Broken Angel'S [COMPLETED]
****
Sasha terbangun dari tidurnya, Dia mendapati badanya terasa sakit. Kedua tanganya diperban, Yang satu punggung tangannya dan yang satunya lagi pergelangan tangannya, Wajahnya sedikit lebam, Karena disebabkan oleh luka semalam yang tidak langsung di obati. Apakah Reynald yang melakukan ini?
Sasha menghela nafas saat mengingat, Kemarin Reynald melihat Sasha menangis, Sasha tidak ingin dikasihani, Apalagi terlihat lemah oleh semua orang. Dia akan menampik semua itu dengan wajah datarnya, Berpura-pura kuat didepan orang lain, Berhati beku agar perasaannya ikut beku, Itulah dia, Pecundang rapuh yang berpura-pura kuat.
Sasha kini sudah bersiap dengan seragam sekolahnya, Dia memakai masker dan hodie untuk menutupi lenganya, Mungkin dia akan izin menggunakan hodie didalam kelas beralasan sakit.
Saat Sasha hendak berangkat sekolah, Seperti biasa jalan kaki, Ada mobil yang berhenti didepanya, Sasha tau mobil itu. Dia memutar bola mata malasnya, Pagi-pagi moodnya harus anjlok, Kenapa makhluk menyebalkan ini selalu muncul?.
Orang tersebut turun dari mobilnya, Dan menghampiri Sasha, lagi-lagi Sasha memutar bola mata malasnya.
"Ngapain?" Tanya Sasha dingin. Orang tersebut menyeringai tipis, Rencana awal, Membuat Sasha sengsara, Entah akan ada perubahan atau tidak, Yang pasti dia tidak akan melepaskan Sasha untuk alasan baik ataupun buruk.
Reynald.
"Lo lupa? Hari ini hari pertama Lo jadi babu, Dan Lo harus berangkat bareng Gue" Jawab Reynald dengan senyum evilnya.
Sasha mendengus kesal, Tanpa basa-basi, Dia langsung masuk ke mobil Reynald, Dia sedang malas bicara, Kebiasaan dinginya muncul lagi. Reynald yang melihat itu hanya tersenyum puas.
Reynald masuk ke dalam mobilnya, Dia langsung saja melajukan mobilnya ke Sekolahnya, SMA BRAMAWIJAYA.
"Kenapa pake masker?" Tanya Reynald tanpa menatap Sasha, Dia masih fokus dengan jalanan. Sasha hanya diam, Tak menjawabnya, Malas.
"Jawab Sha" Geram Reynald, Dia tidak suka di acuhkan. Sasha menatap Reynald datar, Sembari membuka maskernya.
Reynald melihatnya, Wajah Sasha sedikit lebam karena mungkin akibat luka semalam. Tangan kiri Reynald terulur mengusap pipi Sasha yang terluka.
"Ssshh" Ringin Sasha sembari melepaskan Tangan Reynald dari wajahnya. Kenapa Reynald jadi tidak tega, Tidak, Dia harus kembali ke niat awal.
Reynald memberhentikan mobilnya sebentar, Memindahkan Sasha ke dalam pangkuanya. Sasha pun memberontak.
"Lo apa-apaan sih, Gue bisa duduk sendiri" Sentak Sasha memberontak.
"Lo diam atau Gue gak segan untuk bertindak kekerasan" Ancam Reynald menatap tajam Sasha, Sasha masih saja memberontak, Itu membuat Reynald marah.
Reynald pun melingkarkan tangan kirinya ke leher Sasha, Menekanya kuat. Sasha mencoba melepaskan tangan Reynald dari lehernya, Kenapa dia selalu lemah di hadapan Reynald, Dia benci itu.
"Lepashhh, G-Gue" Sasha tak bisa melanjutkan ucapanya lagi, Tubuhnya lemas, Nafasnya terasa habis. Sasha benci Reynald.
Reynald tersenyum tipis melihat tubuh tak berdaya Sasha kini bersandar padanya, Tangan kiri Reynald melingkar ke perut Sasha. Reynald bisa menjadi kasar, Namun sedetik kemudian bisa menjadi penolong Sasha.
