Season 1 ; Bab 4 – Harga dari Satu Jiwa

Langit malam itu kelabu, seperti arang yang belum padam.

Murni menatap bayangannya sendiri di genangan air trotoar. Wajahnya pucat. Matanya cekung. Tak ada bekas cahaya iman seperti dulu. Yang ada hanya kelelahan… dan sesuatu yang lebih sunyi dari sepi: beban.

Ia telah menyelamatkan seorang anak. Tapi setelah itu, malam-malamnya menjadi ladang mimpi buruk.

Setiap kali tertidur, ia terlempar ke atap gedung itu lagi. Namun anak laki-laki itu tak pernah utuh. Kadang hanya tangan. Kadang hanya suara. Kadang ia melihat dirinya sendiri berdiri di ujung, siap melompat. Dan dari bawah, Mahanta menatapnya. Selalu dengan mata yang tak menyalahkan, tapi juga tidak menolong.

Ia tak bisa menceritakan semua ini kepada siapa pun. Kepada kepala biara, bahkan kepada Tuhan.

Karena bagian dari dirinya mulai bertanya-tanya…

“Apakah yang aku lakukan ini... suci?”

Warung itu kini terasa lebih seperti perangkap daripada tempat perlindungan. Tapi setiap malam, kakinya seolah ditarik magnet maha kuat ke sana.

Pelanggan datang dan pergi. Tidak seorang pun berbicara langsung kepada Murni. Mereka duduk, memesan, dan menatap kosong ke arah Mahanta, seolah tahu apa yang mereka butuhkan sebelum mereka sendiri tahu.

Suatu malam, seorang wanita paruh baya datang. Rambutnya acak-acakan, bibirnya gemetar. Dia memegang kantong plastik berisi boneka kecil dan sepasang sepatu bayi.

Murni duduk di meja sebelahnya, tak berani bicara.

Tapi wanita itu menatapnya tiba-tiba. Matanya merah seperti baru saja menghabiskan lautan air mata.

“Anakku mati dalam kandungan. Mereka bilang tak ada detak jantungnya. Tapi... aku masih dengar dia menangis waktu aku tidur,” bisiknya.

Murni membeku.

Mahanta datang dengan semangkuk bubur putih dan meletakkannya perlahan di meja wanita itu. Tidak ada kata. Hanya diam.

Wanita itu menatap mangkuk itu lama. Lalu ia makan perlahan. Dan ketika sendok terakhir masuk ke mulutnya, tubuhnya mulai menyala samar, seperti bara halus di bawah kulit. Dalam sekejap... dia menghilang.

Yang tertinggal hanya boneka dan sepatu bayi.

Murni nyaris jatuh dari kursinya.

Mahanta menatapnya. “Kau akan terbiasa.”

“Apa yang terjadi padanya?”

“Dia kembali ke tempat sebelum luka. Kadang itu berarti hidup... kadang tidak.”

“Kau tidak tahu?”

Mahanta menggeleng pelan. “Tugasku bukan mengantar mereka ke surga atau neraka. Aku hanya menyiapkan perjamuan terakhir... bagi yang masih bisa ditebus.”

“Dan tugasku?”

Mahanta memandangnya. Mata itu seperti kaca hitam yang menolak pantulan.

“Kau belum memutuskan. Tapi keputusan itu akan datang... ketika waktunya tiba.”

---

Murni kembali ke kamar sewaannya dengan tubuh gemetar. Ia menyalakan lampu, tapi cahayanya terasa terlalu terang. Dunia normal jadi terlalu kasar. Setiap benda terlihat seperti tidak berada di tempatnya.

Ketika ia membuka pintu kamar mandi, cermin di dalamnya tidak memantulkan dirinya.

Melanka wajah wanita yang tadi malam duduk di warung.

Wanita itu menatap Murni dengan air mata darah.

Lalu berucap satu kalimat: “Kau ambil lukaku. Sekarang kau harus memeliharanya.”

Dan menghilang.

Hari-hari berikutnya menjadi semacam ilusi.

Murni mulai mencium bau kayu terbakar setiap kali seseorang dekat dengan bunuh diri. Di gereja, ia bisa mencium aroma kematian dari seorang umat yang sedang berlutut dengan wajah bersinar. Ia tahu lelaki itu menyembunyikan obat tidur di sakunya.

Di supermarket, ia melihat seorang perempuan muda membeli seikat tali dan satu kaleng bir sambil tersenyum kepada kasir.

