Minggu.
Sasha sedang berada diruang bela dirinya, Dia kini sedang berlatih bela diri, Walaupun masih pagi. Sasha memang selalu berlatih bela diri, Sesekali.
Sasha berlatih menggunakan samsaknya, Dia hanya menggunakan tangan kosong yang di bungkus sarung tangan hitamnya, Sengaja dia tidak menggunakan sarung tinju.
Sasha terus memukul, Meninju, Menendang samsak yang ada didepanya Ini, Bunyi tinjuanya juga cukup keras. Walaupun Sasha sudah berkeringat namun semangatnya masih ada.
Ceklek
Reynald masuk kedalam ruangan Itu, Dengan menggunakan jaket ADLER nya dan celana jeans hitam, Membuat ketampanannya meningkat, Menurut Sasha.
"Lo gak ada sopan-sopanya banget sih, Seenak jidat masuk ke rumah orang" Kesal Sasha.
"Ngapain Lo?" Tanya Sasha ketus tanpa menghentikan kegiatannya. Reynald mengedikan bahunya acuh.
"Lo harus ngerjain tugas gue" Jawab Reynald datar. Sasha menatap kesal Reynald, Ingin rasanya menceburkan Reynald ke rawa-rawa.
"Rey, Please deh, Ini masih pagi, Dan ini hari minggu" Melas Sasha, Reynald tak peduli.
Sasha melanjutkan kegiatannya, Tanpa menggubris Reynald yang kini menatapnya. Reynald berjalan mendekat ke arah Sasha, Dia menarik ikat rambut yang mencepol Rambut Sasha.
Sasha berbalik badan dan menatap Reynald kesal.
"Rey" Peringat Sasha menghela nafas. Reynald hanya menatap Sasha datar.
"Pulang sana Lo" Usir Sasha ketus, Dia mengambil ikat rambutnya dan menguncit kuda rambutnya.
Sasha melanjutkan kegiatannya memukul Samsak yang sempat terhenti karena pengganggu ini. Reynald kesal dan akhirnya membalikkan badan Sasha paksa, Dia langsung mengunci Sasha.
Sasha menghela nafas, Selalu saja diganggu, Tidak bisakah satu kegiatannya saja tidak ada Reynald yang mengusiknya.
"Lepas" Pinta Sasha memelas, Masih pagi dan ini sudah ada kekerasan.
"Berhenti dan kerjain tugas Gue" Perintah Reynald tegas. Sasha menghela nafas lelah.
"Iya" Jawab Sasha singkat, Reynald tersenyum puas dan melepaskan Sasha.
Sasha berjalan ke tepi dan meminum air putihnya, Dia pun melangkah keluar naik ke tangga dan masuk ke kamarnya, Di ikuti Reynald tentunya.
"Gue mau mandi dulu" Ucap Sasha singkat, Dia pun masuk ke kamar mandi.
Reynald menatap ke sekeliling, Masih sama, Sepi. Tak ada yang lainnya, Hidup Sasha sangat sepi dan monoton. Sasha kesepian namun dia pandai menyembunyikannya.
Reynald bermain ponselnya sembari berbaring di kasur Sasha. Dia menunggu Sasha 15 menit hingga akhirnya Sasha keluar dengan baju santainya.
"Mana tugasnya?" Tanya Sasha menyodorkan tangannya.
"Di mobil" Jawab Reynald tanpa menatap Sasha. Sasha menganga tak percaya, Harusnya Reynald sudah menyiapkanya.
"Ambil" Suruh Sasha. Reynald menatap Datar Sasha.
"Lo yang ambil" Suruh Reynald balik. Sasha menggeram, Benar-benar menyusahkan.
Dengan kesal Sasha akhirnya mengambil buku Reynald yang ada di mobilnya yang kemarin di bawa oleh Reynald. Sasha masuk kembali ke dalam kamarnya.
"Nyusahin" Gerutu Sasha pelan. Reynald mendengarnya, Dia menatap Sasha datar.
Sasha melangkah ke meja belajarnya, Dia mendudukan dirinya di kursi. Sasha mulai mengerjakan tugas Reynald, Agar cepat selesai dan dia bisa menendangnya keluar dari rumah. Sasha benar-benar kesal.
"Orang Gue aja jarang ngerjain tugas" Gumam Sasha pelan. Reynald menggeleng-gelengkan kepalanya singkat.
