Masih Menggenggam Dirimu
Rintik hujan mulai mengguyur kota Jakarta yang penuh sesak, bukan hanya dengan manusia tapi juga dengan segala polusinya. Tetesan hujan dari langit bagai vacuum cleaner yang membersihkan segala macam polusi itu.
Tampak di bawah guyuran hujan seorang gadis berlari kecil untuk menghindari turunnya hujan lebih lebat dan dengan tergesa dia pun masuk ke sebuah Pasaraya.
Langkahnya yang terburu membuat dia tidak fokus melihat arah depannya, hingga tubuh mungilnya menabrak dada bidang nan kekar. Sejenak sang gadis mencium aroma citrus yang menguar dari tubuh di depannya.
"Maaf," gadis itu berkata sambil membungkuk.
"Hey, kalau maaf bisa menyelesaikan masalah nggak perlu ada polisi!" hardik suara pria dengan kesal.
"Maaf Tuan, maafkan kecerobohan saya," ucap gadis itu sekali lagi meminta maaf.
"Gue nggak butuh Maaf lo, gue butuh baju gue bersih lagi seperti sedia kala!" hardik cowok itu sehingga membuat gadis yang tertunduk itu mengangkat wajahnya .
Matanya terbelalak melihat kemeja putih brand terkenal yang dipakai pria didepannya. Gadis itu menutup mulut dengan tangannya saat dia melihat kemeja putih bermerek itu terkena noda kopi.
"Heh, lo ya! makanya kalau jalan pakai mata!" maki cewek yang ada di samping cowok itu.
Beberapa mata mulai memperhatikan kejadian itu, dari kejauhan tampak seorang pria berusia 40-an tahun berkepala botak berlari kecil mendekati tempat kejadian.
"Ada apa Mas?" tanya Pak Robin.
Dia adalah Manager floor di lantai 1 pasar raya ini.
"Lo lihat sendiri!" bentak cowok dengan nada kesal.
Pak Robin melihat tumpahan noda kopi di baju pria yang kelihatan dia segani.
"Maaf Mas, gimana kalau Mas ganti baju ini dengan baju yang baru Mas bisa pilih yang Mas suka," kata Pak Robin menyarankan.
Cowok itu melirik gadis yang masih tertunduk di depannya dengan sangat kesal .
"S****an!" umpatnya sambil berlalu .
"Sinta, layani Tuan Reynaldi dengan baik," kata Pak Robin .
Cowok yang memiliki mata tajam setajam elang serta tatapan dingin seperti gunung es adalah Reynaldi. Cowok tampan berwajah super cool, tajir putra dari Agung Prakoso seorang pengusaha properti terkenal.
Reynaldi seorang pria yang tidak puas dengan satu perempuan, paling lama hanya sebulan dia berkomitmen dengan cewek. Baginya cinta itu tidak ada yang ada hanya kesenangan sesaat karena itulah cap playboy melekat dalam dirinya.
"Kamu, ikut saya ke kantor!" perintah Pak Robin mukanya merah dengan tatapan tajam kearah gadis itu.
Dengan pasrah dan hati ciut gadis itu mengikuti Pak Robin ke ruang Manager floor. Pak Robin menatap dia tajam, sementara garis itu tetap menunduk.
"Kamu tahu siapa dia?" tanya Pak Robin mulai bicara.
"Dia itu salah satu Putra pemegang saham di pasar raya ini mengerti!" kata Pak Robin dengan nada kesal .
"Kamu juga harus bertanggung jawab, berapapun nanti baju yang Pak Reynaldi ambil, kamu harus membayarnya!" perintah Pak Robin.
Mata gadis itu terpejam sudah terbayang dalam ingatannya Berapa harga kemeja itu mungkin harganya sama dengan gajinya satu bulan
"Maaf Pak, bisa nyicil nggak?" tanya gadis itu memohon.
Pak Robin menarik napas dalam-dalam
"Oke bisa dipotong dari gaji mu selama tiga bulan tidak lebih." kata Pak Robin lalu dengan isyarat tangannya Pak Robin menyuruh gadis itu meninggalkan ruang kerja.
***
Maya Wulandari gadis manis berlesung pipi dengan bibir tebal nan seksi plus sedikit belah di dagu. Kulitnya yang kuning langsat khas kulit wanita Indonesia dengan tinggi 158 cm dan bertubuh langsing.
Maya adalah gambaran kecantikan wanita Indonesia. Wajahnya tidak berlebihan hidung alis semuanya standar tidak lebih dan tidak kurang. Hal itulah lah yang membuat orang tidak bosan melihatnya ditambah lagi senyum manis yang selalu tersungging di bibirnya.
