AMBISI MARQUESS BORYET

Sebagai salah satu tokoh penting di provinsi Rethym, Marquess Boryet merupakan sosok yang sangat dihormati.

Tak ada satupun orang yang memiliki derajat dan kedudukan dibawahnya yang berani menolak keinginannya.

Meski sebagian besar orang hanya mengetahui jika dirinya memiliki satu istri sah dan tiga orang selir, namun wanita yang dia pelihara diluar rumah tanpa status yang jelas,  jumlahnya ada ratusan orang.

Kini, putri seorang Viscount dari kota kecil seperti Erythra, yang akan dia beri gelar sebagai selir keempatnya berusaha menolak, tentu saja hal itu menyakiti harga diri sang pria tua yang tak akan Marquess Boryet biarkan begitu saja.

Karena rasa bahagianya akan bertemu dengan primadona kota Erythra yang digadang-gadang memiliki kecantikan melebihi kecantikan Ratu Kaleis yang dianggap sebagai symbol kecantikan di negeri ini, membuat Marquess Boryet memiliki kesabaran yang lebih.

Sesuatu hal yang sebelumnya tak pernah terjadi pada dirinya yang sangat dominan dan tak sabaran.

“Kakak perempuanmu pastilah gadis yang sangat baik hingga sempat memikirkan kesehatanku meski kami belum pernah bertemu. Akan sangat rugi jika aku sampai tak bisa bertemu dengannya”, Marquess Boryet terus merongrong semua orang agar Regina segera dipanggil keluar.

Melihat besarnya ambisi Marquess Boryet untuk mendapatkan Regina, semakin menumbuhkan keyakinan dihati Amora jika memang ada orang yang sengaja memprovokasi pria tua itu.

Sebagai bangsawan berpangkat tinggi, Marquess Boryet tentu bisa dengan mudah bertemu dengan banyak wanita cantik dengan kedudukan sosial yang tinggi.

Namun saat ini, lelaki tua itu rela bertindak agresif demi bisa menemui kakaknya yang hanya anak seorang Viscount dari kota kecil.

Pandangan Amora beralih kepada sang ayah. Pria paruh baya itu terlihat sangat tertekan. Status bangsawan yang rendah membuatnya sulit untuk menentang keinginan Marquess Boryet.

“Saya minta maaf tuan Marquess. Tabib keluarga kami telah bekerja dengan baik. Bukan kami tak menghargai anda yang sangat terhormat ini, akan tetapi kondisi kakak saya memang hanya membutuhkan istirahat lebih”, Amora tidak ingin kalah, dan terus membantah setiap argument yang pria tua itu ucapkan.

Melihat jika rencananya untuk menggunakan Marquess Boryet agar bisa keluar dari kediaman Gilbert dan hidup bebas telah kandas, Amora tak lagi menahan diri.

Apapun yang terjadi, saat ini, Regina sama sekali tidak boleh bertemu dengan pria tua itu agar masa depan sang kakak tidak hancur.

Sayangnya, apa yang Amora upayakan pagi ini hanyalah kesiaan belaka. Regina yang selama ini sangat patuh pada setiap aturan yang dikeluarkan oleh kedua orang tuanya, entah kenapa pagi ini malah menjadi pembangkang.

Setelah kemarin dikurung seharian, Regina yang kembali mendapatkan perintah agar tak keluar dari dalam kamarnya, merasa kesal dan tidak mengindahkan larangan sang ayah untuk keluar dari dalam kamar.

Akibatnya, salah satu pengawal milik Marquess Boryet, yang entah bagaimana bisa menyusup dan berkeliling didalam kediaman Gilbert ketika semua orang sedang berkumpul diruang tamu, mengetahui jika Regina dalam kondisi sehat dan saat ini tengah bersantai ditaman bunga yang ada disamping kediaman.

Pengawal Marquess Boryet yang mengetahui keberadaan Reginapun bersuara untuk mematahkan argument Amora.

“Sepertinya anda keliru nona, kakak anda dalam kondisi sehat pagi ini dan telah beranjak dari kamarnya.Saat ini, nona Regina tengah bersantai ditaman bunga bersama pelayan pribadinya”, pengawal Marquess Boryet tersebut berbicara seraya tersenyum mengejek kepada Amora.

“Bodoh!”, umpat Amora dalam hati.

Ingin rasanya Amora membela kepala Regina dan melihat sebesar apa otak didalamnya hingga gadis itu bisa menjadi dungu dalam situasi genting seperti ini.

Bukan hanya Amora saja yang terkejut dengan ucapan pengawal itu, kedua orang tuanya dan semua pelayan yang ada diruang tamu mengalami hal yang sama.

Mereka sama sekali tak menduga, nona muda yang biasanya patuh kini telah berani membangkang, yang sayangnya dilakukan dalam kondisi tak tepat.

Disaat semua orang masih dalam kondisi syok mengetahui Regina telah melanggar larangan kepala keluarga Gilbert, sang Marquess yang sudah tak sabar ingin bertemu dengan Regina pun berteriak nyaring. “Tunggu apa lagi? Cepat panggil dia untuk segera menemuiku!”, perintahnya.

Semua orang tetap diam tak bergeming.Tindakan Marques Boryet dan pengawal yang dibawanya,  yang bertingkah semena-mena dan seenaknya sendiri,  sungguh memuakkan.

Teriakan keras Marquess Boryet mengundang langkah Regina untuk mendekat. Gadis itu mengira ayah dan ibunya terjerat masalah sehingga datang untuk melihat kondisi yang ada.

