BAB 1

Hari ini adalah hari gajian Naima dan Reza sang suami, seperti biasa keluarga suami yang tinggal jauh dari mereka langsung datang untuk meminta bagiannya. Tepat pukul 5 sore mereka sampai dirumah tapi saat didalam Rumah, mereka sudah di tunggu adik dan ibu Tyo.

"Kalian sudah gajian kan, sini berikan sama ibu". Todong ibu Alma kepada keduanya.

" Aku sudah transfer ke rekening ibu, tapi belum tau kalau Naima". Ucap Prasetyo dengan pelan melirik sang istri.

"Mana seluruh gajimu Naima, kita akan mengadakan pesta, kamu harus memberikan semua gajimu bulan ini pada ibu, uang belanja harian mu pake saja tabungan tau kasbon di kantormu". Ucap Bu Alma dengan tidak sabaran.

"Benar yang dikatakan ibu, aku mau pesta pernikahan ku mewah, toh kakak punya uang, jadi apa salahnya membiayai pernikahan ku". Ucap Andini adik perempuan Tyo.

Naima yang kini tengah lelah, tidak menghiraukan ketiganya yang menodongnya bergantian, dia berjalan memasuki kamar karena sangat lelah. Dia masuk ke kamarnya dan mengunci pintunya tanpa menjawab apapun.

Hari ini dia tidak ingin diganggu, dia ingin tidur sepuasnya. Baru saja akan merebahkan badannya ke kasur, terdengar gedoran kasar dari balik pintu. Tapi dia menghiraukannya kemudian terlelap.

"Naima, Naima, buka pintunya". Teriak Alma dan prasetyo bergantian tapi tak mendapatkan jawaban.

"Kenapa istrimu, Tyo, kenapa dia bisa seperti itu??, biasanya dia tidak banyak protes, kok ini dia bahkan tak melihat kita sama sekali". Ibu Alma memandang marah kepada sang anak.

"Aku juga tidak tahu bu, biarkan saja dulu dia, mungkin dia lelah, kita harus baik-baik sama dia agar bisa menguras uangnya, kan ibu mau pernikahan Andini mewah, Naima kan punya banyak tabungan bu, makanya kita buat dia senang saja". Tyo menatap sang ibu penuh pengertian.

"Ya sudahlah kalau begitu, biarkan saja dia kalau begitu, lebih baik ibu masakkan dia makanan spesial agar dia mau menurut apa kata kita nanti".

"Iya bu, ide bagus". Tyo tersenyum gembira.

Dia senang bisa menikmati uang istrinya karena gaji istrinya sangat besar dan jabatannya pun mentereng, dia harus bisa memanfaatkan istrinya sebaik mungkin sebelum dirinya membuangnya.

Naima mengerjapkan matanya karena baru bangun, tanpa dia sadari hari sudah malam dan menunjukkan pukul 9 malam. Dia sangat terlelap karena lelah. Pekerjaannya hari ini sangat banyak apalagi dia baru diangkat jadi Manajer diperusahaan tanpa keluarga suaminya tahu.

Mereka hanya tahu dirinya adalah karyawan dengan jabatan supervisor dengan gaji lumayan.

"Ya ampun, aku tidur terlalu lama". Ucapnya dalam hati.

Dia pun masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian keluar dari kamar karena dirinya lapar dan ingin makan, saat dia keluar suami dan mertuanya sudah duduk di ruang keluarga menunggunya.

Melihat Naima keluar kamar, mereka smeua mengalihkan pandangannya dan tersenyum manis kepada Naima

"Kamu sudah bangun nak, ibu sudah siapkan makanan enak untukmu". Ucap Ibu Alma dengan lembut berusaha menarik perhatian menantunya.

" Iya terima kasih". Ucapnya berjalan menuju dapur untuk makan karena dia sangat lapar.

Dia berjalan tanpa berbasa-basi seperti biasanya, dia tidak ingin bermasalah dengan keluarga suaminya itu, malas rasanya, dia ingin makan dengan kenyang terlebih dahulu.

"Bagaimana nak enak makanannya?? Tanya ibu Alma mendekati menantunya itu.

Dia memang berusaha agar menantunya senang karena dia akan meminta uang gaji dan tabungannya.

Naima hanya mengangguk tanpa menjawab dan masih sibuk dengan makanannya tanpa melirik sedikit pun. Setelah puas makan, dia merapikan bekas makannya dan mengangkatnya untuk mencuci piring.

