"Maya bisakah kamu tinggalkan kami berdua," pinta Tuan Darmawan membuat kedua Ibu dan anak itu langsung sadar dari keterkejutannya.
Mereka saling memandang Bu Asih menganggukkan kepala ke arah Maya seperti memberi isyarat agar Maya menuruti apa yang dikatakan oleh pria paruh baya yang tak lain adalah ayahnya .
Lalu Maya berdiri dan pergi ke lantai atas rumahnya sebetulnya Maya ingin sekali mendengar pembicaraan diantara mereka tapi dia tidak berani.
Setelah tidak ada Maya kedua orang itu diam sejenak, lalu pria yang di panggil Bu Asih Tuan Darmawan itu mendekatkan wajahnya ke Bu Asih dan dengan nada marah tapi pelan beliau berkata ,
"Bodoh ... kenapa kamu lakukan itu!" maki Tuan Darmawan dengan suara tertahan agar tak terdengar Maya ataupun tetangga karena rumah ini sangat berdekatan bahkan berdempetan .
Matanya menatap tajam penuh kemarahan pada Bu Asih lawan bicaranya .
"Jangan berpikir aku tidak tahu apa yang sudah kau lakukan terhadap Maya," kata Tuan Darmawan.
"Kamu masih ingat ada perjanjian diantara kita yang sah secara hukum aku bisa saja menuntut mu atas perlakuan mu di masa lalu kamu tahu kan siapa aku," ancam Darmawan kepada Asih.
"Aku tunggu lima menit kamu bujuk Maya untuk ikut aku kalau sampai gagal kamu tahu akibatnya!" perintahnya.
Bu Asih tidak mampu berkata ataupun menatap tuan Darmawan, Dia langsung bergegas pergi menuju ke lantai atas untuk menemui Maya.
saat keduanya bertemu mereka saling bertatap mata bingung terlebih Maya .
"Bu ...a," belum sempat Maya menyelesaikan bicaranya Ibunya langsung memotong .
"Cepat pergi May, kamu harus ikut sama ayahmu!" perintah Ibunya dengan nada memerintah .
Bu Asih mengambil tas dan memasukkan beberapa potong baju Maya yang ada di lemari yang biasa Maya simpan untuk ganti saat dia menginap di tempat ibunya .
Tidak ada yang Asih pikirkan kecuali menjauhkan dirinya dari keluarga Darmawan. Bagi Asih keluarga mereka adalah keluarga yang mengerikan dan menakutkan .
masih ingat dalam bayangannya Bagaimana dulu saat dia hamil Maya harus berpindah-pindah tempat hanya untuk menghilangkan jejak demi tidak bertemu dengan Darmawan dan keluarganya.
"Bu ...tapi tolong jelasin ke Maya ada apa?" tanya Maya minta penjelasan dengan wajah cemas dan bingung .
Maya tidak mengerti kenapa tiba-tiba sikap Ibunya seperti ini .
"Pergi saja dulu ikut ayahmu, tidak ada yang harus di jelasin sekarang, nanti kalau Ibu sudah tenang Ibu akan menjelaskan semuanya kepadamu percayalah sama Ibu Maya," pinta Ibunya dengan tatapan memohon .
keinginan Asih saat ini hanya satu bagaimana pun caranya dia harus bisa membujuk Maya agar ikut dengan ayah yang baru saja dia kenal .
Jangankan dekat mengenal pun Maya baru saat ini. Bagaimana mungkin Maya bisa ikut ayahnya sementara banyak hal yang tidak Maya mengerti.
Dan kenapa tiba-tiba Ibunya tanpa penjelasan menyuruh Maya mengikuti ayahnya. Maya tidak mengerti apa yang sebenarnya sudah terjadi antara Ibu dan Ayahnya.
"Sudahlah sekarang tidak ada waktu lagi kamu merengek kamu harus ikuti apa kata Ibu!" bentak Bu Asih.
"Tapi Bu-," kata Maya belum sempat menyelesaikan kata-katanya Ibunya memotong.
"Maya tolong kali ini kamu jangan bantah Ibu ini demi kebaikan Ibu, kamu sayang Ibu kan? kamu nggak mau kan Ibu dapat masalah," bujuk Ibunya Maya mengangguk pasrah .
