Ep.16

“Daniel sayang oma tidak apa-apa, kamu jangan memecat supir itu. Dalam hal ini oma juga salah, biarkan dia tetap bekerja” pinta Oma Ayu, walaupun oma Ayu sempat kurang senang dengan sikap Sakti supir baru Daniel. Oma Ayu tetap memberikan kesempatan untuk Sakti terus bekerja pada keluarga Arsenio.

“Tapi oma...”

“Tidak ada tapi tapian Dan, oma sudah memutuskan. Jika kamu memecatnya, bagaimana dia akan menghidupi keluarganya?”

Saat itu Yanto supir oma Ayu masuk bersama Sakti yang berjalan di belakang Yanto. Sakti sudah menceritakan masalahnya pada Yanto kemudian membawa Sakti untuk bertemu dengan oma Ayu. Saat bertemu oma Ayu Sakti langsung bersimpuh di depan semua orang diruang keluarga Arsenio.

“Nyonya besar, maafkan saya. Saya sangat menyesal, saya telah melakukan kesalahan yang sangat fatal, maafkan saya nyonya”

Daniel menatap tajam pada Sakti, dia seolah olah ingin menguliti Sakti hidup hidup. Namun, tatapan teduh oma membuatnya luluh dan menuruti semua keinginan omanya.

“Sudahlah, semua sudah terjadi. Yang penting sekarang mama tidak kenapa-napa. Mulai sekarang kamu berkerjalah dengan baik dan hati-hati. Jika ada sesuatu yang tidak kamu mengerti tanyakan pada Pak Yanto” kata Michael memberi keputusan untuk Sakti.

“Terima kasih.....terima kasih tuan besar” sakti membungkuk-bungkukkan badannya memberi hormat santun pada majikannya.

Daniel hanya bisa menghela nafas panjang, seorang maid menghampiri ruang keluarga.

“nyonya...makan siang sudah siap”

“Sebaiknya sekarang kita makan siang bersama, daddy sudah sangat lapar mom” Michael berjalan menuju ruang makan di ikuti Aileen dan yang lainnya. Yanto dan Sakti kembali melanjutkan pekerjaan mereka yang tertunda.

***

Arinda terpaksa memesan taksi online untuk kembali ke kantornya. Dia membuka tas ranselnya untuk meraih tisu yang selalu tersedia didalam tasnya. Taksi online yang di pesan Arinda datang, dia masuk kedalam taksi itu. Supir taksi heran melihat kondisi Arinda yang sangat berantakan,

“Abis jatuh di comberan mana neng” ledek si supir sambil menahan senyum yang melihat wajah Arinda yang masih berlepotan jus dan cappucino.

Ih si bapak bikin mood aku makin jelek aja, guman Arinda kesal dalam hati.

“Abis disiram ama orang gila pak”Arinda menjawab dengan malas.

“Sabar neng jangan ngegas juga atuh neng, bapak Cuma bercanda biar ga boring gitu, tujuannya sesuai aplikasi ya neng?” tanya si supir kembali melemparkan senyum.

“Iya pak,” kata Arinda yang mulai membersihkan wajahnya. Taksi itu pun berjalan mengikuti arahan jalan sesuai dengan alamat yang di tuju Arinda

Mobil taksi terpakir di halaman lobi kantor Pearl Star Eo&Wo. Arinda membayar ongkos taksi dan langsung turun tanpa mengambil kembaliannya.

“Neng...neng... kembaliannya!!” panggil si supir taksi.

“Nggak usah pak, buat bapak aja” Arinda turun dari mobil dan berjalan ke pintu masuk.

Satpam menatap heran dan menahan senyum saat membukakan pintu untuk Arinda. Sepajang Arinda melewati loby kantor, semua mata tertuju padanya. Bukan karena kagum akan kecantikan Arinda, tapi tampilan Arinda yang berbeda saat itu.

Arinda berjalan terus menuju ruangan Maya, tanpa memperdulikan semua orang yang menatapnya.

“*Kenapa tu si Arinda kok datang datang udah seperti itu”

"Mungkin dia pelakor trus ketahuan lagi godain cowok makanya di siram ama cewek lain”

"Sok kecantikan sih dianya"

Dan masih banyak gunjingan prihatin, kasihan dan iri pada Arinda dari semua orang di kantor itu.