"Andai Lo nurut Sha, Gue gak akan pernah kasar sama Lo" Gumam Reynald pelan, Sasha bisa mendengar itu.
"Lo brengsek Rey" Ucap Sasha lemah, Entah sudah berapa kali dia mengatakan itu, Tapi Reynald memang brengsek.
Reynald tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya pelan. Setelah itu mobil Reynald telah sampai di SMA BRAMAWIJAYA.
Reynald tak langsung turun, Dia masih mendekap tubuh Sasha yang lemah.
"Lo harus nurut sama Gue, Atau Gue gak akan segan-segan untuk kasar sama Lo" Bisik Reynald tajam. Sasha menggeleng cepat, Dia tidak sudi.
"Gue gak mau dan gak akan pernah" Sentak Sasha. Reynald menyeringai tipis. Dia kembali melingkarkan tanganya ke leher Sasha, Mencekiknya.
"Rey, Lepashh" Sasha memberontak, Mencoba melepaskan tangan Reynald yang berada di lehernya. Reynald belum melepaskannya.
"Turuti atau mati" Bisik Reynald tajam tepat disamping telinga Sasha.
Sasha hanya bisa mengangguk pasrah, Ini masih pagi, Namun tenaganya sudah habis karena Reynald. Reynald pun tersenyum puas melihat Sasha yang pasrah, Dia pun melonggarkan tanganya yanga berada di leher Sasha.
"Lo uhukk, Bisa gak sih gak bikin Gue sesak nafas" Sentak Sasha lemah. Bahkan untuk bicara saja dia agak susah.
"Bisa, Kalo Lo nurut" Jawab Reynald dengan seringainya. Sasha menatap Reynald dengan tatapan kebencian.
"Gue gak kuat Rey" Ucap Sasha sangat lemah, Kenapa Reynald selalu membuatnya ingin pingsan?
Reynald menahan tubuh Sasha yang sudah tak berdaya, Dia sedikit kasihan kepada Sasha, Emm bukan kasihan tapi peduli?.
"Gue tau Lo kuat Sha" Gumam Reynald menatap Sasha yang sedang mengatur nafasnya yang sedang tersenggal-sengal. Tangannya terulur merapihkan anak rambut Sasha yang sedikit berantakan.
Sasha menatap Reynald redup, Dia benci ketika terlihat lemah di hadapan Reynald, Sasha sangat benci itu. Sasha melepaskan tangan Reynald yang melingkar diperutnya, Menghembuskan nafas panjang.
"Gue turun, Lo mau sampai kapan disitu?" Tanya Sasha dingin.
Dia pun turun dari mobil Reynald, Seluruh Murid SMA BRAMAWIJAYA menatap Sasha kaget, Tidak ada perempuan yang pernah naik ke dalam mobil Reynald, Dan kini, Seorang Sasha Margaretta, Seseorang yang berhati beku, Dapat memasuki mobil Reynald, Dengan mudah. Sasha tidak memperdulikan ucapan murid yang kini sedang membicarakannya.
Reynald yang melihat itu hanya tersenyum tipis dan menggeleng-gelengkan kepalanya samar, Dia sudah tau Sasha adalah orang yang kuat, Dia tau itu. Bahkan dia sedikit kagum dengan Sasha, Entah karena alasan apa itu.
Reynald menyusul Sasha, Merangkul leher Sasha, Berjalan disampingnya, Tak memperdulikan semua tatapan aneh yang diarahkan ke arahnya dari para Murid. Bagaiman tidak aneh? Reynald tidak pernah dekat dengan seorang Perempuan, Bahkan sangat anti.
Sasha menatap Reynald sengit.
"Jangan di leher" Ucap Sasha pelan, Mencoba melepaskan tangan Reynald yang merangkul lehernya.
"Kenapa, Takut?" Tanya Reynald menatap Remeh Sasha. Sasha menghembuskan nafasnya lelah.
