Bab 4

Pagi ini, matahari baru menampakkan sinar hangatnya. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi, tapi kondisi daerah yang banyak ditumbuhi oleh pohon besar mengakibatkan sinar matahari terhalang untuk bisa mencapai pemukiman yang berada di bawahnya.

Jika di kota besar, waktu seperti saat ini sudah sangat terang, juga beberapa orang telah menikmati cahaya hangat sinar matahari pagi sepenuhnya. 

Ahh, kota besar. Luna kembali mengingat tempat dimana ia meletakkan semua mimpi dan juga harapan besarnya. Tempat yang sangat berarti, memberikan ilmu dan juga pengalaman yang luar biasa. Namun, semua itu harus rela ia kubur mulai dari sekarang.

Apalagi saat dirinya kembali mengingat nama sang suami. Pria yang sangat dicintainya itu, justru selalu menorehkan luka di hatinya. Lamunan itu membuat gerakan tangan Luna yang tengah memotong bawang tampak begitu lambat, pandangannya juga kosong, seperti tengah memikul sesuatu yang berat.

Melihat hal itu, Bu Galuh yang tengah mengupas wortel langsung memberikan tatapan tajamnya ke arah Luna.

“Pisau di rumah ini sangat tajam. Jika tidak pandai menggunakannya, maka tangan yang akan menjadi korbannya,” sindir Bu Galuh sambil melirik sedikit ke arah Luna.

Luna tersentak, ia sadar jika ucapan itu pastilah untuknya. Dengan segera Luna menunduk, agar bisa menyembunyikan genangan air yang telah memenuhi matanya.

“Maaf, Bu…saya tidak bermaksud untuk…” 

“Letakkan saja semuanya! Jangan memaksakan masuk ke dapur jika tubuhmu masih terasa lelah.” Bu Galuh memotong ucapan Luna begitu saja. Tangannya meraih keranjang penuh bawang yang berada di hadapan Luna, berusaha menunjukkan siapa yang memang berkuasa di rumah ini.

Di sisi lain, Maria, sang kakak ipar hanya bisa memberikan senyuman tipisnya. Merasa begitu senang saat Ibu mertuanya itu menegur Luna. Sambil membuat sambal, ia tampak bersenandung kecil, seolah begitu senang melihat tontonan luar biasa pagi ini.

Mendapatkan perlakuan seperti itu, Luna menarik nafas panjang, ingin sekali marah, ingin sekali berteriak. Tapi, ia memilih untuk menurunkan egonya lalu mulai berucap dengan pelan ke arah Bu Galuh.

“Sekali lagi saya minta maaf. Dan, izinkan saya untuk tetap membantu Mbak Maria dan Ibu sampai selesai, ya?” ucap Luna penuh harap.

Bu Galuh kini menatapnya dalam beberapa detik. Raut wajahnya masih tegang seperti tadi, sangat nampak jika wanita paruh baya itu begitu tak suka dengan kehadiran Luna di rumahnya.

“Baiklah,” ucap Bu Galuh pada akhirnya setelah melalui beberapa pertimbangan. “Cepat siapkan daun bayam. Cuci bersih, lalu rebus. Jangan sampai kelamaan, nanti lembek!” 

“Baik, Bu,” jawab Luna.

Luna mulai bergerak dengan cekatan. Kali ini ia bertekad untuk tidak akan mengecewakan Ibu mertuanya itu. Meski hatinya terasa sakit atas situasi yang ada saat ini, tapi Luna masih bersyukur karena dirinya bisa tetap bersama dengan kedua buah hatinya. Sarah dan Siena.

Tak berapa lama kemudian, terdengar sebuah suara dari arah luar rumah.

“Sayur…sayur! Sayur segar.” suara serak itu terdengar begitu nyaring di telinga.

“Maria, lanjutkan masakan ini, ya. Ibu mau ke tukang sayur dulu,” Bu Galuh berpamitan pada Maria, tapi sama sekali tak menggubris dengan kehadiran Luna.

“Baik, Bu,” jawab Maria seramah mungkin.

Saat Bu Galuh telah pergi, wajah sumringah Maria berubah seketika. Yang awalnya sangat bersahabat, kini mulai memberikan lirikan tajamnya pada Luna. Melihat masakan yang dititipkan padanya, membuat sebuah ide jahat melintas begitu saja.

“Ehm, Luna,” panggil Maria.

Luna mendongak, lalu menjawab, “Iya, Mbak Maria.” 

“Bisakah kamu memberikan garam di masakan itu? Sepertinya Ibu belum memberikan bumbu apapun,” ucapnya sangat licik. Padahal ia sudah tahu jika masakan itu telah diberi garam tadi sebelum Bu Galuh pergi.

“Baik,” Luna meninggalkan pekerjaannya, lalu mulai mendekat ke arah masakan yang dimaksud. 

Maria yang melihatnya hanya bisa tersenyum, sebentar lagi wanita yang sok polos itu akan mendapatkan kemarahan besar dari Ibu mertua mereka karena telah menghancurkan rasa masakan itu.

