Bab 4. Hantu Dalam Kamar

Hantu Dalam Kamar

Beberapa jam lalu.

Yudha menuruni anak tangga satu per satu sembari membenahi dasinya. Maura menyusul di belakang dengan menenteng tas kerjanya. Tiba di anak tangga terbawah, Maura lantas memberikan tas itu pada Yudha. Usai mengecup kening Maura, Yudha kemudian bergegas pergi.

Namun, begitu ia membuka pintu, ia malah dikejutkan oleh kedatangan ibunya.

“Pagi, Yud. Buru-buru sekali?” sapa Elvi sembari mengembangkan senyumnya.

Maura yang hendak naik ke lantai dua itu pun menarik kembali langkahnya begitu mendengar suara ibu mertuanya. Kedatangan sang mertua pagi-pagi begini jujur saja membuat Maura tidak nyaman. Ia bahkan enggan menemui mertuanya itu, sebab ia tahu maksud dan tujuan kedatangan mertuanya itu.

“Aku sudah telat lima menit, Ma.”

“Baru lima menit, bukan lima jam kan? Oh ya, istrimu ada di rumah?” Elvi sedikit menelengkan kepalanya mengintip ke dalam rumah. Sosok Maura tidak ia dapati di dalam rumah itu. Karena Maura sudah naik kembali ke lantai dua.

“Ada di kamar.”

“Mama tidak disuruh masuk nih? Mama mau ngomong sebentar sama kamu. Ini penting.”

Yudha menghembuskan napasnya berat. Perasaannya mulai tak enak. Ia punya dugaan buruk dengan kedatangan ibunya pagi ini. Tidak ingin bersikap tak sopan, terpaksa ia pun menyilakan ibunya masuk, mengajaknya duduk di sofa ruang tamu. Pelayan rumah ia minta untuk membawakan teh hangat dan cemilan, tapi ibunya menolak.

“Ma, langsung saja. Aku banyak pekerjaan hari ini. Pagi ini juga aku ada briefing dengan karyawan,” kata Yudha tak bermaksud mengusir ibunya. Namun memang pagi ini ia punya banyak pekerjaan yang harus segera ia selesaikan.

Pada bulan ini King Queen and Hotel sedang gencar-gencarnya melakukan promosi. Ada banyak pesaing yang mulai meraih perhatian publik dengan keunikan hotel yang dimilikinya. Yang tentu saja hal itu menjadi ancaman bagi King and Queen.

“Mama tidak akan lama. Mama ke sini cuma mau memberikan ini sama kamu.” Elvi mengambil dua lembar tiket pesawat dari dalam tasnya. Tiket itu ia taruh di atas meja.

Yudha meliriknya sekilas. “Itu apa, Ma?” tanyanya kemudian.

“Tanpa Mama jelaskan kamu juga pasti sudah tahu itu apa.” Sejak beberapa hari lalu Elvi dan suaminya sudah merundingkan hal ini, dan mereka akhirnya sepakat untuk memberikan tiket pesawat ke Eropa untuk Yudha dan Maura agar mereka bisa berbulan madu kembali. Semua ini mereka lakukan agar Maura bisa segera hamil.

Yudha menghela napas sejenak, lalu mengukir senyuman tipis. Sejak awal ia sudah bisa menduga maksud kedatangan ibunya ini.

“Maaf, Ma. Tapi aku dan Maura tidak membutuhkan itu,” tolak Yudha dengan halus. Ia tak bermaksud membuat ibunya kecewa. Hanya memang ia dan Maura benar-benar tidak membutuhkan itu sekarang. Sebab mau berbulan madu ke belahan dunia manapun, Maura tidak akan bisa hamil.

Yudha sudah terbiasa dengan hal seperti ini yang selalu ditawarkan ayah dan ibunya. Yang mereka tidak tahu, Yudha juga sudah berusaha mengubur dalam-dalam mimpinya untuk menjadi seorang ayah. Sebab penyakit Maura yang membuat mimpinya itu tidak akan mungkin bisa terwujud.

“Jelas kalian butuh, Yud. Belakangan ini Mama lihat kamu terlalu sibuk dengan pekerjaanmu. Maura juga. Mama heran kenapa kamu mengijinkan Maura kembali ke pekerjaannya. Kalau kalian sama-sama sibuk, trus kapan kalian punya waktu berdua. Kalau seperti ini terus, kapan kalian bisa punya anak?”

