Pagi hari, keluarga kecil Dean tengah sarapan bersama kecuali Chio dan istrinya yang masih berada di hotel sejak kemarin juga Chiara yang memang belum bangun. Gadis itu selalu bangun siang, dan Dean membiarkannya. Berbeda dengan Serra yang sungguh greget dengan putrinya yang susah sekali disiplin.
"Biarin aja lah sayang, semalam dia tidurnya larut banget, kasihan." Dean menahan tangan istrinya yang akan pergi membangunkan anak gadis mereka.
"Kaaan! Manjain terus! Dia tidur larut malam karena begadang, kamu sih biarin dia begadang. Udah kayak kelelawar dia tuh jam tidurnya!" Kesal Serra dan terpaksa kembali duduk.
"Pasti dia drakoran lagi, ck ... kapan lah anak itu disiplin. Aku takut, setelah nikah dia gak bisa apa-apa, gak bisa ngurus suami, gak bisa ngurus keluarga." Gerutu Serra sembari mengoleskan selai di atas rotinya.
"Semalam Kak Chia gak drakoran kok! Cuman melamun sampe tengah malam, aku intip dari kamar." Celetuk Kaisar, pemuda yang hanya berjarak usia dua tahun kurang dari kakak perempuannya itu.
"Oh ya?" Serra melebarkan matanya, baru kali ini dia mendengar putrinya melamun sepanjang malam.
"Iya, Daffi juga lihat. Daffi kira Kak Chia mau kesurupan, takut tiba-tiba mau jadi istrinya waaalid." Balas Daffi yang mana mengundang tawa keras Kaisar sampai memukul keras bahu adiknya itu.
"Walid walid apaaa ini kalian, ck." Dean menggelengkan kepalanya, ia melahap rotinya yang telah istrinya siapkan.
Tiba-tiba, gadis yang mereka bicarakan akhirnya datang juga dengan baju tidur berwarna merah muda disertai dengan rambutnya yang berantakan sudah seperti singa. Dengan santai, gadis cantik itu menguap dan menarik kursi untuk dirinya duduk.
Hal yang paling menjengkelkan bagi Serra adalah ketika Chiara menaikkan datu kakinya ke atas kursi.
"Chiaaa! Turunin kakinya! Turuniiiin!" Serra menepuk kaki Chiara dengan panik, bola matanya seolah hampir keluar saat ini.
"Apa sih Miii, baru bangun udah di omelin." Chiara meraih satu roti dan memakannya tanpa olesan apapun.
Serra memegangi keningnya, ia meraih koyo yang tersedia di meja makan dan memakainya. Setiap ruangan, sudah ada lembaran putih hangat itu agar dirinya siap sedia menyaksikan tingkah putrinya yang makin hari makin membuat kepalanya sakit.
"Bisa gak? Bangun tidur mandi dulu, riasan dulu, habis itu baru turun makan. Astaga Chiaaa, kamu nih ciri-ciri anak gadis dapet mertua di ikan terbang tau gak?! Mami seumuran kamu aja udah keliling jualin roti Oma kamu!" Greget Serra yang rasanya tak ada habisnya putrinya membuat ulah.
"Iya, besok aku keliling jualan roti."
"Kamuu ...,"
"Sayang, udah ... udah ...." Dean mengelus lembut punggung istrinya guna menenangkannya. Serra kembali memegangi kepalanya yang terasa sakit karena tingkah gadis kecilnya itu.
Daffi dan Kaisar hanya saling pandang, keduanya sibuk menahan tawa. Di antara mereka bertiga, hanya Chiara lah yang berani melawan ocehan mami nya. Sementara Daffi dan Kaisar hanya diam jika Serra sudah mengomeli mereka.
"Selamat pagi semua!"
Pandangan mereka terangkat, menatap seorang pria tampan dengan balutan jaket denimnya. Chiara yang melihat kehadiran pria itu meng4nga tak percaya, padahal mulutnya penuh dengan roti yang ia makan. Sampai, tatapan pria itu mengarah ke arahnya.
"Uhuk!" Chiara buru-buru berbalik, ia membenarkan rambutnya yang sudah seperti kucing liar. Juga mengusap pipinya, takut ada noda jejak tidurnya.
Rajendra yang melihat itu tersenyum, ia tak merasa ilfeel tapi justru merasa gemas dengan tingkah Chiara lagi ini. Dirinya pikir kebiasaan Chia sudah berubah, ternyata sama saja. Pastinya, sebelum ini ada drama omelan Serra untuk anak gadisnya itu.
"Pagi sekali kamu datangnya Jendra, ayo ... duduk! Kota sarapan bersama!" Ajak Dean.
Rajendra mengangguk, ia menarik kursi di hadapan Chiara yang saat ini terlihat panik. Ia berusaha menutupi wajahnya agar Rajendra tak melihat muka bantalnya. Namun, sepertinya pria itu tetap dapat melihatnya.
"Chia, ambilkan roti untuk abangmu."
"Kok aku sih?!" Protes Chiara dengan mata mel0t0t tak terima.
Serra menahan nafas kesal, "Rotinya kan ada dekat kamu Chiaaa! Gak mungkin Mami suruh Pak Tres buat ambilkan!" Greget Serra.
