HUKUMAN

Waktu terasa berjalan begitu lamban. Amora sekuat tenaga menahan keinginan untuk menguap lebar. Pesta minum teh ibunya masih jauh dari kata usai, namun punggungnya telah menjadi sangat sakit.

Jika bisa, dia ingin menaikkan satu kakinya keatas kursi. Posisi duduk seperti ini adalah yang paling nyaman.

Salah satu alasan kenapa Amora tidak menyukai kegiatan penuh kepura-puraan seperti pesta minum teh ini adalah selalu berjalan seperti ini, menjadi patung yang diabaikan setelah dilirik sebentar.

Regina memang terlalu berkilau, siapa saja yang berada disamping gadis itu akan terlihat seperti bayangan.

Bahkan Amora yang memiliki visual sangat mirip dengan sang kakak, tetap tidak selamat dari kilauan pesona Regina.

Perlakukan berbeda dari Viscountess Sabrina antara dirinya dengan sang kakak seakan membantu meredupkan posisi si bungsu.

Baliau pilih kasih, semua orang bisa melihatnya. Tapi mereka menganggap itu merupakan hal yang wajar.

Memang siapa yang tidak bangga jika memiliki putri semenawan Regina!

Siapapun orang normal pasti akan melakukan hal seperti itu yang tanpa sadar apa yang mereka lakukan telah menyakiti perasaan anak mereka yang lain tanpa sengaja.

Kedua mata Amora sudah tak bisa bertahan lagi. Beberapa kali dia membuka kipas yang ada ditangannya, menutupi wajahnya, agar kedua matanya bisa tertutup meski hanya sejenak.

Klara yang beberapa kali mendapat pelototan maut dari Viscountess Sabrina hanya bisa menendang kursi yang diduduki oleh nona mudanya itu beberapa kali.

Namun, Amora yang sudah sangat mengantuk, mendengar ocehan para wanita bangsawan yang baginya seperti alunan lagu pengantar tidur itu, tak menghiraukan peringatan pelayan pribadinya yang kini sudah berkeringat dingin ketakutan.

“Awww...!”, teriak Amora spontan begitu cubitan keras terasa di pahanya, membuat wajah Viscountess Sabrina memerah seketika, menahan malu oleh ulah putri bungsunya.

.................................................

“Apa hukuman berlutut terlaku ringan untukmu!”

Viscountess Sabrina menyorot tajam pada Amora. Gadis itu menunduk seraya bersimpuh didepan sang ibu yang berdiri menjulang dihadapannya.

Setengah jam setelah pesta minum teh usai, Viscountess Sabrina memanggil Amora untuk menemuinya dihalaman belakang mansion.

Tingkah laku tak terpuji Amora selama pesta minum teh berlangsung yang telah membuatnya malu dan hampir melepaskan buruan besarnya, menjadi alasan utama Viscountess Sabrina meradang.

“Sebenarnya, siapa yang kau tiru? Apa ibu dan kakakmu bertingkah tidak beradab?”

Viscountess Sabrina tidak mengerti kenapa putri bungsunya begitu tidak bisa diandalkan!

Bukan hanya tidak anggun, kelakukan Amora terlalu nakal untuk seorang gadis bangsawan seusianya.

Regina menonton tidak jauh dari posisi sang ibu berdiri, dia turut memberi tatapan kesal pada adiknya.

Bagi gadis bangsawan yang taat aturan seperti dia, tingkah laku Amora sangat menyakiti mata.

“Mulai hari ini, tidak akan ada lagi hukuman berlutut di aula”, Viscountess Sabrina melirik beberapa pengawal yang berdiri tak jauh darinya dengan tajam.

“Scoth, cambuk Amora sebanyak 50 kali!”, perintahnya pada kepala pengawal Scoth yang memberi anggukan patuh sebagai jawaban.

Amora mendongak, dia kemudian menunduk kembali setelah mendapatkan pelototan maut dari ibunya yang terlihat sangat menyeramkan.

“Haish...! Mata ibu seram sekali”, batinnya.

“Kenapa? Bukankah kau sangat menyukai perkelahian hingga tak takut mendapat bekas luka?”, tanya Viscountess Sabrina melihat Amora seperti ketakutan, alisnya memicing, dia sedang meremehkan putri bungsunya.