“Itu urusan aku dan istriku, Ma. Mama tidak perlu memikirkan hal itu. Aku mengijinkan istriku kembali bekerja agar dia tidak merasa bosan. Aku juga tidak mau terus-terusan mendesak istriku. Bagiku, punya anak atau tidak sama saja. Cintaku pada istriku tidak akan berkurang.”

“Sekarang kamu bisa bicara seperti itu. Suatu hari nanti, Mama yakin perasaan kamu itu akan berubah.”

“Kenapa Mama bicara seperti itu? Apa Mama berharap aku dan Maura tidak akan bersama lagi?”

“Mama tidak pernah berharap seperti itu. Mama cuma ingin membantu kalian. Maka dari itu Mama datang ke sini mau memberi kalian kesempatan untuk mewujudkan impian kalian.”

“Ma, tolong lupakan dulu soal anak. Aku dan Maura sudah sepakat untuk tidak membahas itu sekarang.”

“Yud, kamu itu anak Mama semata wayang. Satu-satunya penerus Adyatama. Kalau kamu tidak punya anak, lalu siapa yang akan menjadi penerus keluarga kita setelah kamu? Kamu bisa bicara seperti itu sekarang. Tapi nanti, kamu pasti akan tahu bagaimana rasanya kesepian. Tujuh tahun Mama dan Papa juga sudah bersabar menanti cucu. Kalau tidak diusahakan sekarang, kapan lagi? Sementara Mama dan Papa semakin hari semakin menua.”

Perdebatan yang cukup panjang dengan ibunya pagi tadi itu membuat mood Yudha berantakan. Datang ke kantor ia kurang bersemangat. Kepalanya dibuat pusing mendadak oleh permintaan ibunya yang terang-terangan ia tolak itu.

Sepanjang hari perkataan ibunya itu terngiang terus di telinganya. Alhasil ia memilih bekerja lembur. Pening yang menyerang membuat kepalanya terasa berat. Ia lantas pergi ke kamar peristirahatannya untuk melepas penat.

Namun, begitu masuk ke kamar itu ia malah dibuat terkejut oleh suara nyanyian seorang wanita di dalam kamar mandi. Dengan langkah pelan ia kemudian mendekati kamar mandi. Ia berniat hendak membuka pintu kamar mandi itu saat tiba-tiba seorang gadis keluar hanya dengan sehelai handuk yang melilit di tubuhnya.

“Aaa ...” Gadis itu memekik kencang seperti baru melihat hantu. Padahal ia yang mengira di dalam kamarnya mungkin ada hantu.

“Si-siapa kamu?” tanya gadis itu setengah ketakutan.

“Kamu yang siapa? Kenapa kamu bisa berada di kamar ini?” balasnya seraya memperhatikan gadis itu yang terlihat takut sambil berusaha menutupi bagian tubuhnya yang terbuka.

Yudha sedikit heran mengapa kamar pribadinya ini bisa dimasuki oleh orang asing. Padahal semua staf hotel ini sudah tahu kalau kamar ini tidak diperuntukkan bagi tamu.

“Bagaimana caranya kamu bisa masuk ke kamar ini? Apa kamu tahu ini kamar siapa?” tanya Yudha masih tak habis pikir bagaimana bisa ada seorang gadis di dalam kamar pribadinya ini. Mana gadis itu setengah telanjjang lagi. Melihat siluet gadis itu dengan lilitan handuk sebatas ketiak serta rambut panjangnya yang basah tergerai berantakan itu membuat ia tanpa sadar menelan ludahnya.

“Siapa yang mengijinkan kamu masuk ke kamarku? Kamu tahu siapa aku?” tanyanya lagi dengan menghunus tatapan tajam.

Nadia pun terkesiap. Ia langsung mengerti dan mengenali siapa pria di hadapannya ini. Memang sejak masuk bekerja di hotel ini belum pernah ia melihat wajah atasannya. Jadi wajar saja ia tidak tahu siapa pria itu.

“Ma-maafkan saya, Pak. Saya akan keluar dari kamar ini sekarang juga.” Takut lantaran ketahuan atasan, Nadia hendak meninggalkan kamar itu secepatnya. Namun terlebih dahulu ia ingin berpakaian.

“Aaa ...” Kakinya sudah mengayun hendak melangkah mendekati koper pakaian yang ia taruh di dekat sofa. Tetapi tiba-tiba saja kakinya terpeleset, membuat tubuhnya terjungkal ke belakang. Untung saja Yudha gesit bergerak menangkap tubuhnya sehingga tak sampai jatuh ke lantai. Kedua tangannya refleks langsung mengalungi leher Yudha.