Maya adalah seorang SPG sebuah counter tshirt di Pasaraya terkenal ini. Maya Mendapat giliran shift kerja pagi, satu jam lagi shift nya akan berakhir.
"Kenapa sial banget nasibku hari ini," batin Maya jika mengingat kejadian di lobi depan tadi.
"Aku harus mulai rajin puasa kalau tidak, aku tidak bisa ngirimin mama di kampung," batin Maya kembali.
Jadi SPG adalah pekerjaan yang mudah dan santai tapi jangan salah kaki yang jadi taruhannya, pegal luar biasa bayangkan 75 persen kerjanya berdiri.
Suasana siang jelang sore hari ini pasaraya tidak terlalu rame, Maya sedang sibuk melipat beberapa T-shirt di rak.
"Ma-ya," panggil suara yang membuatnya berpaling ke belakang .
Mata Maya menangkap sesosok lelaki paruh baya usianya sekitar 50-an dengan penampilan yang sangat elegan mengenakan setelan kemeja putih dan celana hitam hampir setiap pakainya adalah pakaian bermerek Maya tahu berdasarkan pengalamannya sebagai SPG.
.
"Ya Tuan, saya Maya maaf tuan siapa ya?" Maya bertanya sambil tersenyum ramah.
"Kamu benar Maya anaknya Asih?" tanya lelaki paruh baya itu seperti ingin meyakinkan.
Anggukan menjadi jawaban Maya.
"Aku papamu Maya," Kata Lelaki paruh baya itu dengan suara gemetar dengan mata menggenang.
Maya terdiam mematung
"Aku papamu Maya," tegas bapak itu sekali lagi membuat Maya kaget dan sulit untuk menggambarkan perasaannya yang shock saat ini.
Maya terdiam menatap pria paruh baya di depannya, tak ada kata yang keluar dari mulut nya. Maya mengerjapkan matanya untuk menguasai dirinya lagi.
"Maaf Tuan, saya masih jam kerja satu jam lagi baru selesai jadi bisakah anda menunggu saya di cafe x di sebrang depan mall ini," Maya meminta dengan suara setenang mungkin, pria itu mengangguk tanda setuju.
Setelah Pria paruh baya itu berlalu wajah Maya berubah seketika, sikap tenang yang tadi dia tunjukkan luluh seketika .
Tanpa sadar air mata jatuh di pipi Maya, cepat-cepat dia menghapusnya. Perasaannya campur aduk senang, sedih, marah dan kecewa semua jadi satu.
"Ya Allah, mimpi kah ini?" bisik nya dalam hati . tanpa sadar dia mencubit lengannya.
"Aaauuw!" teriaknya pelan .
"Pa...pa?" bisik nya.
Tiba tiba badannya terasa lemas, dia menyandarkan tubuhnya di rak counter. napasnya mulai terasa berat.
"May kamu kenapa?" kata Laras teman kerjanya sekaligus teman satu kontrakannya.
"Cerita May, ke kakak ada apa?" Laras bertanya penasaran.
Maya berusaha menahan suara tangisnya, dia menutup mulut dengan kedua tangannya.
Melihat Maya menangis Laras cepat-cepat menuntunnya masuk ke kamar pas.
Hal ini Laras lakukan untuk menghindari tatapan SPG lain dan juga customer yang mulai ramai.
"Ayo May masuk dulu ke dalam," kata Laras sambil membawa Maya masuk ke kamar pas dan Laras buru - buru menutup gorden kamar pas.
"Kenapa nangis dek?" tanya Laras penasaran
Maya ingin bercerita tapi lidahnya terasa kelu, yang dia bisa lakukan cuma menangis.
"Hiks hiks hiks,"
Laras menggenggam tangan Maya sepertinya dia ingin memberikan kekuatan kepada Maya yang masih terisak
"Tenangkan dulu dirimu di sini dek, kakak keluar takut nanti ada Pak Robin keliling jangan sampai dia tahu stand kita kosong," Laras berdiri sambil mengusap Kepala Maya lembut.
Maya mengangguk Laras pun meninggalkannya di ruang ganti. Maya masih terisak menangis, setelah beberapa saat Maya berusaha menarik nafas panjang dia mulai mengatur nafasnya dengan tenang.
Pikirannya kembali kepada lelaki paruh baya yang tadi menemuinya dan mengaku sebagai papanya. Maya merasa bingung dengan perasaannya saat ini.
Selama ini Maya ingin sekali bisa bertemu dengan papanya karena sejak lahir dia tidak pernah melihat wajah papanya tapi begitu orang yang dia ingin temui selama 19 tahun ini hadir depannya dia benar-benar merasa terguncang.
"Ya Allah benarkah dia Papaku?" berkali-kali pertanyaan itu mengusik pikirannya saat ini.