"Rey" Ucap Sasha lelah, Dia sangat ingin menjauh dari Orang yang bernama Reynand ini.
Reynald menulikan pendengaranya.
Hingga akhirnya mereka berdua sampai di depan kelas Sasha, Kelas 11 Bahasa 3.
Reynald berhenti di hadapan Sasha, Dia menahan Sasha yang hendak masuk ke kelasnya. Sasha menatap Reynald bertanya.
"Istirahat pertama Lo harus nyamperin Gue ke kantin, Kalo gak, Lo tau akibatnya" Bisik Reynald tepat di depan wajah Sasha. Sasha sampai menahan nafasnya.
Reynald tersenyum tipis dan meniup Wajah Sasha yang kini tidak berkedip. Sasha pun mengerjapkan matanya beberapa kali, Sungguh itu membuat Reynald gemas. Reynald mengacak pelan rambut Sasha, Itu membuat Sasha tersadar.
"Berantakan Rey" Peringat Sasha kesal, Dia merapihkan kembali rambutnya. Reynald tersenyum simpul.
"Ingat kata-kata Gue tadi" Peringat Reynald sebelum pergi meninggalkan Sasha yang kini sedang memegangi dadanya, Detak jantungnya berdetak cepat.
Sasha menggelengkan kepalanya pelan, Dia tidak bisa terus seperti ini. Dai pun masuk ke dalam kelasnya, Tanpa sadar, Sudut bibirnya membentuk senyuman tipis.
Ternyata sahabatnya itu sudah masuk sekolah, Dia sedikit khawatir kemarin.
"Kenapa Lo?" Tanya Sasha dengan datar, Namun sahabatnya tau bahwa Sasha kawatir.
"Sakit Ca" Jawab Fani dengan cemberut, Mengerucutkan bibirnya lucu. Sasha sedikit tersenyum simpul.
"Segitu takutnya Lo sama Geng ADLER?" Tanya Sasha meremehkan. Fani mendelik kesal, Dai memang Takut, Tapi alasan sakitnya bukan itu.
"Ih udah ah" Jawab Fani kesal. Sasha tersenyum simpul, Kini hanya sahabatnya yang menjadi kebahagiaannya.
Setelah itu susana kelas menjadi hening, Karena guru yang mengajar sudah masuk ke dalam kelasnya.
~Skip Istirahat~
Sasha tidak menuruti perintah Reynald tadi, Dia kini malah berada di ruangan musik. Dia tidak perduli dengan apapun yang Reynald lakukan kepadanya nanti, Tidak ada yang membuatnya takut.
Sasha duduk menghadap ke piano, Tangannya terulur untuk menekan tuts piano. Menghasilkan nada yang merdu yang menyebar ke seluruh ruangan musik ini
I'm so lonely broken angel
I'm so lonely listen to my heart
Tangan mungilnya menari Anggun di atas tuts piano, Ditambah suaranya yang merdu, Serta penuh penghayatan.
I'm so lonely broken angel
I'm so lonely listen to my heart
One n' only, broken angel
Come n' save me before I fall apart
Andai ada yang tau, Seberapa kesepian dirinya, Selalu sendiri, Terjebak dalam kejadian masa lalu.
I'm so lonely broken angel
I'm so lonely listen to my heart
One n' only, broken angel
Come n' save me before I fall apart
Dengarkanlah dia bernyanyi, Resapilah, Kau akan tau apa yang dia rasakan, Dunia kejam pada Sasha, Sasha sampai tak sadar air matanya kini sudah ada di pelupuk.
La la Leyli, la la Leyli, la la la la la
La la Leyli, la la Leyli, la la la la la
I'm so lonely broken angel
I'm so lonely listen to my heart
One n' only, broken angel
Come n' save me before I fall apart
I'm so lonely broken angel
I'm so lonely listen to my heart
One n' only, broken angel
Come n' save me before I fall apart
La la Leyli, la la Leyli, la la la la la
La la Leyli, la la Leyli, la la la la la
Sasha menghentikan nyanyianya, Seiring air mata yang terjatuh dari pelupuk matanya, Andai saja ada orang yang mau diajak berbagi beban. Namun apa daya, Dia sendirian disini. Keluarga pun sekarang dia tak punya, Bukan tak punya, Namun kini dia tidak dianggap oleh keluarganya.