Bu Alma melemparkan pandangannya kepada anak-anak nya karena melihat sejak tadi Naima tidak merespon ucapannya. Mereka hanya menyuruh sang ibu bersabar.

"Ayo kita bicara dek, kan ibu sudah bicara denganmu sejak tadi". Ucap Tyo dengan lembut.

Naima tidak menjawab tapi berjalan menuju ruang keluarga tempat duduk suami dan juga adik iparnya itu.

"Nak, kan adikmu mau menikah, kamu harus membantunya sebagai kakak, Tyo sudah memberikan semua gajinya pada ibu bulan ini dan ibu juga meminta semua gajimu bulan ini dan jika tidak cukup, ibu ingin kamu mengeluarkan tabungan mu untuk acara itu". Ibu Alma tersenyum manis sambil berbicara lembut.

Naima memandang mereka dengan tatapan sulit diartikan. Dia tak semudah itu memberikan semua yang dua cari susah payah.

"Bukankah katanya calon suami Andin itu orang kaya bu, kok seluruh biaya acara dibebankan kepada kita?? Tanya Naima yang akhirnya membuka suara.

"Apaan sih kak, memang pacar aku itu orang kaya kok, aku sengaja bikin pesta mewah karena tak mau direndahkan oleh keluarganya". Sungut Andin tidak terima.

"Memang berapa uang yang kau punya sampai berani melakukan itu Andin??, kamu saja saat ini bergantung pada kami, dan juga ibu, tidak kah kamu sadar akan hal itu?? Tanyanya dengan tatapan tajam.

Adik suaminya ini memang sejak dulu bergaya sok sosialita padahal uang dan biaya saja masih minta.

"Kan ada kalian yang biayai pernikahan ku, tenang saja deh kak, kalau aku menikah dengan Aldo, aku kembaliin uang kakak yang tidak seberapa itu". Sombongnya lagi.

Naima terkekeh geli melihat tingkat kepercayaan diri sang adik ipar, dia bukan tidak tahu siapa Aldo calon suami adik iparnya itu.

"Kamu yakin itu, jika memang dia orang kaya, suruh dia yang biayain pernikahan kalian jangan menodong ku dengan semua permintaan tidak masuk akalmu itu, aku ini bekerja dengan sekuat tenga sampai bisa punya uang, enak benar kamu menyuruh aku memberikan gaji dan tabunganku untuk biaya pernikahanmu". Ejek Naima memandang sinis sang adik ipar.

Ibu Alma dan Tyo menatap Naima dengan tatapan tidak percaya, bagaimana bisa Naima bicara kurang ajar seperti itu pada Andin yang merupakan kesayangan mereka.

"Kamu apa-apaan Naima, jangan kurang ajar kamu, kamu itu menantu keluarga kami, kamu harus membantu apapun itu, uangmu, uang anak saya juga". Ucap Ibu Alma yang meradang dan tak terima.

Inilah sifat asli mertuanya yang penuh muslihat, dia akan baik jika ada maunya, tapi jika keinginannya tidak dituruti maka dia akan mencaci maki seenaknya.

"Benar Naima, jangan keterlaluan kamu, mentang-mentang gajimu lebih besar, kamu bisa seenaknya". Hardik Tyo dengan tangan mengepal.

"Loh memang apa yang salah dengan perkataan ku, toh aku benarkan, aku bekerja dari pagi sampai malam, dan kadang lembur, ibumu dan adikmu juga aku biayai bahkan biaya rumah pun aku yang talangi terus sekarang keluargamu mau merampok semua gajimu dan gajiku, memang kita makan pakai daun". Kesal Naima.

"Kam kamu bisa kasbon dulu Naima dikantor, kamu kan jabatannya bagus dan juga sering lembur pasti bisalah jika hanya uang untuk makan saja". Ucap sang mertua dengan enteng.

"Benar itu mba, jangan pelit sama adik sendiri". Sungut Andin tidak terima ditolak.

"Maaf, aku akan kembali ke kamar, pekerjaanku masih banyak, tak ada waktu meladeni hal tak penting". Ucap Naima berdiri dari duduknya.

"Duduk Naima saya belum selesai bicara". Hardik Ibu Alma dengan penuh amarah.

"Tapi saya ada pekerjaan, suruh saja anak ibu yang berpikir toh yang menikah adalah adiknya".

Terpopuler

Comments

Yati Syahira

Yati Syahira

dongong ibu ama anak,enak aja rampok gaji trus mau di buang wkwk keluarga setres

2025-04-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!