Ceklek...

Tanpa mengetuk Arinda masuk kedalam ruangan maya. Mata Maya hampir keluar melihat keadaan Arinda yang begitu mengenaskan.

“Astaga naga...lo kenapa say?!!!” tanya Maya yang melihat Arinda datang dengan berantakan.

“Jangan tanya dulu, gue mo bersihin diri, ada pakaian yang bisa gue pake ga?” Arinda terpaksa meminjam pakaian pada Maya yang seorang desainer di Pearl Star tentunya memiliki banyak stock pakaian.

“tenang aja, ntar akika siapin. Udah gih sana, udah pada lengket dan bau aneh lo nya"

Arinda langsung membersihkan dirinya, sedangkan Maya yang sudah menyiapkan pakaian bersih untuk Arinda, pergi keluar mengambil pesanan pizza yang di simpannya di pantry kantor.

Selesai membersihkan diri dan menunaikan kewajibannya, Arinda memakai pakaian yang di pilihkan May. Kemeja formal berwarna putih dengan pantsuit abu-abu menambahkan kecantikan Arinda, dia lalu duduk di sofa milik Maya.

Pintu kantor Maya terbuka oleh Maya yang membawa pizza pesanan Arinda. Maya meletakkan pizza itu di atas meja dekat sofa di ruang kantornya, lalu duduk di sebelah Arinda yang terlihat bad mood.

“Oke... sekarang akika boleh nanya kan? Gimana critanya, kok lo bisa datang dengan berantakan dan mengenaskan seperti itu?” tanyanya to the point langsung karena sudah sangat penasaran.

Arinda lalu menceritakan dari A sampai Z kejadian yang menimpanya sambil memakan pizza yang di bawakan Maya. Maya mengangguk, ber oh ria mendengar cerita Arinda

“Ooo begindang, trus tu adam tanggung jawab n minta maaf ga ma tu nenek?”

“itu juga yang bikin gue kesel, tuh nenek udah ngilang aja pas cowok tu menghampiri kami. Alhasil jadi gue di bilang modus morotin dia, pengen banget gue kasih saus cabe ini ke mulut cowok tu” Arinda meremas remas tangan saking kesalnya meningat kejadian yang di alaminya.

“Sabar say.... Trus kenapa lo ga balik pulang aja say buat ganti baju, dengan dandanan lo kayak tadi fix semua anak anak pada ngomongin lo yang nggak-nggak”

“Pengennya sih gue balik pulang, tapi gue inget besok lusa gue ama mbak Cantika mo ketemu klien. Jadi hari ini gue mesti nyiapin semua persentasinya sama mbak Cantika”

“klien dari Arebeon corp?”

“yup, mau nggak mau gue mesti balik kantor ya dengan resiko di ketawain ama anak-anak”

“Btw, tu adam ganteng kagak?” tanya Maya

“Hm...gue nggak tau, yang gue tau saat itu gue udah kesel banget ma tu cowok, karena udah nuduh gue. Kalo gue inget inget lagi, rasanya gue pernah liat tu cowo. Tapi di mana ya..? Hah sudahlah may, gue jadi makin bad mood bahas tu cowok”

“Ya siapa tau aja kalian akan bertemu lagi”

“Nggak deh, lebih baik gue ketemu ama singa dari pada ketemu tu cowok. Gue benci banget ama tu cowok”

“Ati ati say, benci ama cinta itu beda tipis, ntar lo beneran cinta ma tu adam”

“Amit amit jabang baby, nggak bakalan mau gue ma tu cowok arogan, sombong, dingin kayak kutub selatan, udah ah males gue ngomongin tu cowok. Gue mo ketemu mbak Cantika dulu”

“ya udah sana, ntar si Cantika kelamaan nungguin lo say”

Arinda meninggalkan ruangan Maya, ia bergegas menuju ke ruangan Cantika untuk membahas ide-ide miliknya. Agar klien dari Arebeon Corp. tidak kecewa dan menyetujui kerjasamanya.