Sasha merasakan tangan kekar melingkar di perut dan lehernya, Dia tau wangi ini, Reynaldi Bagaskara. Untuk apa dia kesini?. Sasha menghapus kasar air mata yang tadi sempat jatuh, Sialan memang.
"Lonely Angel'S" Gumam Reynald yang saat ini memeluk Sasha dari belakang.
Sasha terdiam, Yah memang benar, Namun dia tidak pernah mengaku bahwa dia Angel's, Orang lain yang menilainya, Seorang Malaikat kesepian.
Sasha hendak melepaskan tangan Reynald, Namun Reynald menahanya.
"Reynald" Ucap Sasha pelan.
Reynald berdehem pelan, Dia menatap lurus kedepan, Menumpukan dagunya di pundak Sasha. Dia mendengar nyanyian Sasha, Itu seakan menjadi keluh kesah dari Sasha. Melihat air mata itu lolos dari mata teduh milik Sasha, Membuat hatinya sedikit teriris. Reynald tidak tau beban apa yang Sasha tanggung, Hingga menyebabkan Sasha Menjadi seorang yang kesepian.
Reynald menggelengkan kepalanya samar, Ini saatnya Dia marah. Kenapa Sasha tidak melakukan perintahnya.
"Kenapa Lo gak ke kantin hmm?" Tanya Reynald lembut namun tajam. Sasha diam saja, Enggan untuk menjawab pertanyaan Reynald.
"Kenapa Sha?" Tanya Reynald lagi, Kalo ini dengan nada tegasnya. Sasha menggeleng pelan.
"Apa kurang cukup Ancaman Gue Sha?" Tanya Reynald tajam. Tangan yang ada di leher Sasha mulai menguat. Sasha sudah siap menahan.
"Lepas Rey" Pinta Sasha pelan. Dia sedang tidak ingin ada kekerasan sekarang.
"Apa yang Lo mau?" Tanya Sasha pasrah.
Reynald tersenyum puas, Dia melonggarkan tangan yang ada di leher Sasha.
"Ke kantin" Jawab Reynald singkat, Sasha mengangguk patuh.
Sasha melepaskan tangan Reynald dan mulai melangkah ke kantin terlebih dahulu. Reynald pun langsung menyusul Sasha, Dan berjalan di sampingnya.
"Pesenin bakso sama es teh" Suruh Reynald seenak jidat, Dia pun langsung duduk di meja pojok bersama teman-temannya.
Sasha menatap Tajam Reynald, Ingin sekali membunuhnya sekarang.
"Kalo Lo gak mau..." Sasha langsung memotong Ucapan Reynald.
"Iya-iya" Potong Sasha cepat, Dengan pasrah dia menuju Stand makanan, Memesan pesanan Reynald Reynald sekalian pesanannya juga.
Setelah itu Sasha menghampiri Reynald sembari membawa pesanannya. Setelah sampai dia langsung meletakannya ke meja Reynald, Sasha hendak melangkah pergi, Namun tanganya di tajam Reynald.
"Duduk disini" Perintah Reynald dingin, Sasha hendak protes.
"Gue mau sama temen Gue Rey" Bisik Sasha penuh penekanan. Reynald menatap tajam Sasha.
"Suruh temen Lo duduk disini" Suruh Reynald. Sasha menghembuskan nafas pasrah, Dia dibawah kendali Reynald saat ini.
"Gue mau nyamperin dia dulu" Ucap Sasha dingin. Reynald melepaskan tangan yang menahan Sasha tadi.
Sasha pun menghampiri Fani dan mengajaknya duduk di meja Geng ADLER. Fani ikut saja, Lagi pula dia sudah tidak takut.