Namun sepertinya hal itu diluar dugaan. Luna mengambil sebuah sendok kecil, lalu mencicipi masakan itu terlebih dulu untuk memastikan takaran rasanya. Ia sedikit bingung, karena semua terasa pas, lalu untuk apa lagi ditambahkan garam.

“Mbak, rasanya sudah pas. Jika ditambahkan garam lagi, maka masakan ini akan keasinan,” ucap Luna pada Maria.

“Oh benarkah? Mungkin Ibu tadi sudah memberikan garam terlebih dahulu,” Maria berusaha tertawa dengan canggungnya. “Untung kamu memeriksanya,” lanjutnya.

Luna hanya tersenyum sejenak, lalu kembali melanjutkan kegiatannya. Sama sekali tak menaruh rasa curiga pada kakak iparnya yang jahat itu.

‘Sialan! Gagal sudah rencanaku untuk menjatuhkan Luna kali ini.’

Batin Maria sangat kesal, namun ia berusaha menyembunyikannya sebaik mungkin. Tangannya memegang ulekan dengan erat, geram dengan kegagalan rencana ini.

***

Luna tampak menghela nafas pelan setelah selesai meletakkan piring terakhir yang berisi sayur lodeh di tengah meja makan. Tak hanya itu, pagi ini menu makanan keluarga mereka begitu lengkap dengan tambahan tumis buncis, ayam goreng serta sambal.

Bu Galuh mengatakan jika semua ini adalah masakan yang disukai oleh David.

Suara langkah kaki dari arah belakang membuat Luna menoleh dan mendapati Ibu mertuanya itu telah berdandan cukup rapi. Dilihat dari riasan yang dipakai juga pakaian yang cukup formal itu, Luna bisa menebak jika mertuanya pasti hendak pergi ke suatu tempat.

“Ibu mau kemana?” tanya Luna begitu saja.

Mendapat pertanyaan seperti itu, Bu Galuh langsung menghela nafas, seperti tak suka dengan pertanyaan tersebut. Padahal Luna hanya berniat baik dan ingin sedikit lebih akrab dengan Ibu mertuanya itu.

“Ada acara penting pagi ini,” jawab Bu Galuh singkat, tangannya beberapa kali memeriksa dalam tas untuk memastikan tak ada barang yang tertinggal. “Tutup semua makanan. Jangan sampai ada lalat yang masuk.”

Setelah mengatakan hal itu, Bu Galuh langsung pergi begitu saja. Berlalu di hadapan Luna tanpa berniat menjawab pertanyaan dari menantunya itu. Dari sini sudah sangat jelas jika wanita itu sama sekali tak suka dengan kehadiran Luna di rumahnya.

Setelah kepergian Bu Galuh, Luna langsung merapikan semua makanan di atas meja makan, menutupnya dengan tudung saji dan memastikan tidak ada yang tertinggal.

“Jika tahu mereka memiliki acara masing-masing, lalu untuk apa semua makanan ini?” Luna menatap ke arah masakan yang sepertinya sebentar lagi akan mendingin. Sangat menyayangkan makanan sebanyak ini sama sekali belum disentuh oleh siapapun.

Tapi, kembali lagi, ini bukanlah urusannya. Mungkin semua penghuni rumah memang sering melakukan hal seperti ini. Setelah memastikan semuanya beres, Luna melangkah menuju ke arah lantai dua untuk beristirahat.

Tak lama kemudian, Maria tampak kembali masuk ke dalam rumah lewat pintu depan. Wanita itu tampak terburu-buru, hendak mengambil kunci motor yang tertinggal di atas lemari pendingin. 

Saat dirinya melangkah melewati meja makan, matanya melirik ke arah beberapa makanan yang telah ditutup rapi menggunakan tudung saji. Wajahnya mengulas senyum, tapi bukan senyum kebahagiaan. Melainkan senyum licik seseorang yang merencanakan sesuatu.

Ia lalu mendekat ke arah pintu belakang yang langsung menghadap ke arah halaman, tempat dimana hewan peliharaan seperti ayam, bebek, dan angsa berkeliaran dengan bebas.

“Hmm…kira-kira jika kubuka pintu ini, semua hewan itu pasti akan segera masuk ke dalam rumah. Dan, hanya satu orang yang akan disalahkan atas semua kekacauan itu.”

Dengan pelan, Maria membuka pintu itu, membiarkannya terbuka begitu saja. Berharap jika umpannya ini akan segera direspon oleh para hewan yang sedang mencari makanan itu.

“Nikmati semua ini, Luna,” katanya dengan nada puas sebelum berbalik dan pergi meninggalkan rumah.

Maria sangat tahu jika rumah sampai berantakan, satu-satunya orang yang akan disalahkan hanyalah Luna. Dan ini adalah rencana yang sangat sempurna untuk memberikan pelajaran pada adik iparnya yang menyebalkan itu.

BERSAMBUNG 

Terpopuler

Comments

Helen

Helen

Kece abis!

2025-04-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!