Chiara menatap kedepan, melihat roti lembaran di hadapannya. Ia lalu mengambil dua roti itu dan meletakkannya di atas piring Rajendra. Melihat hal itu, Serra menepuk keningnya. Sepertinya, ia bisa m4ti muda melihat tingkah putrinya.
"Ambil piring Rajendra, lalu letakkan rotinya perlahan. Tanyakan, dia mau selai apa." Dean mengambil alih, ia meraih piring Rajendra dan mendekatkannya pada putrinya.
"Iya, lagian dia punya dua tangan juga." Gerutu Chiara sambil meraih selai di atas meja.
"Mau selai apa?" Tanya Chiara tanpa menatap ke atah Rajendra.
"Abang tidak ada di roti itu, kenapa natapnya kesana?" Pertanyaan Rajendra sukses menambah kekesalan Chiara. Dengan hembusan nafas kasar, gadis itu mengangkat pandangannya dan mencoba menatap pria tampan di hadapannya.
"Mau selai apa?" Chiara mengulangi pertanyaannya.
"Coklat,"
Chiara meraih pisau selai dan mengarahkannya pada selai coklat di dekatnya. Namun, tiba-tiba ia menghentikan kegiatannya. Tanpa mengatakan apapun, Chiara memilih mengoles roti itu dengan mentega dan meletakkannya di piring Rajendra.
"Nah, makan." Ucap Chia sembari menyodorkan piring berisi dua roti yang di oles mentega.
"Chiaa, Rajendra mau coklat kenapa kamu kasih mentega?" Bisik Serra, berbeda dengan Rajendra yang justru tersenyum melihatnya
"Bang Sajen alergi coklat." Ucap Chiara singkat dan kembali melahap makanannya.
Serra mengerutkan keningnya dalam, begitu juga dengan Dean.
"Benar Jendra? Kok Om gak tahu?" Heran Dean.
Rajendra mengangguk pelan, "Baru ketahuan pas aku SMP Om." Balas Rajendra.
Chiara tahu hal itu, Rajendra rasanya senang saat Chiara mengingat tentang alerginya. Ia memakan roti itu dengan lahap, sambil menatap penuh ke arah Chiara yang berusaha terlihat cuek padanya. Dia tahu, gadis itu mencoba menghindar darinya.
"Oh ya Chia, besok kamu bisa mulai masuk ke kantor. Jangan bangun kesiangan lagi atau kamu mau melihat mami mu berubah menjadi singa yang siap melahapmu kapan saja." Pinta Dean, dia akan mengarahkan putrinya masuk ke dalam perusahaannya. Sebab, sampai saat ini dia dan Serra belum tahu apa keinginan gadis itu selain balap motornya.
"Pii, aku gak suka pekerjaan kantor." Ucap Chiara dengan tatapan memelas.
"Terus kamu mau apa hah? Di rumah kerjanya tidur makan tidur makan. Udah kayak sapi!" Sentak Serra.
"Sapi ... pftt." Kaisar dan Daffi sama-sama menahan tawa mereka. Keduanya reflek diam saat mendapat tatapan maut dari sang kakak.
"Pokoknya aku gak mau! Itu bukan keahlianku!" Rengek Chiara, tatapannya pun beralih menatap Dean dan meminta pertolongan pada pria itu. "Pi ...,"
Sayangnya, kali ini Dean memihak Serra. "Kamu harus menurut kali ini Chia, demi masa depanmu. Rajendra, dia akan membimbingmu nanti."
"Apa?! Piii!" Chiara memekik tak terima, ia melirik kesal ke arah Rajendra yang dengan santai melahap rotinya.
"Ada apa? Rajendra yang nantinya akan menjadi Direktur di perusahaan pusat, tentu dia yang akan membantumu." Terang Dean yang sebenarnya merasa heran, respon putrinya terlalu berlebihan menurutnya.
Chiara memejamkan matanya sejenak, sebelum kembali membukanya dengan hembusan nafas kasar. Ia lalu melirik ke arah Rajendra yang mengedipkan sebelah matanya. Ingin rasanya Chiara melempar piring di hadapannya pada pria di depannya itu.
"Tenang saja, Abang pasti membimbingmu dengan baik."
"Ck!" Chiara memilih beranjak pergi ke kamarnya, meninggalkan Rajendra yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
______
Rajendra: "satu atau dua pilih dia atau kamu aku tak tahuuuuu"
Chio kecil: "Kalau bica dua kenapa halus catu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
🤣🤣🤣🤣🤣jd wah makasih Author d8 ingatkan Chio kecil kl bs 2 knp hrs catur,kl Rajendra hrs milik pokoknya mau pilih Chiara apa Pilih Berliana hrs tegas dan punya pendirian Rajendra hayo 1 /2 pilih aku atau dia🤣🤣🤣🤣jd ingat Chio kecil yv g suka pilih 1 kl bs 2napa cm catur.
2025-04-07
14
🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀
Busettt, @Alistalita si walidd nongol disini🤣🤣🤣
2025-04-07
5
Lanjar Lestari
kak Alis ayo buruan muncul kita bikin huru hara kaya td,tu pagi" Rajendra sdh datang ke rumah Papi Dean hanya mau ketemu Chiara sebel blm pilih Chiara atau Berliana .
2025-04-07
3