Reynald mengambil handuk Sasha, Dia berjalan ke arah Sasha, Dan berhenti di belakangnya. Reynald mengeringkan rambut Sasha dengan handuk itu.
Tak dapat dipungkiri kini detak jantung Sasha berpacu cepat. Tubuhnya mematung. Sasha menatap Reynald bingung.
"Gue aja" Ucap Sasha, Dia hendak mengambil handuk itu dari tangan Reynald, Namun Reynald menahanya.
"Lanjutin ngerjain tugasnya" Suruh Reynald, Dia masih mengeringkan rambut Sasha.
Sasha mengangguk patuh dan melanjutkan mengerjakan tugas Reynald.
"Kalo ini banyak yang salah, Gue gak nanggung" Ketus Sasha, Kesal sekali harus mengerjakan tugas kakak kelas yang materinya saja belum dia ketahui.
Reynald menatap Sasha dan menyeringai. Reynald meletakan sembarang handuk yang tadi digunakan untuk mengeringkan rambut Sasha.
"Kalo banyak yang salah, Lo yang Gue hukum" Bisik Reynald di samping telinga Sasha, Dia menyeringai.
"Gak, Bomat" Ketus Sasha, Banyak maunya memang si Reynald.
"Jangan pernah membantah Sha" Peringat Reynald tajam.
Reynald melingkarkan tanganya ke leher Sasha, Dengan cepat ditahan Sasha. Sasha menatap Reynald tajam.
"Masih pagi" Peringat Sasha singkat, Dia tidak ingin ada kekerasan dalam minggu yang indah ini, Namun menjadi buruk karena Reynald -_-
Reynald tak menghiraukannya, Dia mulai menguatkan tanganya dan menekanya ke leher Sasha.
"R-rey" Ucap Sasha dengan nafas yang sudah tidak teratur. Reynald tak melepaskannya.
"Lepasin" Pinta Sasha, Sasha terus memberontak. Reynald belum melepaskannya. Semakin Sasha memberontak, Semakin terkuras tenaganya.
"Lepashhh" Pinta Sasha lemah, Dia sudah tak memberontak. Tenaga dan oksigenya habis sudah, Seperti yang Reynald lakukan biasanya.
"R-rey, G-gue sesak nafas" Lirih Sasha dengan nafas tersenggal-sengal. Reynald melepaskannya, Dia menatap datar Sasha.
Reynald bisa melukai Sasha, Hanya dia yang bisa. Kalau ada orang lain yang melukai Sasha, Dia yang akan menghabisinya.
Sasha mengatur nafasnya yang tersenggal-sengal, Tubuhnya sangat lemah sekarang. Reynald memang tak punya hati, Apakah Dia masih bisa dikatakan pelindung Sasha?.
Reynald membawa Sasha ke pangkuanya. Jelas saja Sasha memberontak, Namun bagaimana lagi, Tenaganya sudah habis sekarang.
"R-rey" Lirih Sasha.
"Hmm" Dehem Reynald singkat, Tangannya mengusap pelan rambut Sasha.
"Lo brengsek" Ucap Sasha lemah. Reynald terkekeh remeh.
"Gak ada yang bisa melukai Lo Sha, Hanya Gue yang bisa" Gumam Reynald masih bisa didengar Sasha.
"Kenapa Lo gak lepasin Gue Rey?" Tanya Sasha pelan, Mungkin dia ingin di lepaskan oleh Reynald, Sekali lagi Mungkin. Tak ada yang tau isi hatinya.
"Gue gak akan pernah melepaskan apa yang sudah masuk kedalam hidup Gue Sya, Apalagi mengganggu ketenangan Gue" Jawab Reynald tajam, Tanganya mulai mencengkeram pinggang Sasha.
Sasha merintih kesakitan, Apalagi sekarang?
"Lepas Rey" Rintih Sasha, Reynald mulai melepaskan cengkeramannya, Dia kembali mengusap rambut Sasha lembut.
"Sakit" Rintih Sasha, Reynald memang tak pernah pandang bulu.
Reynald hanya diam menatap datar Sasha, Tanganya masih mengusap rambut Sasha.
"L-lo.." Sasha tak sanggup melanjutkan perkataannya, Tubuhnya kian melemah. Sasha memejamkan matanya untuk mengurangi rasa sakitnya.
Reynald membawa Sasha berbaring dikasurnya, Dia juga ikut berbaring di samping Sasha.
"Gue gak akan kasar kalo Lo nurut Sha" Gumam Reynald pelan, Dia mengusap lembut pipi Sasha.