Dalam posisi seperti itu, Nadia bisa melihat dari dekat rupa tampan atasannya itu. Yang membuat ia menelan ludah, mengagumi wajah tampan itu diam-diam.

Sedangkan Yudha, tertegun melihat paras manis Nadia yang tampak menggoda dengan rambut basahnya. Belum lagi, tubuh bagian atas Nadia terekspose dengan jelas di depan matanya. Membuat ia menelan ludah tanpa sadar. Penampakan Nadia yang setengah polos itu sungguh sangat menggoda imannya. Ditambah lagi dengan aroma sampo dan sabun mandi yang tercium, membuat gairahnya yang terpendam bangkit seketika.

Beberapa menit saling pandang dalam posisi seperti orang yang saling memeluk itu, Nadia pun akhirnya tersadar saat Yudha berkata,

“Apakah pelukanku terlalu nyaman buatmu?”

-To Be Continued-

Terpopuler

Comments

〈⎳ FT. Zira

〈⎳ FT. Zira

sangat nyaman sampai aku enggan untuk elepasnya.. eaaa💃💃💃

2025-04-08

1

〈⎳ FT. Zira

〈⎳ FT. Zira

kok aku gak yakin ya/Smug//Smug/

2025-04-08

1

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

masak iya seperti itu?

2025-04-09

1

lihat semua
Episodes
1 Visual Karakter
2 Bab 1. Carilah Wanita Lain
3 Bab 2. Yakin Kamu Ikhlas?
4 Bab 3. Diusir
5 Bab 4. Hantu Dalam Kamar
6 Bab 5. Hampir Salah Pegang
7 Bab 6. Dipecat
8 Bab 7. Pahlawan Tak Terduga
9 Bab 8. Pengamen Cantik
10 Bab 9. Aku Bukan Pengemis
11 Bab 10. Merasa Bersalah
12 Bab 11. Mengingatkan Masa Lalu
13 Bab 12. Gadis Penjual Kue
14 Bab 13. Bekas Vs Mantan
15 Bab 14. Program Kehamilan
16 Bab 15. Keguguran Atau Tidak Hamil
17 Bab 16. Beban Komitmen
18 Bab 17. Hari Pertama Bekerja
19 Bab 18. Tentang Masa Lalu
20 Bab 19. Membuang Prasangka
21 Bab 20. Sepiring Ketoprak
22 Bab 21. Janji Traktir
23 Bab 22. Kamu Punya Pacar?
24 Bab 23. Sarapan Gratis
25 Bab 24. Alasan Maura
26 Bab 25. Curahan Hati Yudha
27 Bab 26. Reaksi Maura
28 Bab 27. Bukan Mimpi
29 Bab 28. Ternyata Ganteng Juga
30 Bab 29. Tanggung Jawab
31 Bab 30. Pilihan Yang Menjebak
32 Bab 31. SIM (Surat Ijin Menikah)
33 Bab 32. Pria Tua
34 Bab 33. Mas Mesum
35 Bab 34. Rudal Panjang
36 Bab 35. Open BO
37 Bab 36. Hampir Saja
38 Bab 37. Malam Pertama Yang Tertunda
39 Bab 38. Gadis Perawan
40 Bab 39. Dua-Duanya
41 Bab 40. Teropong Pengintai
42 Bab 41. Mulut Mertua
43 Bab 42. Kamu Kasar
44 Bab 43. Rahasia
45 Bab 44. I Love You
46 Bab 45. Curiga
47 Bab 46. I Love You Too
48 Bab 47. Beri Aku Waktu
49 Bab 48. Kuda-Kudaan
50 Bab 49. Keputusan
51 Bab 50. Bukan Cinta Pertama
52 Bab 51. Pengakuan Rizal
53 Bab 52. Dia Istriku
54 Bab 53. Restu
55 Bab 54. Hamil Di Luar Nikah
56 Bab 55. Ingin Memiliki
57 Bab 56. Sesal Yang Tiada Guna
58 Bab 57. Rencana Publikasi
59 Bab 58. Tanggung Jawab Terakhir
60 Bab 59. Marahnya Yudha
61 Bab 60. Permintaan Aneh
62 Bab 61. Harta Yang Paling Berharga
63 Bab 62. Kenyataan Pahit
64 Bab 63. Keputusan Yang Tepat
65 Bab 64. Permata Hati Yang Hilang