"Eh ada dedek gemes" Celetuk Farhan yang baru datang dengan ke tiga temanya. Teman-teman Reynald kini sudah duduk di meja masing-masing.
Sasha hanya memutar bola mata malas dan melanjutkan memakan makanannya.
"Lo kenapa pake Hodie?" Tanya Zacki kepada Sasha.
"Sakit" Bukan Sasha yang menjawab melainkan Fani, Karena Fani tau Sasha tidak akan menjawab perkataan Zacky karena menurutnya tak penting.
"Terus kenapa tangan Lo diperban?" Tanya Zacky lagi.
"Luka" Fani yang menjawab lagi. Zacky menatap kesal Fani yang kini sedang memakan makananya santai.
"Gue tanya sama temen Lo, Bukan sama Lo" Ucap Zacky kesal.
Fani hanya menatap Zacky dan tersenyum remeh. Fani tidak akan takut lagi sekarang, Dia tau kenapa Sasha menggunakan Hodie dan perban, Itu karena seseorang yang ada didepanya ini.
"Berisik" Ucap Sasha dingin, Zacky langsung mingkem, Mendengar suara Sasha yang tajam dan menusuk membuatnya sedikit takut.
"Haha, Dedek gemas tuh gak mau sama Lo, Dia maunya sama gue, Kan Sasha?" Celetuk Fino sembari menggoda Sasha.
Sasha menatap datar Fino kemudian kembali melanjutkan kegiatan makan nya. Fino mendengus sebal.
"Haha, Dia tuh gak mau sama Lo Lo pada, Kalian cuma remahan rengginang" Ejek Farhan tertawa pelan. Zacky dan Fino langsung saja menatap tajam Farhan.
"Halah Dia juga gak mau sama Lo kali" Ejek Zacky balik. Farhan mendengus kesal. Fino pun tertawa puas.
Reynald kini menatap datar teman-temanya itu, Entah kenapa dia jadi tidak suka kalau Sasha digoda oleh lelaki lain.
Reynald tak sengaja memegang tangan Sasha yang ada di bawah meja, Dan sialnya itu adalah tanganya yang terluka. Sasha menatap Reynald dengan tatapan menahan sakit.
"Rey" Bisik Sasha pelan. Reynald menatap bertanya kearah Sasha.
"Sakit" Bisik Sasha mendekat ke arah Reynald, Posisinya sekarang Sasha berada disamping Reynald.
Reynald tersadar dan melepaskan tanganya, Dia menatap Sasha...khawatir?
"Sialan Lo" Desis Sasha dengan berbisik. Kenapa Reynald menjadi merasa bersalah?
"Sorry" Ucap Reynald pelan, Hanya Sasha yang bisa mendengar itu. Sasha hanya mengangguk samar.
"Weh bisik-bisik Lo berdua, Ada apaan?" Celetuk Farhan bingung, Yang lainya juga menatap bingung ke arah Sasha dan Reynald, Hanya ada satu yang menatap dingin Sasha, Diksi.
Sasha mengubah wajahnya menjadi datar, Dia tidak berminat menjawab pertanyaan itu.
Tanpa sengaja ada seorang murid yang menyenggol mangkuk bakso milik Sasha, Dan sialnya bakso itu masih sedikit panas, Karena itu juga belum habis sepenuhnya, Kuah bakso itu tumpah mengenai tangan Sasha yang terluka. Sasha langsung menjerit kesakitan.
"ARGGHH" Teriak Sasha kesakitan, Dengan sigap Reynald yang berada di sampingnya langsung memegang tangan Sasha itu, Dan ternyata yang terkena adalah tangan kiri Sasha, Dimana ditangan itulah pergelangan Sasha terluka.
"LO KALO JALAN LIAT-LIAT DONG, PUNYA MATA GAK" Sentak Fani mendorong tubuh siswa yang tadi menyenggol bakso Sasha.
Diksi yang melihat itu langsung saja menahan Fani. Fani kini emosi, Fani tau tangan Sasha terluka, Dan Ditambah lagi dengan tersiram kuah bakso, Itu pasti menyakitkan, Apalagi di pergelangan tangan, Yang dimana itu adalah tempat Nadinya.