Amora diam saja, meski sering bertingkah sembrono, dia tahu kapan harus mengalah dan kapan harus menyela perkataan ibu dan ayahnya.

“Scoth, jangan main-main dengan cambukmu. Lakukan dengan benar”, Viscountess Sabrina memperingati ketika Scoth mendekat kepadanya.

“Baik nyonya Viscountess”, jawab Scoth seraya menunduk hormat.

Dia adalah kepala pengawal kediaman Gilbert  yang baru berusia dua puluh dua tahun. Meski tergolong muda, tapi  pengalaman dan kemampuan bertarungnya tidak bisa diremehkan.

Mendapat jawaban yang memuaskan, Viscountess Sabrina segera menyingkir . Dia memilih duduk disofa yang telah disiapkan oleh para pelayan agar bisa  melihat jalannya hukuman cambuk Amora dengan santai.

Regina mendekat, dia mendudukkan diri disamping sang ibu. Tatapan si anak tengah terhadap si bungsu tak terbaca.

Dia mungkin ngeri membayangkan cambuk tebal yang terbuat dari kulit lembu akan segera menghantam punggung kecil adik bungsunya itu.

“Nyonya, Scoth adalah kepala pengawal, tenaga dalamnya jelas lebih baik dari pengawal lain. Apa tidak sebaiknya anak buah Scoth yang bertindak mengeksekusi”, Yarex, kepala pelayan kediaman Gilbert mencoba bernegoisasi dengan nyonya rumah.

Hati pria paruh baya itu tak bisa abai pada keselamatan Amora. Meski sang nona bungsu sangat nakal, tapi hukuman menerima cambukan dari pria dewasa yang menguasai ilmu bela diri rasanya sangat keterlaluan.

“Aku tahu apa yang sedang aku lakukan”, Viscountess Sabrina menjawab dingin.

Dia bahkan tidak melirik sedikitpun pada kepala pelayan yang berdiri disampingnya. Yarex terpaksa diam, menatap prihatin pada nona bungsunya yang masih tidak bergeming dari posisi awal.

Hati pria paruh  baya itu menjerit, dia takut nantinya bekas cambukkan dipunggung Amora tidak akan bisa menghilang.

Nona bangsawan yang belum debut dan menikah pantang memiliki bekas luka. Jadi, begitu suara cambuk beradu dengan punggung berlapis kain tipis memasuki gendang telinganya, Yarex memilih untuk memejamkan mata.

“Nyonya, mohon saya saja yang menerima hukuman cambuk ini. Saya yang bersalah nyonya. Saya tidak menjaga nona Amora dengan baik”, Klara bersimpuh didepan kaki Viscountess Sabrina

Gadis berusia delapan belas tahun itu menangis tersedu, tidak bisa menerima nona yang dia rawat sepenuh hati harus mendapatkan hukuman menyakitkan, berupa cambukan.

“Setelah Scoth selesai dengan hukuman Amora, kamu juga akan mendapatkannya”, jawaban Viscountess Sabrina lagi-lagi membuat banyak orang tercekat.

Regina yang duduk disamping sang ibu sampai meremas-remas ujung gaun yang dipakainya seraya melirik kearah lain. Melihat Amora diam saja meski punggungnya mulai berdarah, Regina merasa tidak tega.

Kecemasan dan kengerian diwajah Regina dan semua pelayan yang serta pengawal yang menyaksikkan jalannya hukuman untuk Amotra ditangkap oleh indera penglihatan Viscountess Sabrina, membuat wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik itu menghela nafas dalam beberapa kali sebelum menghembuskannya secara perlahan.

“Jika kalian pikir aku jahat, maka segera ingat kembali, berapa banyak kesempatan yang aku berikan kepada anak nakal ini. Dia tidak akan berubah menjadi lebih baik jika aku tetap bersikap lembut. Menurutnya, aku tidak berani bertindak keras kepadanya, jadi dia terus saja membuat ulah”, Viscountess Sabrina menjelaskan isi pikirannya.

Dia bukan ibu yang kejam, dia hanya terpaksa menjadi kejam agar anak bungsunya menemui kata jera sehingga dia akan berpikir seribu kali untuk membuat kesalahan yang sama di masa depan.