Teriakan Rosa yang memanggil-manggil namanya diabaikan begitu saja, langkah gadis itu mantap menuju ruang tamu untuk mengintip.

Melihat sosok cantik bersembunyi dibalik pilar yang tak berhasil menutupi seluruh tubuhnya, membuat pengawal yang tadi mengendap-endap masuk kedalam kediaman Gilbert berjalan mendekat kearah Marquess Boryet.

"Dia datang tuan", ujarnya berisik ditelinga Marquess Boryet, membuat wajah keriputnya langsung berseri-seri.

Begitu melihat sosok yang begitu indah, Marquess Boryat hampir meneteskan air liur. "Sedang apa kamu disana gadis cantik? Kemarilah, biarkan Marquess ini melihatnya", pria itu menunjuk tanpa tendeng aling-aling membuat Regina yang berada dalam persembunyiannya melotot terkejut.

Hati para penghuni mansion Gilbert kompak mencelos. Mereka menyayangkan tindakan gegabah Regina yang tidak seperti biasanya.

Semua orang telah berupaya untuk menyembunyikan keberadaan gadis cantik itu, bahkan kedua orang tuanya pun telah mengganti target, namun sayangnya, mangsa yang diburu sangat bodoh, dia malah datang sendiri, seolah menjatuhkan diri dalam perangkap yang telah Marquess Boryet pasang tanpa perlawanan.

Tidak memiliki jalan keluar, Regina terpaksa keluar dari tempat persembunyiannya dan mendekat pada sang Marquess.

"Salam tuan Marquess Boryet, saya Regina Laviola de Gilbert ", sapanya sopan.

Suara merdu Regina membuat tawa Marquess Boryet membahana. Beliau terlihat sangat puas dan semakin berambisi memiliki gadis cantik yang ada dihadapannya itu.

Binar mata hijau tuanya mengandung kemesuman hingga para wanita yang melihatnya merasa jijik.

Meski sedikit kesulitan, tapi pria tua itu tetap semangat beranjak dari tempat duduknya. Beliau mendekat pada Regina, meraih tangan sang jelita dan mengecup punggung tangannya.

Regina  telah terbiasa mendapatkan salam seperti itu dari banyak pria.  Status ayahnya yang hanya seorang Viscount tak membuatnya leluasa untuk menolak, apalagi jika itu datang dari bangsawan yang  memiliki kedudukan diatas keluarganya.

Demi tak menimbulkan masalah, Regina berusaha terbiasa dengan hal-hal seperti ini, meski ada sedikit rasa tak rela dalam hatinya.

"Sangat cantik!  Sangat indah! Benar-benar luar biasa!", ucap Marquess Boryet penuh kekaguman.

Lubang hidung sang Marquess tua sampai kembang kempis karena terlalu bersemangat dan sangat bernafsu.

Puas dengan penampilan Regina, Marquess Boryat pun segera menyampaikan maksud kedatangannya pagi ini.

"Kalian bersiaplah. Besok aku akan datang membawakan surat lamaran secara resmi untuk Regina dan aku akan segera memboyongnya ke provinsi Rethym begitu urusan disini telah selesai ", ucap Marquess Boryet penuh percaya diri.

Tingginya kepercayaan diri Marquess Boryet, membuat banyak orang menggelengkan kepala.Hanya satu kalimat yang cocok untuk pria tua itu, “Benar-benar tidak tahu malu!”.

Vicount Alexander yang sedari tadi terdiam, pada akhirnya mulai bersuara. "Tuan Marquess, saya masih ingin memiliki putri saya dan belum menginginkan pernikahan untuknya", ujarnya penuh ketegasan,  seolah tak menerima bantahan.

" Lancang! Berani sekali seorang Viscount sepertimu  menolak lamaran dari seorang Marquess sepertiku! ", teriaknya penuh amarah.

Pria tua itu menuding wajah Viscount Alexander dengan jari telunjuknya dan mengeluarkan umpatan kasar.

Lucius yang baru saja datang dan telah mendengar kabar apa yang terjadi di kediaman Gilbert pun berjalan masuk dan memasang badan untuk keluarganya.

"Jika kedatangan anda bukan untuk meninjau lahan pertanian, maka kami sarankan anda untuk segera kembali ".

Ucapan tegas Lucius membuat dada Marquess Boryet naik turun dengan cepat, menahan amarah dalam hatinya.

“Siapa kamu? Lancang sekali masuk dalam pembicaraan!”, teriaknya murka.

“Perkenalkan, saya Lucius Narendra de Gilbert. Mewakili seluruh keluarga Gilbert, saya ingin anda kembali sekarang juga!”, ucapan tegas yang kembali Lucius ucapkan semakin menambah kemurkaan Marquess Boryet.

Kedua mata Marquess Boryet membola dan hampir keluar dari tempatnya, terlihat sangat mengerikan. Harga diri sang pria tua itu tergores parah sampai-sampai atmosfer kemarahannya meluap-luap.

"Aku tidak bisa menerima penghinaan ini!  Kalian tunggu saja akibat kesombongan tidak tahu tempat yang kalian layangkan kepadaku!"

Sang Marquess tua akhirnya pergi dengan kepala berasap.  Para pengawal pria tua itu mengikuti sang majikan sambil sesekali melirik tajam penghuni mansion Gilbert.

Terpopuler

Comments

Tiara Bella

Tiara Bella

yahhhh rencana Amora gagal deh.....

2025-04-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!