Setiap hari, semakin banyak sinyal.

Dan itu membuatnya muak.

Ia tak sanggup menyelamatkan semuanya. Ia bahkan tak tahu apakah ia benar-benar menyelamatkan yang sebelumnya.

Dan Mahanta?

Lelaki itu tetap seperti malam pertama mereka bertemu. Dingin. Tenang. Tidak pernah menyentuh. Tidak pernah bertanya apakah Murni baik-baik saja.

Murni ingin membencinya. Tapi ia juga tahu: Hanya Mahanta satu-satunya yang mengerti apa yang kini ia lihat.

Suatu malam, Murni kembali duduk sendirian di warung, tanpa pelanggan, tanpa suara. Hanya Mahanta di dapur, mengaduk sup yang tak beruap.

“Kenapa aku?” tanya Murni.

“Karena kau mendengar panggilan itu,” jawab Mahanta, tanpa menoleh.

“Apa tidak ada orang lain?”

“Banyak. Tapi mereka menutup telinga.”

Murni mengepalkan tangan. “Aku bukan siapa-siapa. Aku... hanya ingin sembuh. Aku ingin kembali menjadi manusia biasa.”

Mahanta diam sejenak. Lalu berbalik. Wajahnya lembut, tapi bukan kelembutan manusia. Melainkan lembut seperti arus yang siap menyeret kapal karam.

“Tidak ada yang benar-benar biasa setelah melihat dunia ini. Tapi kau bisa memilih: tenggelam bersamanya... atau belajar berenang.”

Murni terisak. Untuk pertama kalinya sejak ia datang ke warung itu, air matanya jatuh. Tapi bukan karena takut. Bukan karena beban.

Tapi karena kesepian.

“Kalau aku jatuh nanti... siapa yang akan menyelamatkanku?”

Mahanta mendekat. Tak menjawab, hanya duduk di seberangnya. Tangannya bergerak pelan, menggeser semangkuk sup ke arah Murni.

Sup itu bening. Tapi berbeda dari biasanya.

Di permukaannya... Murni melihat dirinya sendiri. Duduk di dalam gereja, mengenakan jubah putih, bukan pakaian biarawati abu-abunya yang biasa, dikelilingi oleh orang-orang yang menatapnya... sebagai musuh.

Terpopuler

Comments

adi_nata

adi_nata

mereka yang diselamatkan, mungkin sebenarnya tak ingin diselamatkan.

2025-05-01

0

lihat semua
Episodes
1 Season 1 ; Bab 1 – Sinyal Awal
2 Season 1 ; Bab 2 - Warung Yang Tak Ada di Peta
3 Season 1 ; Bab 3 - Sup Untuk Yang Hampir Mati
4 Season 1 ; Bab 4 – Harga dari Satu Jiwa
5 Season 1 ; Bab 5 – Wajah-Wajah Tanpa Warna
6 Season 1 ; Bab 6 - Bukan Manusia Biasa
7 Season 1 ; Bab 7 - Pengunjung Tanpa Wajah
8 Season 1 ; Bab 8 - Mencari Makna Mimpi
9 Season 1 ; Bab 9 – Yang Masih Hidup
10 Season 1 ; Bab 10 – Rasa Yang Asing
11 Season 1 ; Bab 11 – Nama Dari Neraka
12 Season 1 ; Bab 12 - Konfrontasi
13 Season 1 ; Bab 13 - Keraguan
14 Season 1 ; Bab 14 - Yang Bisa Menyelamatkan
15 Season 1 ; Bab 15 - Suara Dari Kedalaman
16 Season 1 ; Bab 16 - Menu
17 Season 1 ; Bab 17 - Makna Cinta
18 Season 1 ; Bab 18 - Duduk Dalam Bayangan
19 Season 1 ; Bab 19 - Kembali Ke Biara
20 Season 1 ; Bab 20 - Pendosa Yang Ingin Jatuh
21 Season 1 ; Bab 21 - Perjuangan
22 Season 1 ; Bab 22 - Kembali Ke Warung
23 Season 1 ; Bab 23 - Yang Tidak Ingin Kembali
24 Season 1 : Bab 24 - Neraka Ceria (1)
25 Season 1 ; Bab 25 - Neraka Ceria (2)
26 Season 1 ; Bab 26 - Tertangkap Basah
27 Season 1 ; Bab 27 - Dibuntuti
28 Season 1 ; Bab 28 — Jiwa Yang Gelisah
29 Season 1 ; Bab 29 - Tamu Dari Antara Dunia
30 Season 1 ; Bab 30 - Dikurung
31 Season 1 ; Bab 31 - Melarikan Diri
32 Season 1 ; Bab 32 - Mahanta Telah Menikah?
33 Season 1 ; Bab 33 - Wanita Yang Dicintai Mahanta
34 Season 1 ; Bab 34 - Pintu Ke Dunia Lain
35 Season 1 ; Bab 35 - Luka Mahanta
36 Season 1 ; Bab 36 - Kembalilah
37 Season 1 ; Bab 37 - Dirawat Di Biara
38 Season 1 ; Bab 38 - Pengakuan Dosa
39 Season 1 ; Bab 39 - Api Yang Mengubah Segalanya (Akhir)
40 Season 2 ; Bab 1 – Mereka Yang Terjun Ke Sunyi
41 Season 2; Bab 2 – Kilatan Cahaya Yang Menyakitkan
42 Season 2 ; Bab 3 – Misi Yang Gagal Lagi Dan Lagi
43 Season 2 ; Bab 4 – Amarah Yang Menghitamkan Langit
44 Season 2; Bab 5 – Malaikat Tanpa Nama
Episodes

