Kesempatan

Rajendra berpamitan pulang, Dean dan Serra pun mengantarnya hingga ke teras rumah. Keduanya sungguh senang dengan kedatangan Rajendra karena sudah lama pria itu tak datang setelah lama melanjutkan S2 nya di LA.

"Sering-sering main kesini yah Jendra," ucap Serra.

"Iya Tante, kalau gak sibuk." Balas Rajendra.

Dean melihat jam tangannya sebentar sebelum kembali menatap Rajendra. "Om sama Tante juga akan pergi setelah ini, kami harus ke rumah Oma dan Opa."

"Kaisar sama Daffi juga?" Tanya Rajendra menanggapi perkataan Dean.

"Yah, mereka juga. Kebetulan Kaisar juga sedang libur, sekalian melihat peternakan bebek milik Chio." Jawab Dean sembari kedua tangannya masuk ke dalam saku celananya.

Chio memang memiliki peternakan bebek, dia tak mengelolanya sendiri. Sesekali Chio mengeceknya, di tambah juga dirinya yang baru menjadi seorang dokter muda tentu tak memiliki banyak waktu untuk menengoknya.

"Chia gak di ajak?" Tanya Jendra heran.

"Anak itu kalau siap-siap lama, biarkan saja. Nanti dia akan menyusul, Pak Tress akan antarkan." Kali ini Serra yang memjawab.

Jawaban itu membuat Rajendra tersenyum penuh arti tanpa Dean dan Serra curigai sedikit pun. Ia memutuskan masuk ke dalam mobilnya dan melajukannya pergi. Serra dan Dean hanya menatap kepergian mobil itu sampai menghilang dari balik gerbang.

"Kapan pertunangan Rajendra dan kekasihnya itu?" Tanya Serra ketika mengingat calon tunangan Rajendra.

"Entahlah, Eric tak memberitahuku. Ayo pergi, nanti Mama dan Papa menunggu."

"Aku panggil Kaisar sama Daffi dulu." Serra beranjak pergi untuk memanggil kedua putranya.

Setelah bersiap, ke empatnya pun pergi dengan Dean yang mengendari mobil. Tanpa Dean sadari, mobilnya berpapasan dengan mobil milik Rajendra yang berhenti di pinggir sebelum perempatan. Dean tak menyadari, dia hanya membelokkan mobilnya pergi menuju kediaman mertuanya.

Di dalam mobil, Rajendra tersenyum puas. Ia kembali menyalakan mesin mobilnya dan memutar mobilnya kembali menuju kediaman Dean. Setelah sampai, ia memarkirkan mobilnya dan masuk ke dalam rumah itu. Penjaga yang berjaga hanya menatapnya sekilas sebelum kembali fokus pada pekerjaan mereka.

"Eh Tuan Jendra, bukannya tadi udah pulang yah?" Sapa seorang pembantu yang berusia hampir enam puluh tahun itu.

Rajendra sedikit tersentak kaget, raut wajahnya terlihat tegang. Namun, ia kembali merubah ekspresinya menjadi tenang kembali agar tak di curigai.

"Dompetku ketinggalan Bi, tapi aku lupa letakin dimana. Bibi bisa bantu cari?"

"Dompet? Oh, bibi akan bantu carikan. Sebentar Tuan." Pembantu itu pergi mencari dompet Rajendra.

Melihat keadaan yang sepi, Rajendra menaiki tangga menuju kamar Chiara. Tanpa mengetuk, ia langsung membukanya dan masuk tanpa meminta izin lebih dulu. Sejenak, ia mengamati kamar yang dulunya sering ia datangi saat dirinya masih kecil. Chiara suka sekali di temani tidur plehnya setelah keduanya selesak menonton film horor. Segitu manjanya Chiara padanya saat keduanya kecil.

Perlahan, kakinya melangkah menuju banyaknya bingkai foto yang tertata rapih di atas meja. Ia melihat satu persatu foto di sana, tetapi ... dirinya tak menemukan satu pun fotonya. Seingatnya terakhir kali, banyak sekali fotonya yang gadis itu pajang. Tapi sekarang, satu pun tidak ada. Malahan, dia melihat foto Chiara bersama seorang pria yang kemarin dia lihat.

"Siapa dia?!" Rajendra menggertakkan giginya, ia meraih bingkai itu dan mengambil lebaran foto tersebut darinya. Tanpa pikir panjang, Rajendra meny0beknya dan membuangnya di jendela kamar.

"Harusnya tak ada foto pria lain di kamarnya, berani sekali dia mengganti fotoku dengan pria aneh ini." Gerutu Rajendra.

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Rajendra menatap ke arah pintu kamar mandi yang tertutup, seringai muncul di bibirnya.

Chiara baru saja meng0s0k giginya, tak sengaja ia meminum air hingga membuatnya tersedak. Setelah selesai, Chiara berniat menggulung rambutnya. Ia akan mandi tanpa membasahi kepalanya. Namun, dirinya terkejut melihat sosok pria yang berdiri di belakangnya.

"AAAARGHH!" Pekik Chiara kaget melihat kehadiran Rajendra di kamar mandinya. Untungnya, ia belum melepas pakaiannya sama sekali.

"Kamu ... kenapa kesini hah?!"

Rajendra tersenyum, ia melangkahkan kakinya mendekati Chiara yang terlihat ketakutan. Chiara tetap mundur, hingga dirinya tertahan oleh tembok di belakangnya. Rajendra tetap melangkah, Chiara langsung memejamkan matanya takut. Sampai, ia merasa Rajendra semakin dekat dengannya.