"Rey, Sakit" Rintih Sasha pelan, Tangannya sangat panas, Pergelanganya terasa mati rasa.
Reynald mendekat ke arah Sasha, Dia mendekap Sasha dari samping, Dia membuka lengan Hodie Sasha, Perbanya berwarna merah, menandakan Luka Sasha kembali berdarah. Reynald langsung menatap tajam Siswa yang menyenggol itu.
"Jangan harap Lo selamat setelah ini" Peringat Reynald tajam, Siswa itu langsung menunduk takut.
Setelah memberikan peringatan, Reynald langsung saja menggendong Sasha ala Bridal Style, Dia menggendong Sasha ke UKS. Meninggalkan teman-temanya yang menatap Sasha khawatir, Salah satu diantara mereka menatap Keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Reynald menendang pintu UKS dengan kencang, Mengagetkan Siswi yang sedang berjaga Di UKS.
"Lo obati dia, Sekarang" Perintah Reynald tajam, Dia membaringkan Sasha di brankar, Sasha kini mengeluarkan air matanya.
Anak PMR Itu langsung mengangguk cepat, Dia langsung mengobati luka Sasha, Dia mengobati Sasha dengan telaten, Dan mengganti perban Sasha dengan yang baru.
"S-sudah Kak" Ucap anak PMR itu menatap Reynald takut-takut. Reynald menatap Sasha yang masih mengeluarkan air matanya.
"Keluar" Perintah Reynald tajam tanpa menatap Anak PMR itu, anggota PMR itu langsung saja keluar dari UKS dengan hati yang dongkol.
Reynald mendekat ke arah Sasha, Dia duduk di kursi samping Brankar, Menggenggam lembut tangan telapak tangan Sadha, Menyelipkan jarinya diantara jari tangan Sasha.
"Jangan nangis, Lo kuat" Ucap Reynald pelan, Sasha masih saja menangis. Tangannya sangat sakit sekali.
"Gak ada yang boleh nyakitin Lo, Kecuali Gue" Gumam Reynald pelan, Tangan kanannya terulur untuk mengusap kepala Sasha lembut, Sedangkan yang kiri masih menggenggam tangan Sasha.
Sasha mendengar itu, Dia bingung sendiri dengan Reynald, Apa maksudnya?.
"Gue mau pulang" Pinta Sasha mencoba meredakan tangisnya, Tangannya mati rasa sekarang. Reynald langsung mengangguk.
Reynald menyelipkan tanganya tengkuk dan lipatan kaki Sasha, Dai hendak menggendong Sasha.
"Gue bisa jalan sendiri" Tolak Sasha lemah, Reynald tak memperdulikan itu, Dia langsung membawa Sasha kedalam mobilnya, Reynald mendudukan Sasha dipangkuanya.
Reynald pun mulai melajukan mobilnya, Bukan menuju ke rumah Sasha, Melainkan ke rumahnya.
"Rey, Kerumah gue aja" Pinta Sasha lemah. Reynald tidak menggubris permintaan Sasha, Dia membawa Sasha kerumahnya.
Reynald terus melakukan mobilnya ke arah rumahnya, Setelah sampai, Reynald pun membawa Sasha kedalam rumahnya, Dia membawa Sasha masuk ke kamarnya. Reynald membaringkan tubuh Sasha yang tidak berdaya.
Reynald menatap Sasha khawatir, Sasha melihat tatapan itu. Andai ada yang mengkhawatirkanya sedikit saja, Dia akan senang sekali. Namun itu hanya Andai, Nyatanya tidak ada yang pernah khawatir padanya.
Getaran ponsel Di saku Reynald mengalihkan perhatian, tertera naman Zacky disana. Reynald langsung mengangkat panggilan tersebut.
"Lo sama Sasha dimana?" Tanya Zacky sedikit panik.
"Pokoknya Gue mau lihat Sasha sekarang, CACA DIMANA, LO BAWA CACA KEMANA?" Teriakan itu berasal dari sahabat Sasha, Fani.