Updated 44 Episodes

1
Season 1 ; Bab 1 – Sinyal Awal
2
Season 1 ; Bab 2 - Warung Yang Tak Ada di Peta
3
Season 1 ; Bab 3 - Sup Untuk Yang Hampir Mati
4
Season 1 ; Bab 4 – Harga dari Satu Jiwa
5
Season 1 ; Bab 5 – Wajah-Wajah Tanpa Warna
6
Season 1 ; Bab 6 - Bukan Manusia Biasa
7
Season 1 ; Bab 7 - Pengunjung Tanpa Wajah
8
Season 1 ; Bab 8 - Mencari Makna Mimpi
9
Season 1 ; Bab 9 – Yang Masih Hidup
10
Season 1 ; Bab 10 – Rasa Yang Asing
11
Season 1 ; Bab 11 – Nama Dari Neraka
12
Season 1 ; Bab 12 - Konfrontasi
13
Season 1 ; Bab 13 - Keraguan
14
Season 1 ; Bab 14 - Yang Bisa Menyelamatkan
15
Season 1 ; Bab 15 - Suara Dari Kedalaman
16
Season 1 ; Bab 16 - Menu
17
Season 1 ; Bab 17 - Makna Cinta
18
Season 1 ; Bab 18 - Duduk Dalam Bayangan
19
Season 1 ; Bab 19 - Kembali Ke Biara
20
Season 1 ; Bab 20 - Pendosa Yang Ingin Jatuh
21
Season 1 ; Bab 21 - Perjuangan
22
Season 1 ; Bab 22 - Kembali Ke Warung
23
Season 1 ; Bab 23 - Yang Tidak Ingin Kembali
24
Season 1 : Bab 24 - Neraka Ceria (1)
25
Season 1 ; Bab 25 - Neraka Ceria (2)
26
Season 1 ; Bab 26 - Tertangkap Basah
27
Season 1 ; Bab 27 - Dibuntuti
28
Season 1 ; Bab 28 — Jiwa Yang Gelisah
29
Season 1 ; Bab 29 - Tamu Dari Antara Dunia
30
Season 1 ; Bab 30 - Dikurung
31
Season 1 ; Bab 31 - Melarikan Diri
32
Season 1 ; Bab 32 - Mahanta Telah Menikah?
33
Season 1 ; Bab 33 - Wanita Yang Dicintai Mahanta
34
Season 1 ; Bab 34 - Pintu Ke Dunia Lain
35
Season 1 ; Bab 35 - Luka Mahanta
36
Season 1 ; Bab 36 - Kembalilah
37
Season 1 ; Bab 37 - Dirawat Di Biara
38
Season 1 ; Bab 38 - Pengakuan Dosa
39
Season 1 ; Bab 39 - Api Yang Mengubah Segalanya (Akhir)
40
Season 2 ; Bab 1 – Mereka Yang Terjun Ke Sunyi
41
Season 2; Bab 2 – Kilatan Cahaya Yang Menyakitkan
42
Season 2 ; Bab 3 – Misi Yang Gagal Lagi Dan Lagi
43
Season 2 ; Bab 4 – Amarah Yang Menghitamkan Langit
44
Season 2; Bab 5 – Malaikat Tanpa Nama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!