Melihat ketakutan Chiara, Rajendra tak sedikitpun melangkah mundur. Ia justru mengangkat tangannya dan menyalakan shower . Chiara terkejut karena hal itu, ia kembali membuka matanya dan menatap tepat pada kedua mata tajam Rajendra.

Tok! Tok!

"NON! NON GAK PAPA? NON!" Sepertinya teriakan Chiara tadi mengundang kedatangan pembantu yang sedang lewat di depan kamarnya. Itu lah alasan mengapa Rajendra menyalakan shower di sebelahnya.

"I-IYA BI, AKU GAK PAPA! CUMAN ADA KECOA AJA TADI." Padahal, kecoa yang Chiara maksudkan adalah Rajendra yang masih ada di hadapannya.

"Oh gitu ... tadi liat dompet Tuan Rajendra gak Non? Bibi belum ketemu, cari dimana-mana juga gak ketemu. Sekarang Tuan Rajendra gak tahu kemana, Non ada lihat?" Tanya pembantu itu kembali engan suara yang lebih pelan dari yang tadi.

Chiara melirik sinis Rajendra yang justru bersandar santai di tembok sembari bersedekap d4da. Jika dia keluar, pasti pembantu rumahnya akan memergoki mereka dan mengira yang macam-macam.

"Enggak liat Bi, mungkin orangnya udah di culik setan!" Pekik Chiara yang mana membuat Rajendra kaget.

"Yaudah Non, bibi perui dulu. Jangan lama-lama mandinya yah Non, takut masuk angin!"

Tak ada lagi suara pembantu itu, Chiara yakin jika wanita paruh baya itu sudah pergi dari kamarnya. Ia pun kembali menatap Rajendra yang kembali mendekatinya. Dengan santainya, pria itu kembali mematikan shower dan meletakkan satu tangannya di tembok bertepatan dengan sisi kepala Chiara.

"Pria kemarin itu siapa?" Tanya Rajendra, tatapannya terlihat dingin dan datar.

"Bukan urusan Abang." Chiara ingin pergi, tapi Rajendra menghalanginya.

"Jelaskan dulu, siapa pria kemarin? Kenapa kamu memajang fotonya di kamarmu?!" Sentak Rajendra.

Chiara menunduk, ia berdiam lama sebelum mengangkat pandangannya. Matanya menatap tajam pria yang pernah singgah di hatinya lalu memberi luka untuknya.

"Abang tuh egois tahu gak! Saat kita punya hubungan, abang selingkuh kan sama Kak Berlina itu? Iya kan? Hubungan kita sudah berakhir, kenapa sekarang Abang begitu egois ingin memiliki semuanya?! Kenapa aku gak boleh dekat dengan pria lain sementara Abang akan menikahi wanita lain, kenapa?!" Air mata Chiara luruh, ia berj0ngk0k dan menutup wajahnya dengan lengannya.

"Aku tidak berselingkuh dengannya Chia," ucap Rajendra dengan lirih.

"Gak selingkuh tapi sebentar lagi mau nikah." Chiara mengusap air matanya, ia mencoba untuk tetap kuat.

"Chia ...,"

"Pergi!"

"Enggak, Abang enggak ma ...." Ponsel Rajendra tiba-tiba berdering, pria itu mengambil ponselnya di dalam saku celananya dan melihat siapa yang meneleponnya.

"Pergilah, pasti calon istri Abang sedang menunggu." Ucap Chiara sembari membuang pandangannya.

Rajendra menghela nafas pelan, tanpa sepatah kata pun ia pergi begitu saja dari kamar Chiara. Meninggalkan Chiara yang bersandar di tembok kamar mandinya dengan air mata yang luruh.

"Benci banget hiks ... kenapa sih, harus jatuh cinta sama sesajen itu hiks ... udah tahu dia playboy, masih aja berharap jadi satu satunya hiks ...."

Sementara itu, Chio baru saja sampai di rumahnya. Ia perlu mengambil beberapa barangnya untuk ia bawa ke rumah barunya bersama sang istri.

"Aku masuk ke kamar dulu, kamu mau ilut atau ...,"

"Aku mau ambil air dulu, haus." Balas Varsha. Chio menganguk, ia mengelus kepala istrinya sebelum masuk ke kamarnya

Varsha berbalik, dirinya melangkah berniat datang ke dapur. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Rajendra keluar dari kamar Chiara. Pria itu tampaknya tergesa-gesa dan menuruni tangga dengan cepat. Tentunya, Varsha bertanya-tanya melihat kemunculan pria itu dari kamar adik iparnya.

"Rajendra? Ngapain dia keluar dari kamar Chiara?!"

_____

Satu lagi nya nanti yah, mau kesebelah dulu😆

Terpopuler

Comments

Alistalita

Alistalita

Nah loh ketahuan Abang Chio, Rajendra malah mirip psikop4t ngeriii kuyy😭🤣
Mungkin Rajendra terpaksa menerima Berlina, Bisa jadi mereka emang dihodohkan dan Rajendra mau gak mau nerima permintaan Ortunya.
Tapi jujur saja, Sifat Rajendra seperti ini malah terkesan berengsekkk🤭
Mungkin plot twisnya, Rajendra dan Berlina ternyata masih saudara✌ Bisa jadi mereka juga dekat cuman pura². Padahal aslinya Berlina juga dah punya kekasih dan Rajendra tahu, Cuman mereka sedang memainkan drama🤔😂

2025-04-07

26

🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀

🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀

Dan sampai detik ini, Chio blm tahu kalau kambing pertamanya dah meningall😭🤣🤣

2025-04-07

13

Queen AL

Queen AL

tidak suka dengan cerita mu ini thor... apalagi tidal ada bocil.. skip

2025-04-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!