FITNAH KEJI

Beberapa hari ini kondisi terasa sangat tenang, hal itu justru bukan membuat nyaman tapi malah terlihat sangat mencurigakan.

Tepat lima hari setelah Marquess Boryet mengeluarkan ancamannya, dan pria tua itu gagal menyetubuhi Regina, sekelompok prajurit dari provinsi Herakli datang dan mengepung kediaman Gilbert.

Mereka membawa surat tugas penggeledahan dan penangkapan Viscount Alexander serta Lucius yang dituduh melakukan korupsi bahan pangan yang dipergunakan untuk membantu para korban bencana serta pembunuhan beberapa orang yang salah satunya adalah dua pengawal milik Mrquess Boryet dan satu pelayan yang diduga merupakan kerabat dari pengawal yang dibunuh tersebut.

Viscount Alexander dan Lucius sebagai wakil dalam penanganan bahan makanan yang disalurkan oleh kepada korban bencana telah lebih dulu ditangkap dan saat ini keduanya sudah berada didalam kereta tahanan untuk dibawah ke provinsi Herakly untuk diadili.

Sebagian pasukan yang tersisa dikerahkan untuk menggeledah kediaman Gilbert untuk mencari bukti tambahan serta mencari jejak mayat yang kemungkinan besar disembunyikan disekitar mansion.

Semua penghuni kediaman Gilbert tetap tenang karena sangat tahu jika tuan mereka tak mungkin melakukan kejahatan seperti yang dituduhkan.

Semua prajurit yang datang untuk mengeledah segera berpencar,  dan hanya dalam waktu lima menit satu prajurit memberi laporan sambil membawa beberapa berkas mengenai surat menyurat yang dilakukan oleh Viscount Alexander dengan petugas logistic istana untuk mengoplos bahan pangan dengan kualitas yang lebih rendah agar keuntungan yang mereka terima bisa lebih tinggi.

Adanya stempel resmi kediaman Gilbert, membuat Viscountess Sabrina yang tak masih belum sepenuhnya percaya dengan tuduhan sebesar ini pun langsung syok, hingga tubuhnya hampir luruh ke lantai.

Untung Amora dan Klara ada dibelakangnya, sehingga tubuh Viscountess Sabrina bisa ditopang dengan baik.

“Tidak! Pasti ada seseorang yang berniat menjebak keluarga kami! Suamiku tak mungkin melakukan pekerjaan kotor seperti itu”, teriak Viscountess Sabrina penuh penolakan.

“Benar atau tidaknya, semuanya bisa kita lihat dalam persidangan yang akan digelas sesegera mungkin, begitu tersangka tiba di provinsi”, jawab salah satu petugas tegas.

Kening semua orang mengernyit dalam,  terutama Yarex.  Pria tua yang sudah mengabdi puluhan tahun dikeluarga Gilbert merasa heran, keluarga Gilbert sudah kaya sejak dulu, jadi untuk apa dia melakukan korupsi.

Yarex yang sempat beberapa kali mengikuti Viscount Alexander untuk mengecek bantuan pangan yang akan disalurkan kepada para korban bencana mengetahui dengan pasti jika gandum yang dikirimkan semuanya memiliki kualitas yang sangat baik, karena dia sempat mengeceknya dengan mata kepala sendiri bersama beberapa pejabat terkait dengan bantuan itu sebelum semuanya dibawah pergi kelokasi yang terkena bencana.

“Kejam sekali orang yang memfitnah Tuan”, batin Yarex penuh kesedihan.

Yarex yang menyadari jika tuan besarnya difitnah mulai memikirkan dalang dibalik aksi pengerbekan ini.

Hanya satu orang yang terlintas dalam benak Yarex, seseorang yang bisa melakukan hal sekeji itu, Marquess Boryet.

Hanya pria tua dan jelek itulah yang terakhir kali bersinggungan dengan keluarga Gilbert.

Nama yang Yarex pikirankan juga terlintas dikepala Amora. Setelah gagal mendapatkan Regina dengan cara kotor,  kini Marquess Boryet melakukan hal yang lebih besar lagi dengan fitnah keji kepada ayah dan kakaknya.

Belum juga keterkejutan semua orang hilang, salah satu prajurit yang menggeledah kediaman kembali memberi laporan.