Sasha membuka matanya dan menatap Reynald dengan tatapan yang sulit diartikan, Antara bingung, Kesal, Ingin marah.
Reynald membawa Sasha untuk bersandar di dada bidangnya.
"Kenapa Lo melakukan ini semua ke Gue?" Tanya Sasha pelan. Reynald menghela nafas.
"Lo udah tau alasanya dari awal" Jawab Reynald singkat.
Reynald kadang menjadi tempat ternyaman Sasha sekaligus tempat yang paling ia hindari.
"Jangan kasar" Pinta Sasha lemah, Bukanya dia lemah, Tapi dia hanya tidak ingin selalu di anggap tak berdaya di depan Reynald.
"Gue udah bilang dari awal, Gue gak akan kasar kalo Lo nurut Sasha" Jawab Reynald tersenyum tipis.
"Tapi.." Sasha menghela nafasnya. Percuma, Dia tidak bisa membantah ucapan Reynald, Sama sekali.
"Rey" Panggil Sasha pelan.
"Hmm" Reynald hanya berdehem saja.
"Tugasnya belum selesai" Ucap Sasha pelan. Reynald tersenyum tipis.
"Biarin aja" Jawab Reynald singkat. Sasha mengangguk patuh.
Sasha kadang berpikir, Dia tidak ingin terlihat lemah, Namun juga tak ingin selalu menurut keinginan Reynald, Tapi bagaimana?.
Sasha mengumpulkan kembali tenaganya.
"Minggir" Suruh Sasha. Reynald tak menurutinya. Sasha menghela nafas lelah.
"Gue mau ke kamar mandi" Alibi Sasha, Reynald akhirnya melepaskannya.
Sasha tersenyum puas, Dia berjalan menuju meja riasnya dan duduk dikursi depan meja riasnya.
"Gue belum membunuh dua minggu ini, Apa Gue bisa menahannya lagi" Gumam Sasha pelan menatap pantulan wajahnya yang ada di cermin.
Dia memang belum membunuh, Jiwa psikopatnya bisa saja keluar kapanpu, Namun seperti apa yang dikatakan Reynald. Sasha ingin belajar mengendalikan jiwa Psikopatnya.
Reynald mendengar gumaman Sasha, Dia menatap Sasha datar.
"Jangan membunuh lagi Sha" Peringat Reynald tajam.
Sasha terdiam, Kalau memang dia bisa mengendalikan, Dia tidak akan membunuh. Tapi jika dia tidak bisa mengendalikannya, Dia bisa membunuh kapan saja dan siapa saja.
"Gue gak janji" Jawab Sasha pelan.
Reynald menghampiri Sasha, Melingkarkan tanganya di leher Sasha, Tidak-tidak, Dia tidak berniat berbuat kekerasan, Dia hanya ingin.
"Lo harus bisa mengendalikannya Sha" Ucap Reynald pelan, Ya sasha tau.
"Tapi kalo sewaktu-waktu jiwa Psikopat itu keluar, Gue gak akan bisa mengendalikannya Rey" Jawab Sasha pelan.
"Apa Lo masih bisa menahanya Sha?" Tanya Reynald. Sasha terdiam, Dia bingung.
"Gue gak tau" Jawab Sasha lirih, Dia mungkin bisa menahan tapi tidak lama lagi.
Reynald menghela nafas, Dia mengusap rambut Sasha pelan. Keduanya diam, Memikirkan apa yang ada di pikiran masing-masing.
Ceklek
Pintu kamar Sasha terbuka, Nampaklah 4 orang laki-laki dan 1 perempuan.
"CACA" Teriak Fani heboh saat melihat Sasha dan Reynald berduaan di kamar.
"LO APAIN TEMEN GUE REY?" Tanya Fani histeris, Bahkan dia sudah tak menggunakan embel-embel 'Kak' lagi.
"Gak Gue apa apain" Jawab Reynald singkat.
Sasha menatap datar Fani dan 4 orang lainya, Sahabat Reynald.
"Fani" Tegur Sasha. Fani tersadar dan akhirnya menunjukan cengirannya.
"Hehe, Sorry Ca, Habisnya Lo ngapain berduaan di kamar?" Tanya Fani sewot.
"Wah, Si Bos udah gak bener nih" Timpal Farhan, Fino langsung menjitaknya. Reynald menatap tajam Farhan.