66 Bab 65. Sambutan Tak Terduga
67 Bab 66. Nekat
68 Bab 67. Ancaman
69 Bab 68. Mimpi Buruk
70 Bab 69. Duka Mendalam
71 Bab 70. Kehilangan Harapan
72 Bab 71. Wajah Yang Tak Asing
73 Bab 72. Pengacara Gadungan
74 73. Anggota Keluarga Baru
75 74. Kabar Yang Mengejutkan
76 Bab 75. Terakhir Kali
77 Bab 76. Pertemuan Kembali
78 Bab 77. Permintaan Terakhir
79 Bab 78. Hari Yang Sama
80 Bab 79. Yudhistira Adyatama
81 Bab 80. Permintaan Yudhistira
82 Bab 81. Wanita Simpanan (Ending)
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Visual Karakter
2
Bab 1. Carilah Wanita Lain
3
Bab 2. Yakin Kamu Ikhlas?
4
Bab 3. Diusir
5
Bab 4. Hantu Dalam Kamar
6
Bab 5. Hampir Salah Pegang
7
Bab 6. Dipecat
8
Bab 7. Pahlawan Tak Terduga
9
Bab 8. Pengamen Cantik
10
Bab 9. Aku Bukan Pengemis
11
Bab 10. Merasa Bersalah
12
Bab 11. Mengingatkan Masa Lalu
13
Bab 12. Gadis Penjual Kue
14
Bab 13. Bekas Vs Mantan
15
Bab 14. Program Kehamilan
16
Bab 15. Keguguran Atau Tidak Hamil
17
Bab 16. Beban Komitmen
18
Bab 17. Hari Pertama Bekerja
19
Bab 18. Tentang Masa Lalu
20
Bab 19. Membuang Prasangka
21
Bab 20. Sepiring Ketoprak
22
Bab 21. Janji Traktir
23
Bab 22. Kamu Punya Pacar?
24
Bab 23. Sarapan Gratis
25
Bab 24. Alasan Maura
26
Bab 25. Curahan Hati Yudha
27
Bab 26. Reaksi Maura
28
Bab 27. Bukan Mimpi
29
Bab 28. Ternyata Ganteng Juga
30
Bab 29. Tanggung Jawab
31
Bab 30. Pilihan Yang Menjebak
32
Bab 31. SIM (Surat Ijin Menikah)
33
Bab 32. Pria Tua
34
Bab 33. Mas Mesum
35
Bab 34. Rudal Panjang
36
Bab 35. Open BO
37
Bab 36. Hampir Saja
38
Bab 37. Malam Pertama Yang Tertunda
39
Bab 38. Gadis Perawan
40
Bab 39. Dua-Duanya
41
Bab 40. Teropong Pengintai
42
Bab 41. Mulut Mertua
43
Bab 42. Kamu Kasar
44
Bab 43. Rahasia
45
Bab 44. I Love You
46
Bab 45. Curiga
47
Bab 46. I Love You Too
48
Bab 47. Beri Aku Waktu
49
Bab 48. Kuda-Kudaan
50
Bab 49. Keputusan
51
Bab 50. Bukan Cinta Pertama
52
Bab 51. Pengakuan Rizal
53
Bab 52. Dia Istriku
54
Bab 53. Restu
55
Bab 54. Hamil Di Luar Nikah
56
Bab 55. Ingin Memiliki
57
Bab 56. Sesal Yang Tiada Guna
58
Bab 57. Rencana Publikasi
59
Bab 58. Tanggung Jawab Terakhir
60
Bab 59. Marahnya Yudha
61
Bab 60. Permintaan Aneh
62
Bab 61. Harta Yang Paling Berharga
63
Bab 62. Kenyataan Pahit
64
Bab 63. Keputusan Yang Tepat
65
Bab 64. Permata Hati Yang Hilang
66
Bab 65. Sambutan Tak Terduga
67
Bab 66. Nekat
68
Bab 67. Ancaman
69
Bab 68. Mimpi Buruk
70
Bab 69. Duka Mendalam
71
Bab 70. Kehilangan Harapan
72
Bab 71. Wajah Yang Tak Asing
73
Bab 72. Pengacara Gadungan
74
73. Anggota Keluarga Baru
75
74. Kabar Yang Mengejutkan
76
Bab 75. Terakhir Kali
77
Bab 76. Pertemuan Kembali
78
Bab 77. Permintaan Terakhir
79
Bab 78. Hari Yang Sama
80
Bab 79. Yudhistira Adyatama
81
Bab 80. Permintaan Yudhistira
82
Bab 81. Wanita Simpanan (Ending)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!