"komandan,  dibelakang mansion kami menemukan tiga mayat yang tampaknya baru beberapa hari dikubur, dua lelaki dan satu perempuan. Semua mayat sesuai dengan spesifikasi orang yang dilaporkan dibunuh oleh Viscount Alexander"

Ucapan salah satu prajurit tersebut membuat semua orang langsung membelalakkan matanya, terutama si tukang kebun karena tempat ditemukan ketiga mayat itu merupakan wilayahnya.

"Mayat? Dihalaman belakang mansion?", salah satu tukang kebun yang biasanya merawat dan mengurusi taman dan tanah pekarangan dibelakang mansion menyeletuk dengan ekpresi bingung.

Pasalnya, baru dua hari kemarin seluruh lahan kosong yang ada dihalaman belakang mansion baru saja dia bajak agar tanah menjadi gembur dan siap untuk ditanami.

Baru sehari saja dia lengah,  dilahan yang merupakan wilayah tempatnya bekerja, sudah dijadikan pemakaman umum yang berisi mayat seseorang yang tak diketahuinya.

Amora yang menyadari keanehan para prajurit yang menggeledah serta spesifiknya tujuan mereka yang langsung menuju ke arah dimana bukti berada merasa sangat marah.

"Sial! Aku kecolongan!",umpatnya dalam hati.

Amora tak menyangka jika masih ada pengkhianat didalam kediaman Gilbert selain Rosa.

"Seharusnya,  jalang satu itu aku bunuh dan tubuhnya aku bawa ke hutan untuk dijadikan makanan para serigala liar jika tahu dia akan menyusahkan begini setelah mati", gerutu Amora dalam hati.

Dia benar-benar menyayangkan tindakannya yang hanya memberi musuh obat perangsang, jika tahu mereka akan bertindak sekejam ini,  Amora seharusnya membunuh  mereka semua agar tak membuat masalah untuknya dimasa depan.

Tapi semua telah terjadi, keluarga Gilbert telah masuk dalam jebakan. Yang bisa dilakukan hanya memikirkan cara untuk keluar dari permasalahan ini.

Amora juga masih terlalu mudah dan tak berpengalaman sehingga dalam menangani  musuh-musuhnya, dia masih memiliki celah yang bisa dimanfaatkan.

Begitu mendapatkan barang bukti, para prajurit pun pergi, meninggalkan kediaman Gilbert yang jatuh dalam kekacauan.

"Bagaimana sekarang bu? Bagaimana nasib kita?", Regina bertanya sambil menangis dipelukan sang ibu.

Sementara Amora yang tak ingin ikut jatuh dalam tangisan sedih tersebut, diam-diam menarik tangan Klara dan membawanya kembali kedalam kamar.

Saat ini,  Amora tak lagi mempercayai siapapun,  hanya Klara yang dia percayai dan bisa dia ajak berdiskusi.

"Klara,  menurutmu,  siapa pengkhianat itu? ",Tanya Amora dengan ekspresi serius.

Klara tampak berpikir sejenak,  sebelum pada akhirnya dia menggeleng pelan."Semua terlihat abu-abu nona", jawabnya.

Amora mengernyitkan kening,  "Hari ini,  siapa yang tak ada di kediaman? ", tanyanya, berusaha untuk mengurai benang yang kusut.

"Semua orang tetap berada di tempat mereka nona,  hanya saja, saya tadi sempat melihat kepala pengawal Scoth menyelinap diantara para prajurit ketika para petugas menyisir kediaman untuk mencari barang bukti", ucap Klara dengan bola mata mengarah ke atas,  mencoba mengingat apa yang dia lihat tadi sekilas.

"Kepala pengawal Scoth?! ", ucap Amora mengulang ucapan Klara.

Amora terdiam sesaat, mencoba mencari benang merah atas permasalahan yang ada.

Kilat kemarahan terlihat di sorot matanya, suhu kamarpun langsung turun dengan drastis.

"Nona…",panggil Klara setengah ketakutan karena baru kali ini dia melihat Amora begitu marah.

"Klara,  bawa semua barang yang sudah kamu siapkan ke kereta kuda yang ada dibalik tembok mansion. Tampaknya,  malam ini kita tak akan bisa istirahat dengan tenang", ucap Amora tajam.

Klara yang mendengar perintah nona mudanya,  tak membuang waktu dan segera berkemas.

Meski mereka masih dalam status keluarga tersangka,  namun melihat kelicikan Countess Miskha dan Marquess Boryet, keduanya pasti tak akan melepaskan semua keluarga Gilbert dengan mudah.