"Jadilah anak yang baik May, kamu anak solehah sekarang ikutlah sama Ayahmu, Ibu yakin Ayahmu akan mengurus mu dengan baik dan Dia akan menyayangimu lebih dari Ibu menyayangi mu karena Ibu bukanlah Ibu yang baik untukmu. Jadi turuti lah kata Ayahmu," pesan Bu Asih sambil mengusap pipi Maya yang mulai basah oleh air mata. Maya pun diam.
Melihat putrinya menangis Bu Asih sedih dan tak tega tapi untuk saat ini tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali mengikuti perintah Tuan Darmawan.
Kedua Ibu dan Anak itu pun berjalan menuruni tangga kayu menuju ke lantai bawah. Di lantai bawah terlihat Tuan Darmawan sedang berdiri tegang begitu dia melihat kehadiran Maya tanpa pamit dia berjalan ke luar.
Bu Asih mendorong Maya untuk cepat mengikuti tuan Darmawan. Dengan berat hati dan pikiran tak karuan Maya mengikuti Ayahnya sementara Bu Asih menatap kepergian putrinya dengan perasaan campur aduk tak karuan .
"Lindungi putriku Ya Robb," bisik nya berdoa sambil matanya terpejam tampak air mengalir di kedua pipinya.
Sepanjang perjalanan Maya dan Tuan Darmawan diam seribu bahasa. Hari mulai menjelang malam jalan mulai ramai.
Setelah 40 menit perjalanan sampailah mobil yang mereka tumpangi di sebuah rumah di kawasan elit di Jakarta Selatan tampak rumah itu berpagar tinggi dengan gaya arsitektur Eropa berlantai dua.
Tiba-tiba pintu pagar terbuka dan mobil itu memasuki halaman rumah. Kesan mewah langsung terlihat saat baru memasuki bangunan dengan arsitektur gaya Yunani ini.
Mobil berhenti di teras depan pintu utama lalu Tio asisten tuan Darmawan membukakan pintu mobil. Tuan Darmawan turun, tapi Maya masih duduk di jok belakang mobil .
"Ayo turun Maya," kata Tuan Darmawan sambil sedikit membungkuk mengulurkan tangannya ke arah Maya dengan ragu Maya menyambut tangan itu lalu turun .
"Mulai sekarang ini rumahmu," kata Ayahnya lembut sambil memegang pundak Maya .
"Maafkan Papa kalau Papa terlambat menemukanmu," suaranya lirih bergetar sepasang matanya mulai berkaca-kaca dan diapun memeluk Maya .
Memasuki rumah ini seperti memasuki istana di ruang tamu tampak seorang wanita berseragam berdiri bersama pria muda berbadan tegap dan tinggi wajahnya cukup tampan di hiasi kacamata memakai jas dokter
di belakangnya ada gadis dengan seragam perawat berhijab menenteng tas medis .
"Masuklah ke kamarmu dan bersihkan dirimu nanti kita akan makan malam bersama," kata Tuan Darmawan kepada Maya .
"Tik antar kan putriku ke kamarnya," perintah Tuan Darmawan seakan menegaskan status gadis yang di bawanya pada salah satu pelayanannya yang kelihatan seumuran dengan Ibu Maya .
Keduanya berjalan menaiki tangga menuju lantai atas Maya berjalan dengan tertunduk sesekali matanya berkeliling memperhatikan rumah .
"Bak istana," bisik nya dalam hati tak berapa lama keduanya sampai di depan pintu sebuah kamar .
"Silahkan masuk Non," kata pelayan itu sopan.
Setelah pelayan itu pergi ia memperhatikan sekeliling kamar yang luas dengan cat warna dusty pink membuat suasana kamar terkesan girly ranjang berukuran besar ada di tengah kamar. Belum selesai Maya memperhatikan kamarnya sayup-sayup terdengar suara orang mengaji .
"Astaghfirullah...." gumamnya Dia buru buru bergegas ke kamar mandi dia baru ingat belum sholat Maghrib.
Terimakasih untuk dukungan like Rate favorite dan gift serta komentar nya🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
ada perjanjian apa antara bu asih dan pak darmawan?
2022-06-13
5
👏RIRI💕🏚️ᴄ͜͡ʀ7
kepo dan ingin tau rahasia apa yg di sembunyiin dari kisah masa lalu mereka
2022-06-13
0
🏚️🆒ᴵᶜᵉʷᵒˡᶠ👏 ⍣⃝కꫝ🎸
penasaran dengan kisah ibu dan papanya Maya, ada apa dengan mereka hingga bu Asih harus kabur dan sembunyi dr tuan Darmawan
2022-06-13
0