Reynald menjauhkan ponsel dari telinganya, Telinganya terasa berdengung mendengar teriakan itu.
"Di rumah Gue" Jawab Reynald singkat, Setelah itu Zacky langsung memutuskan sambungan telponya.
Reynald kembali menatap Sasha yang saat ini memejamkan matanya rapat-rapat, Untuk mengurangi rasa sakitnya. Reynald membaringkan tubuhnya disamping Sasha, Dia memeluk Sasha dari samping, Entah kenapa melihat Sasha kesakitan, Dia menjadi ikut merasakan sakit.
"Rey" Ucap Sasha lemah. Reynald menatap Sasha khawatir.
"Kenapa?" Tanya Reynald lembut. Sasha terdiam kemudian menggeleng, Melihat tatapan khawatir dari Reynald membuat hatinya sedikit menghangat.
Brakk
Ada yang membuka pintu kamar Reynald dengan kencang, Orang itu langsung saja melepas paksa pelukan Reynald.
"Minggir Lo" Ucap orang itu menatap Reynald tajam, Reynald pun menyingkir, Dia menatap datar orang yang menyuruhnya, Fani.
"Ca, Lo gak papa kan?" Tanya Fani panik, Dan khawatir, Sasha tersenyum tipis kemudiam menggeleng, Tanda bahwa dia baik-baik saja.
"Gue baik-baik aja" Jawab Sasha lemah. Fani tersenyum lega.
"Jangan pernah nyakitin diri Lo sendiri lagi Ca, Dan untuk siswa yang tadi, Udah Gue Kasih pelajaran, Lo tenang aja" Ucap Fani lembut, Dia tau seluk beluk Sasha, Dia tidak ingin Sasha melukai dirinya sendiri.
Tak lama kemudian, Ada yang ikut masuk ke dalam Kamar Reynald, 4 orang.
Fani menatap tajam salah satu orang itu, Dia benar-benar kecewa dengan orang itu. Fani memberi sinyal, Menyuruh orang itu untuk keluar bersamanya. Fani pun melangkah keluar dari kamar Reynald, Di ikuti orang itu. Mereka tidak menaruh curiga sama sekali, Dani dengan alasan ingin ke toilet, Dan orang itu dengan alasan ingin mengambil minuman.
Reynald kembali menghampiri Sasha yang masih berbaring di kasurnya, Dia duduk di tepi kasur dengan tangan yang mengusap kepala Sasha lembut.
"Bentar-bentar, Kok kalian udah deket aja sih?" Tanya Farhan bingung.
"Wah jangan-jangan ada yang gak beres nih" Tuduh Fino mendekat ke arah Reynald dan Sasha. Reynald memutar bola mata malas dan menjitak kepala Fino keras. Zacky dan Farhan yang melihat itu tertawa keras.
"Bos, Lo mah KDRT mulu" Ucap Fino kesal sembari mengusap-usap kepalanya.
"Gak sih, Muka kayak Lo emang pas banget buat disiksa" Celetuk Farhan dengan masih tertawa. Fino mendengus kesal dan menampar keras pantat Farhan, Farhan sampai memekik kaget.
"Anji** Lah" Umpat Farhan kesal, Dia menatap tajam Fino.
"Rasain nih, Nih, nih" Farhan tertawa puas sembari terus memukul Fino menggunakan bantal guling milil Reynald. Dan terjadilah aksi tom an jerry.
Sedangkan Zacky kini tertawa terbahak-bahak melihat tingkah teman gesreknya ini.
Sasha sedikit terhibur dengan tingkah ajaib dari teman-teman Reynald, Tanpa sadar dia tersenyum tulus.
"Cantik" Gumam Reynald pelan saat melihat senyum dari Sasha. Sasha tersadar dan mengubah raut wajahnya lagi menjadi datar.
"Akan lebih cantik kalo Lo senyum Sha" Ucap Reynald pelan, Tangannya mengusap pipi Sasha lembut.