Maka dari itu, Amora yang sudah bisa membaca sekilas rencana orang-orang licik dan keji itupun harus mulai bertindak sebelum terlambat.

"Klara, aku akan pergi sebentar.  Jika ada yang bertanya,  bilang aku sedang beristirahat "

Begitu selesai memberikan perintah, Amora segera berganti pakaian berwarna hitam dan melompat keluar dari jendela kamarnya yang ada dilantai dua.

Saat ini kediaman Gilbert sedang kacau,  pengawasan didalam mansion tak seketat sebelumnya.

Dia ingin pergi mengunjungi teman-teman gelandangannya. Amora yakin, teman-temannya itu  pasti memiliki informasi yang diinginkannya.

Baru saja hendak masuk ke kawasan kumuh,  tiba-tiba ada sebuah tangan yang menariknya dengan kuat.

"Semua menunggumu dihutan", bisik Thiago.

Amora yang merasa jika teman-temannya telah mengetahui kondisinya dan memiliki solusi untuk permasalahan yang sedang dihadapinya pun segera mempercepat langkahnya.

Sesuai dugaan,  semua temannya telah berkumpul ditempat biasa.

"Bagaimana kondisi mu? ",tanya Remo.

"Seperti yang guru dengar,  aku dan keluargaku sedang tidak baik-baik saja ",jawab Amora sambil mendaratkan pantatnya diatas rumput disamping pria yang menjadi guru berpedangnya itu.

Thiago yang biasa nya selalu acuh kini terlihat sangat antusias.

"Mereka akan bergerak malam ini juga.  Aku akan membantumu melepaskan keluarga mu dari jeratan para keparat itu! ", ucapnya dengan ekpresi penuh keseriusan.

"Kita matangkan lagi rencana yang telah kita susun", ucap Zoe menambahkan.

"Ya, rencana besarmu itu harus lebih dimatangkan lagi.  Aku yakin,  pria tua itu masih mengincar kakakmu.  Kita pakai celah ini untuk melumpuhkannya", Hans maju sambil memberikan coretan diatas kertas yang berisi rencananya.

Karena kemungkinan besar Amora,  ibu dan kakaknya akan menggunakn kereta kuda milik keluarga Gilbert yang sudah disembyikan dengan baik di balik tembok belakang kediaman, hal itu lebih mudah mereka untuk bergerak, dan Pablo yang mereka tugaskan sebagai kusir jika malam nanti kondisi benar-benar tak bisa dikendalikan.

Setelah tiga puluh menit berdiskusi,  Amora pun kembali ke kediaman untuk menyiapkan semuanya.

Keberuntungan tampaknya sedang berpihak padanya,  ditengah perjalanan pulang tak sengaja Amora melihat kepala pengawal Scoth mengendap-endap keluar kediaman.

Kembali mengingat percakapannya dengan Klara,  Amora pun segera membuntuti kemana Scoth pergi.

Amora menjaga jarak aman karena tahu jika Scoth sangat peka,  kekuatan elemen apinya pun tak rendah sehingga gadis itu tak mau mengambil resiko dan ketahuan sebelum mendapatkan informasi yang diinginkannya.

Melihat Scoth bertemu dengan salah satu pengawal Marquess Boryet disebuah gang sempit, Amora tak bisa membendung amarahnya dan hampir saja meledak.

"Tenangkan dirimu. Kita akan habisi pengkhianat itu nanti", ucap Remo yang tiba-tiba sudah ada disampingnya.

Remo mengikuti kemana Amora pergi karena khawatir waktu dia melihat muridnya itu berjalan mengendap-endap membuntuti Scoth yang dikenal memiliki kemampuan elemen api tingkat tiga, jauh diatas dari eleman api yang Amora miliki yang saat ini masih berada dilevel dua.

Tidak terlalu tinggi tapi cukup bisa membuat muridnya kuwalahan jika tak diantisipasi dengan baik.

Apalagi, saat ini kondisi emosi sang murid sedang tak stabil,  Remo takut Amora bertindak implusif yang merugikan dirinya,  dan tampaknya keputusannya itu tepat. Dia bisa menghentikan Amor bertindak gegabah dan membawanya pulang kembali ke kediaman keluarga Gilbert sebelum berhasil membuat kekacauan.

Terpopuler

Comments

Tiara Bella

Tiara Bella

makin seru aja ceritanya Thor....akankah Amora bisa mengatasi semuanya

2025-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!