"Ck, gak ngapa-ngapain, Lagian Lo juga pernah lihat Gue sama Reynald berdua di kamarnya Reynald kan" Jawab Sasha kesal, Dia menghampiri sahabatnya itu yang sedang duduk di sofa kamarnya.
"Kalian ngapain?" Tanya Reynald datar.
"Kita tadi kerumah Lo, Kata bibi Lo udah pergi ke rumah Sasha, Yaudah kita samperin" Jawab Zacky santai, Reynald mendengus kesal.
"Lah Lo ngapain ikut?" Tanya Sasha kepada Fani.
Fani menunjukan cengiran khasnya.
"Diajak Diksi" Jawab Fani tersenyum lebar.
"Oh" Jawab Sasha singkat, Dia sedang tidak ingin Diksi atau apapun yang berkaitan dengannya, Karena Dia masih terluka.
Diksi menatap Sasha dengan tatapan yang sulit diartikan, Dia merasa, Sasha menghindar darinya akhir-akhir ini. Dulu Sasha tak berani kepadanya, Tapi kenapa Sasha sekarang bahkan tak peduli dengan keberadaannya?.
"Eh Gue boring banget tau dirumah" Ucap Fino lesu, dengan wajah cemberutnya.
"Sama" Timpal Farhan.
"Giliran libur maunya sekolah, Giliran sekolah maunya libur" Ucap Farhan pelan, Memang benar.
"Nonton Film aja yuk" Ajak Fani, Mereka jelas mengangguk setuju. Sasha dan Reynald hanya ikut-ikut saja.
"Ca, Lo kan ada banyak tuh Film, Nah nonton punya Lo aja" Usul Fani. Sasha mendelikan matanya.
"Gak" Tolak Sasha mentah-mentah, Filmnya dia itu hanya psikopat saja yang ada.
"Yah kok gitu sih, Ayolah Ca" Bujuk Fani.
"Iya, Kok Dedek gemes gitu sih" Ucap Fino cemberut.
"Sumpah muka Lo ngeselin" Ketus Farhan menjitak kepala Fino. Dini langsung saja mendelik kesal.
"Yah Ca, Pliss" Mohon Fani. Sasha menghela nafasnya.
"Lo kan tau, Filmnya Gue isinya itu-itu semua" Jawab Sasha. Fani mendengus.
"Tapi kan bagus Ca" Kekeh Fani.
"Ha itu-Itu?" Tanya Fino bingung, Menurutnya itu adalah ambigu.
"Ck, Mikirnya" Fani menggeleng-gelengkan kepalanya kesal.
"Lah terus apa?" Tanya Fino.
"Isinya tuh Film Psikopat" Jawab Fani singkat, Dia menatap Fino kesal, Sungguh otak kosong.
"Nah, Bagus tuh, Gue suka yang Psikopat" Ucap Farhan girang.
Sasha semakin bingung, Dia harus apa, Mungkin saja pada saat menonton Filmnya Sasha akan sulit untuk mengendalikan jiwa Psikopatnya.
Sasha menatap Reynald memelas, Dan menggeleng samar. Reynald malah mengangguk setuju dengan teman-temanya. Sasha menghela nafas gusar.
"Yaudah" Final Sasha. Semuanya bersorak gembira.
Sasha berjalan malas ke ruangan Home Theaternya.
Fani dan Diksi di ada di paling depan, Di sampingnya Zacky. Di belakangnya ada Farhan dan Fino yang duduk terpisah. Sedangkan Sasha dan Reynald duduk di paling belakang.
"Wih mantap, Di rumah sebesar dan semewah ini Lo tinggal sendirian?" Tanya Farhan tak menyangka. Sasha hanya menanggapinya dengan senyiman simpul.
Sasha memutar Filmnya. Sebenarnya dia sudah was-was. Di awal Film, Sasha memang masih sedikit santai, Namun saat mulai ke pertengahan, Dia sudah terlihat bereaksi.
"Rey, Gue gak yakin bisa nahan" Lirih Sasha, Keringatnya sudah bercucuran.
Fani tau kalau Sasha mengoleksi film Psikopat, Namun dia tidak tau bahwa Sasha seorang Psikopat.
Reynald menatap Sasha khawatir.
"Tahan Sha" Ucap Reynald pelan. Dia menarik Sasha agar bersandar padanya.
Sasha semakin merasakan gejolak hasrat membunuhnya semakin kuat.