Haruskah dia membencinya ataukah menyambutnya, Maya benar-benar tidak tahu karena selama ini perasaannya tentang ayah menjadi sesuatu yang memudar dalam pikirannya.
Setelah merasa tenang Maya berdiri dan keluar dari ruang ganti. Dia ingin mengeluarkan beban di hatinya dengan menceritakannya kepada Laras. Melihat Maya keluar dari kamar pas dia cepat-cepat menghampirinya.
"Syukurlah kamu sudah mulai tenang, sekarang kamu ceritakan sama Kakak ada apa kok kamu sampai segitunya kelihatan sedih dan panik? " tanya Laras minta penjelasan Maya .
"Tadi ada bapak-bapak yang datang dan dia mengaku papaku kak," Maya berkata mengawali ceritanya di sela Isak tangisnya yang masih tersisa .
"Papamu? Om Om yang tadi ngajak ngobrol sama kamu itu?" ujar Laras alisnya terangkat ke atas karena terkejut.
Ternyata tanpa Maya sadari Laras memperhatikannya saat dia tadi sedang berbicara dengan orang yang mengaku Papanya. Maya mengangguk .
"Ya sudah sekarang lebih baik Kau cepat temui Om yang tadi, nanti masalah absen biar Aku yang absenin," saran Laras .
Maya menatap Laras sementara laras yang ditatap tersenyum tulus. Laras adalah rekan kerjanya yang sangat baik dan pengertian.Maya sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Laras di tengah kesendirian nya di Ibukota.
"Makasih Kak, tapi bener Kakak nggak keberatan kalau May ijin pulang dulu?" tanya Maya merasa tidak enak .
"Iya, udah sana Kamu pulang sekarang," jawab Laras menyuruh Maya cepat pergi .
Maya lalu berdiri dan mengambil tasnya Dia mengambil kartu absennya dan menyerahkannya kepada Laras .
"Makasih banget ya Kak" kata Maya di balas dengan anggukan.
Maya meninggalkan Laras langkahnya sedikit berlari. Tidak kurang dari lima menit Maya sudah sampai di kafe yang dituju . Dia melihat sekeliling cafe dan mencari sosok yang mengaku Papanya matanya langsung tertuju pada pria yang duduk dekat kaca .
"Benarkah dia Papaku ya Allah?" bisik nya lirih .
Saat mata pria paruh baya itu melihat
Kedatangan Maya, dia langsung berdiri.
Maya berjalan menghampiri pria paruh baya itu, setelah berhadapan sejenak keduanya saling memandang. Pria paruh baya menarik sebuah kursi untuk Maya.
"Duduklah Maya," kata pria paruh baya mempersilahkan Maya untuk duduk lalu dia pun duduk tepat di depan Maya .
"Maafkan Papa kalau kedatangan Papa tiba-tiba, pasti hal ini membuatmu terkejut atau shock , sekali lagi maaf kan Papa," ucap Pria paruh baya itu .
Tampak matanya mulai tergenang. Melihat hal itu Maya jadi ikut sedih dan terharu .
"Sudahlah Tuan, Tuan jangan bicara seperti itu," pinta Maya .
"Memang Maya sangat terkejut tapi Maya juga senang ternyata selama ini Maya masih mempunyai seorang Ayah dan orang itu hari ini ada di depan Maya," sambungnya.
Ucapan Maya membuat laki-laki itu benar-benar tidak mampu menahan air matanya mengalir, dia lalu mengambil sapu tangan dari kantong celananya dan menyeka air yang mengalir di pipinya. Hati Maya benar-benar luluh melihat seorang Pria paruh baya meneteskan air mata di depannya .
"Ya Allah kasihan sekali tuan ini. Dia pasti selama ini banyak menahan beban perasaan kesedihan," bisik nya dalam hati trenyuh.
"Maaf Tuan kalau anda tidak keberatan lebih baik kita bertemu sama ibu saya karena hanya ibu yang bisa menentukan apakah anda Papa saya atau bukan," kata Maya .
'
Lalu pria itu pun menganggukkan kepala
"Baiklah Maya." kata pria itu .
Bersambung
Mohon maaf ini karya pertama author jika banyak kesalahan dan kurang nyaman bacanya mohon komentar nya kakak 🙏.
Tak lupa like komentar vote dan jadikan favorit InsyaAllah gak nyesel 🙈🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
pasti campur aduk ya yg di rasakan maya antara percaya dan gak..antara mimpi apa nyata
2022-06-13
5
🏚️🆒ᴵᶜᵉʷᵒˡᶠ👏 ⍣⃝కꫝ🎸
Akhirnya Maya bertemu dengan ayahnya 🤗
2022-06-13
0
Oppa Sueb
uka
2022-05-09
0