Empat tahun lagi, Amora akan debut dikehidupan sosial, dia tak boleh dibiarkan terus bermain tidak jelas dan berulah tidak paham aturan yang akan berakhir semakin memalukan keluarga Gilbert.

Para pengawal dan pelayan yang ada disana semua terdiam. Mereka menunduk, tidak membantah dan tidak mau melihat keadaan sang nona bungsu yang mulai terkulai dilantai.

Gaun biru muda Amora telah berubah menjadi merah dibagian punggungunya yang telah robek dan memperlihatkan kulit pucat yang tak lagi mulus, penuh luka akibat cambukan yang diterimanya.

Meksi begitu, wajah Amora tetap datar tanpa ekpresi, seolah lima puluh cambukan yang baru saja dijalaninya bukanlah apa-apa.

Jika saja semua orang tak melihat bagaimana kuatnya Scoth melayangkan cambuk kulit lembu tersebut ke punggung sang nona muda, serta darah yang merembes keluar, mungkin mereka tak akan menatap sedih Amora.

Sikap tegar yang Amora tunjukkan semakin membuat hati semua orang yang menyaksikkan merasa pedih.

Mereka tidak tahu saja jika Amora memang tak bisa merasakan apa-apa karena dia mengidap penyakit Congenital Insensitivity to Pain with Anhydrosis atau biasa disebut CIPA.

CIPA merupakan penyakit bawaan lahir yang sangat langka dimana sang penderita tidak mampu merasakan suhu panas atau dingin, tidak berkeringat (anhidrosis), dan tidak merasakan sakit ketika cedera, terbentur, ataupun terluka.

Hal ini cukup berbahaya, karena penderita yang tak sadar jika dirinya terluka bisa saja kehilangan nyawa akibat kehabisan darah atau terinfeksi maupun teracuni akibat tak adanya reaksi yang muncul dari tubuhnya.

Kondisi ini merupakan warisan dari keluarga Viscountess Sandra yang sayangnya, hal tabu seperti ini tak terungkapkan sehingga apa yang Amora alami tak diketahui oleh kedua orang tua dan keluarganya.

Terpopuler

Comments

Tiara Bella

Tiara Bella

kasian banget Amora ...

2025-04-09

0

lihat semua
Episodes
1 AWAL MULA
2 BERULAH
3 SANG PRIMADONA
4 HUKUMAN
5 KEKUATAN TERSEMBUNYI AMORA
6 TERPOJOKKAN
7 KABAR BURUK
8 PERJODOHAN
9 MENYUSUN RENCANA
10 BERKENCAN
11 KUNJUNGAN MARQUESS BORYET
12 PAGI YANG MENGHEBOHKAN
13 AMBISI MARQUESS BORYET
14 RASA SAYANG YANG BERLEBIH BISA MENGHANCURKAN
15 PERBINCANGAN RINGAN
16 MASUK DALAM JEBAKAN
17 MENYELAMATKAN REGINA
18 MURKA
19 FITNAH KEJI
20 AKHIR YANG TRAGIS
21 PERTEMPURAN PART 1
22 PERTEMPURAN PART 2
23 KEKUATAN BARU
24 BERUSAHA MENGIKHLASKAN
25 TURUN GUNUNG
26 DESA WINGIT
27 MULAI BERAKSI
28 PETUNJUK
29 PERJALANAN
30 TIBA-TIBA JADI PENGAWAL
31 MONSTER KATAK RAKSASA
32 TAKDIR YANG RUMIT
33 MENGGAGALKAN AKSI SINDIKAT PERDAGANGAN MANUSIA
34 MEMINTA BANTUAN
35 KOTA PIRAUS
36 SELEKSI PERTAMA
37 SERANGAN
38 MUSUH SEMAKIN BERANI
39 SEMAKIN SERU
40 PERTARUNGAN SENGIT
41 MASUK JEBAKAN
42 PENASARAN
43 SELEKSI TAHAP KELIMA
44 SEDIKIT SANTAI
45 KETEGANGAN
46 GERAM
47 MENYELAMATKAN SANDERA
48 SELEKSI TERAKHIR
49 MISI RESMI PERTAMA
50 LEMBAH BERACUN
51 MENGGAGALKAN RITUAL SESAT
52 MENCARI MARKAS SEKTE SESAT
53 MENEMUKAN BUKTI
54 MENCARI BUKTI TAMBAHAN
55 MENEGAKKAN KEADILAN
56 SIAGA SATU
57 KEMBALI KE KAMP MILITER
58 RUMOR
59 INSPEKSI
60 PENYESALAN YANG DALAM
61 DAMPAK
62 DISKUSI
63 PERGI KE PROVINSI RETHYM
64 MENEMUKAN SANG KAKAK
65 MEMBAWA KE TEMPAT YANG AMAN
66 MEMPERSIAPKAN DIRI
67 GEBRAKAN AWAL
68 BERTINDAK CEPAT
69 MUSNAH
70 MENGAMANKAN BUKTI
71 INTEROGASI
72 JALANNYA PERSIDANGAN
73 HARI EKSEKUSI
74 KESALAHPAHAMAN YANG MANIS
75 TAK SESUAI EKPETASI
76 PETAK UMPET
77 ILUSI
78 AKHIR DARI RAJA PETERSON
79 PENASARAN
80 TERLALU AMBISIUS
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
Episodes