"Rey" Lirih Sasha, Dia tidak kuat. Beruntunglah mereka berdua di belakang, Jadi tidak ada yang menyadarinya.
"Lo harus bisa Sha" Ucap Reynald meyakinkan. Sasha memilih memejamkan matanya rapat-rapat. Dia tidak akan menonton Filmnya.
Reynald mengusap pelan rambut Sasha. Dia juga kasihan melihat kondisi Sasha. Tapi bagaimanapun juga, Konsekuensinya adalah Sasha harus bisa mengendalikan jiwa Psikopatnya.
Sasha mencengkeram sofa itu kuat-kuat, Dia mungkin akan melampiaskanya dengan cara Itu, Namun Reynald malah melepaskannya dan menggenggam tangan Sasha.
"Lepasin Rey" Pinta Sasha lirih, Kalau begini bisa saja dia melukai Reynald, Dan Sasha tidak mau itu terjadi.
Sasha hanya pasrah saja, Dia menahan keinginannya kuat-kuat, Dan itu cukup menguras tenaganya.
Sasha lebih memilih memeluk Reynald erat, Dia mungkin tidak akan bisa menahanya lebih lama lagi.
"R-Rey, G-gue gak bisa" Ucap Sasha lemah dengan suara seraknya.
"Lo harus tenang Sha, Jangan terlalu dilawan tapi lo harus mengendalikan" Peringat Reynald, Sasha hanya mengikuti apa yang di ucapkan Reynald.
Sasha tak melawannya lagi, Tapi dia berusaha mengendalikannya. Sasha terus memeluk Reynald erat. Dia tidak mau ada yang menjadi korban.
"Ray" Panggil Sasha dengan suara beratnya, Reynald tau, Saat ini Jiwa Psikopat Sasha sudah muncul.
"Kendalikan Sha" Peringat Reynald, Sasha mencobanya, Namun sangat susah.
"Sulit Rey" Melas Sasha, Dia terus mencoba mengendalikanya, Sedikit demi sedikit, Walau dia belum bisa mengendalikan sepenuhnya, Namun dia bisa sedikit mengendalikanya.
Sasha mulai tenang dalam pelukan Reynald. Dia mengatur nafasnya, Dia berharap Film ini akan segera habis, Dan dia akan terbebas, Meski itu sulit.
15 menit kemudian Film itu pun habis, Ternyata sahabat Reynald dan Fani malah tertidur. Bisa-biasanya mereka tertidur saat menonton Film Psikopat.
Dan meskipun Filmnya habis, Sasha masih merasakan keinginan membunuh yang sangat kuat dari dirinya.
"Rey, Gue mau ke kamar" Pinta Sasha lemah, Kalau terus seperti ini, Sasha tidak yakin dia tidak melukai Reynald.
"Gue ikut" Jawab Reynald tegas. Reynald menggendong Sasha ke kamarnya.
"Gue gak mau Lo luka Rey" Melas Sasha, Reynald tak memperdulikanya.
Reynald membaringkan tubuh Sasha ke kasurnya, Sasha terus menggeliat dan mencengkeram kasurnya, Dia tidak bisa mengendalikanya.
"Gue Gak bisa Rey" Ucap Sasha sedikit berteriak. Sasha harus berpikir.
Sasha menuntun kedua tangan Reynald agar melingkar di lehernya, Melilitnya.
"Lakukan seperti yang biasanya Lo lakuin Rey" Mohon Sasha. Reynald berpikir.
"Lo yakin?" Tanya Reynald serius. Sasha mengangguk cepat.
Reynald menurutinya, Dia melilit leher Sasha kuat, Walau jiwa Psikopat Sasha selalu memberontak tapi akhirnya Tubuh Sasha melemah dalam delapan Reynald.
Reynald langsung membaringkan kembali Sasha ke kasur. Dia berbaring juga di samping Sasha dan mendekapnya dari samping.
"Gue belum bisa mengendalikanya Rey" Lirih Sasha. Reynald tau, Tapi seperti sebelumnya, Konsekuensinya adalah Sasha harus bisa.
"Lo harus belajar mengendalikanya Sha" Gumam Reynald pelan. Tanyanya mengusap lembut kepala Sasha.
Keduanya terdian, Hingga akhirnya mereka juga tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Aris Pujiono
wow panjang
2022-04-01
0
Niswa mandailing
nyicil 5 bab dulu thor...semangat.💕
2020-12-21
1
V
🤗💪💪
2020-12-15
1