pada kakaknya itu. Ia menyesal tinggal dengan Revan, meski ia bisa tinggal diapartemen miliknya. Tapi ia tidak suka jika harus sendiri diapartemen, jadi ia memutuskan untuk tinggal bersama dengan Revan yang sialnya selalu memamerkan kemesraan suami istri, dihadapannya yang tengah LDR dengan istrinya.

"Revin, kapan kau akan pergi ke negara B?" Tanya Revan disela-sela mulutnya yang tengah menguyah sarapan pagi ini.

"Besok lusa," jawab Revin cepat, sebenarnya ia sudah ke negara B satu Minggu yang lalu, tapi rasa rindunya tidak mengenal waktu. Jadi ia putuskan untuk pergi lagi besok.

Revan hanya menganggukkan kepalanya mengerti, lalu menoleh pada Rania yang duduk disampingnya.

Revan mengusap rambut istrinya dengan sayang, membuat wajah Rania merona merah karena hal itu.

Sepuluh menit kemudian.

Mereka bertiga selesai sarapan, dengan cepat Revin berpamitan pada kakaknya untuk segera ke perusahaannya. Karena ternyata pagi ini ada rapat dadakan.

* * *

Revan dan Rania dalam perjalan ke kampus Rania, Revan telah memindahkan Rania ke universitas di negara A, karena jika di Negara S membuat ia tidak tenang untuk meninggalkan Rania ke negara A meski sehari.

Revan menoleh pada Rania yang terlihat pucat, seperti tengah sakit. Tapi tadi makan dengan lahap. Revan mengelengkan kepalanya, menyingkirkan semua fikiran yang hinggap di benaknya.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Revan khawatir dengan meraih dan mengenggam tangan Rania dengan tangannya yang bebas.

Rania menganggukkan kepalanya lemah, entah mengapa ia merasa tidak enak badan sekarang. Padahal pagi tadi baik-baik saja.

"Kita ke rumah sakit ya," ucap Revan, ia benar-benar khawatir sekarang.

Kali ini Rania mengelengkan kepalanya lemah, ia tidak ingin bolos hari ini. Revan menghembuskan nafasnya melihat hal itu, lalu perlahan mengecup punggung tangan Rania.

"Nanti kalau ada apa-apa, telfon aku. Mengerti!" Ucap Revan, lalu dengan ceoat Rania menganggukkan kepalanya.

Sepuluh menit kemudian.

Revan menghentikan mobilnya tepat didepan kampus istrinya, lalu kemudian mengecup singkat kening Rania yang berniat keluar dari mobil.

"Ingat untuk menelfonku saat terjadi sesuatu," ucap Revan mengingatkan.

Rania lagi-lagi mengangguk mengerti, lalu membuka pintu mobil dan perlahan perlahan untuk masuk ke dalam.

Belum ada sepuluh langkah Rania menjauh dari mobil, tiba-tiba ia memengang kepalanya yang terasa berat. Revan yang belum pergi dari sana, segera keluar dari mobil dan berlari menghampiri istrinya.

"Sayang!" Ucap Revan yang kini memeluk tubuh Rania yang begitu lemah seperti tidak ada tenaga sekarang ini.

Revan mengendong Rania ala bridel style mendekat ke mobilnya, lalu dengan cepat membuka pintu mobil dengan susah payah dan kembali mendudukkan Rania dikursi samping kemudi, memakaikan sabuk pengaman pada istrinya itu.

Revan segera menutup pintu mobil, dan segera mengitari mobilnya untuk membawa Rania ke rumah sakit. Saat ini ia benar-benar khawatir pada istrinya, ia takut terjadi sesuatu yang tidak-tidak.

* * *

Sepuluh menit kemudian.

Revan menghentikan mobilnya didepan rumah sakit, dan dengan cepat keluar dari mobil untuk mengendong tubuh mungil istrinya masuk kedalam rumah sakit.

"DOKTER! DOKTER!" Teriak Revan seperti orang gila dengan Rania yang berada digendongannya.

Dengan cepat seorang perawat membawa brangkar mendekat pada Revan, lalu Revan dengan cepat menidurkan Rania dengan perlahan diatas brangkar.

Revan terus membantu perawat mendorong brangkar itu hingga tiba didepan ruangan UGD, lalu Revan melepaskan tangannya yang mendorong brangkar dan menatap pintu yang perlahan-lahan tertutup.

'Ya Tuhan, Jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak-tidak,' ucap Revan dalam hati, dengan mondar-mandir didepan ruang UGD.

Terpopuler

Comments

Amelisa cherry Salsabila

Amelisa cherry Salsabila

asekkkkkk

2020-09-16

2

💕Řëńà&Ŕèšțî💕

💕Řëńà&Ŕèšțî💕

lanjut

2020-09-16

1

Nana

Nana

up yang banyak dong thor, karyamu bagus bagus, hehe

2020-09-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!