Updated 85 Episodes

1
AWAL MULA
2
BERULAH
3
SANG PRIMADONA
4
HUKUMAN
5
KEKUATAN TERSEMBUNYI AMORA
6
TERPOJOKKAN
7
KABAR BURUK
8
PERJODOHAN
9
MENYUSUN RENCANA
10
BERKENCAN
11
KUNJUNGAN MARQUESS BORYET
12
PAGI YANG MENGHEBOHKAN
13
AMBISI MARQUESS BORYET
14
RASA SAYANG YANG BERLEBIH BISA MENGHANCURKAN
15
PERBINCANGAN RINGAN
16
MASUK DALAM JEBAKAN
17
MENYELAMATKAN REGINA
18
MURKA
19
FITNAH KEJI
20
AKHIR YANG TRAGIS
21
PERTEMPURAN PART 1
22
PERTEMPURAN PART 2
23
KEKUATAN BARU
24
BERUSAHA MENGIKHLASKAN
25
TURUN GUNUNG
26
DESA WINGIT
27
MULAI BERAKSI
28
PETUNJUK
29
PERJALANAN
30
TIBA-TIBA JADI PENGAWAL
31
MONSTER KATAK RAKSASA
32
TAKDIR YANG RUMIT
33
MENGGAGALKAN AKSI SINDIKAT PERDAGANGAN MANUSIA
34
MEMINTA BANTUAN
35
KOTA PIRAUS
36
SELEKSI PERTAMA
37
SERANGAN
38
MUSUH SEMAKIN BERANI
39
SEMAKIN SERU
40
PERTARUNGAN SENGIT
41
MASUK JEBAKAN
42
PENASARAN
43
SELEKSI TAHAP KELIMA
44
SEDIKIT SANTAI
45
KETEGANGAN
46
GERAM
47
MENYELAMATKAN SANDERA
48
SELEKSI TERAKHIR
49
MISI RESMI PERTAMA
50
LEMBAH BERACUN
51
MENGGAGALKAN RITUAL SESAT
52
MENCARI MARKAS SEKTE SESAT
53
MENEMUKAN BUKTI
54
MENCARI BUKTI TAMBAHAN
55
MENEGAKKAN KEADILAN
56
SIAGA SATU
57
KEMBALI KE KAMP MILITER
58
RUMOR
59
INSPEKSI
60
PENYESALAN YANG DALAM
61
DAMPAK
62
DISKUSI
63
PERGI KE PROVINSI RETHYM
64
MENEMUKAN SANG KAKAK
65
MEMBAWA KE TEMPAT YANG AMAN
66
MEMPERSIAPKAN DIRI
67
GEBRAKAN AWAL
68
BERTINDAK CEPAT
69
MUSNAH
70
MENGAMANKAN BUKTI
71
INTEROGASI
72
JALANNYA PERSIDANGAN
73
HARI EKSEKUSI
74
KESALAHPAHAMAN YANG MANIS
75
TAK SESUAI EKPETASI
76
PETAK UMPET
77
ILUSI
78
AKHIR DARI RAJA PETERSON
79
PENASARAN
80
TERLALU AMBISIUS
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!