Sasha tak bisa menyembunyikan rona merah di pipi nya, Dia pun menutup Wajahnya menggunakan telapak tanganya.
Reynald sedikit terkekeh geli. Tunggu apa terkekeh? Dia tidak pernah melakukan itu, Apalagi untuk perempuan.
"Ehm, Nyamuk banyak banget sih" Celetuk Zacky dengan berpura-pura mengusir nyamuk.
"Lo mau kejar-kejaran sampe kapan elah" Ucap Zacky mulai jengah karena temanya belum selesai dengan aksi kejar-kejaranya.
"Tau nih, Huh-huh" Jawab Farhan dengan nafas tersenggal-sengal.
Reynald yang melihat itu pun langsung mengambil minum di dapurnya, Kasihan dia melihat teman-temanya itu.
.
♡♡♡♡
"Mau sampai kapan Lo kayak gini dik?" Tanya Fani lirih kepada orang yang ada didepanya ini, Salah satu Orang yang menjadi alasan Sasha depresi.
Diksi terdiam, Dia tidak tau, Ego selalu mengalahkanya.
"Gue gak tau" Jawab Diksi pelan.
"Semalam Caca hampir mengakhiri hidupnya lagi Dik, Apa Lo gak kasihan liat dia yang terus-terusan putus asa?" Tanya Fani dengan memalingkan wajahnya. Diksi tertegun.
"Kejadian dulu bukan sepenuhnya salah Caca, Dik" Lirih Fani.
"Gue juga dulu marah sama Caca, Tapi Gue akhirnya sadar, Caca gak sepenuhnya salah dalam hal ini" Lanjutnya, Air matanya sudah menetes, Hatinya juga sakit mengingat kejadian dulu.
"Kita pernah sahabatan Dik, Lo, Gue, Caca dan 'Dia', Apa Lo udah melupakan persahabatan kita?" Tanya Fani Lirih, Air matanya semakin turun deras.
Diksi menggeleng pelan, Tidak, Dia tidak pernah melupakan persahabatan itu. Diksi mendekap Fani erat.
"Kasihan Caca Dik, Dia ngerasa kehilangan, Tapi saat itu keluarganya gak ada disampingnya termasuk Lo, Padahal 'Dia' orang yang paling dekat dengannya, Orang yang punya ikatan batin dengannya. Bahkan Caca gak tau sekarang 'Dia' Dimana dan Caca gak tau keadaanya, Dan kita yang sebenarnya tau malah menyembunyikanya. Apa kita gak keterlaluan Dik? Caca kesepian Dik, Dia kesepian" Jelas Fani menangis tersedu-sedu.
"Maaf Fan, Tapi saat Gue lihat Caca, Gue selalu ingat kejadian itu, 'Dia' juga orang terdekat Gue bahkan kita juga punya ikatan" Jawab Diksi merasa bersalah, Tapi itulah kenyataanya, Dia tidak bisa menatap Wajah sendu Sasha, Itu membuatnya mengingat kejadian dulu, Hatinya terasa sakit.
Fani semakin menangis dalam pelukan Diksi, Dia sangat sedih saat melihat Sasha yang kesepian, Bahkan di penjara oleh penyesalan.
"Caca merasakan apa yang 'Dia' Rasakan Dik" Gumam Fani pelan. Diksi tau itu, Ikatan batin mereka sangat kuat.
Diksi memperekat pelukanya.
Tanpa disadari keduanya, Pemilik rumah ini mendengar semua percakapan mereka. Siapa 'Dia'? Apa kesalahan Sasha dulu? Apa yang membuat Sasha kesepian? Kenapa Sasha di hantu penyesalan? Apa hubungan Diksi, Sasha, Fani Dan 'Dia'? 'Dia' yang dimaksud siapa? Semua pertanyaan itu muncul dalam kepalanya membuatnya pusing sekaligus bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Swadeekhab
eh tapi jangan lama senyumnya
2022-12-26
0
Aris Pujiono
aku mampir di sini kak
2022-03-26
0
Indah Nihayati
bagus thor
2022-03-01
0