"Aku harus mencari tahu isi peti ini. Ternyata wanita itu sangat lihai menyimpan rahasia ini dengan rapat." batin Edward mengingat bagaimana Ratih dulu melakukan sesuatu kepada keluarganya.
Tanpa sadar Edward mendengar langkah kaki tanpa Fania ketahui, "Fania lebih baik kamu pergi dari sini, sepertinya ada yang datang ke sini."
"Kamu serius? Terus kamu bagaimana, kamu ikut pergi bareng aku saja dari pada nanti kamu ketahuan." Fania mengajak Edward buat keluar dari loteng, tetapi Edward malah meminta Fania untuk keluar.
Fania bergegas keluar dari loteng sesuai permintaan Edward, sedangkan lelaki itu menatap peti itu kembali barulah ia memasuki peti tersebut ke tempat semula.
Edward terdiam di tempat, kalau bukan karena wanita tua itu dia tidak mungkin kehilangan kekuatannya, kutukan itu tidak bisa dihilangkan dengan mudah.
Lelaki tampan itu menatap kedua telapak tangannya, mengingat bahwa dirinya adalah lelaki bodoh yang tidak berdaya sama sekali. Membantu seorang wanita saja ia tidak bisa, bagaimana dia bisa melawan wanita tua itu.
"Ada ada, tuan Edward." lelaki tampan dengan tubuh yang tegap dan gagah masuk ke ruangan Edward, lelaki itu tidak menjawab malah terdiam memandangi kedua tangannya.
"Kapan kekuatan saya kembali, Resta." Edward menatap Resta, pria yang sudah lama menjadi orang kepercayaannya.
"Tuan, tuan harus bersabar. Saya tidak tahu kapan kekuatan tuan kembali, tapi ada satu cara supaya kekuatan tuan bisa kembali."
"Apa itu Resta." mendengar itu Edward sangat senang, "Kenapa kamu diam Resta."
Pria bernama Resta terdiam sejenak, dia tidak mungkin mengatakan hal ini takutnya Edward melakukan apa yang ia ucapkan.
"Tuan harus mendekati anak dari wanita bernama Ratih. Wanita itulah yang menyebabkan kematian keluarga tuan, dia juga yang membuat kekuatan tuan menghilang." tutur Resta kepada Edward, lelaki itu diam seperti memikirkan apa yang diucapkan Resta.
"Maksud kamu Fania." Resta mengangguk.
Edward terdiam mengingat perkataan Resta, apa dia harus melakukan itu? Fania tidak tahu bahwa dirinya bukan manusia melainkan iblis.
Edward memandangi wajahnya saat tubuh aslinya di perlihatkan di depan cermin, "Mungkin aku bisa berubah wujud dan memilih pria tampan, bagaimana reaksi Fania kalau dia tau bahwa aku adalah seorang iblis."
Edward menggeleng dengan cepat, "Tujuanku adalah mengambil semua apa yang aku miliki. Bukan bertanya apakah Fania menerima wujud asliku atau tidak."
Keesokan harinya Fania melangkah ke kastil, kastil tempat Ratih bekerja. Pasti ada satu alasan kenapa Ratih memilih mengurus kastil dari pada tinggal di rumah untuk hari tua.
Yang dia tau seumur Ratih harusnya sudah tidak memikirkan bekerja, tetapi Ratih malah memilih tinggal di kastil dari pada tinggal di rumah sederhana.
"Ibu." ucapnya saat melihat Ratih masuk ke dalam ruangan yang menurutnya sangat tertutup rapat.
"Buat apa ibu ke sana." Fania dengan cepat mengikuti Ratih, saat tiba di sana Fania nampak terkejut bahwa ruangan yang di masukin Ratih sangat gelap hanya lampu seperti obor untuk menerangi ruangan tersebut.
Fania tidak luput untuk mengikuti Ratih, Fania terhenti saat wanita itu berhenti tepat di depan patung yang sangat besar.
Mungkin patung itu lebih besar dari seukuran patung pada umumnya, wanita itu membuka penutup jubah. Lalu membuka sesuatu yang membuat Fania terkejut bahwa tubuh Ratih berubah seketika.
Fania menutup mulutnya menggunakan kedua tangan, "Bagaimana bisa ibu berwujud seperti itu."
"Ratih... Haha... haha...." Fania mencari suara tertawa yang menurutnya sangat menakutkan.
......•••......
"Haha... Haha... Haha..." suara ketawa itu semakin menggema saat sosok lelaki muncul di hadapan Ratih.
"Ratih... Ratih... Kamu sungguh hebat. Kamu bisa menaklukan apapun di dunia, buktinya anakmu sendiri aja bisa kamu taklukan walaupun anakmu bukan anak kandung kamu Ratih."
Fania dibuat bingung dengan ucapan dari lelaki yang tidak tahu wajahnya itu, lelaki itu sama sekali tidak terlihat wajahnya seperti apa membuat Fania penasaran dengan wajah pria yang sedang bicara dengan ibunya.
"Aku sudah melakukan rencana yang kamu inginkan, gimana bayaran yang aku minta sama kamu tuan Syabru." pinta Ratih dengan janji yang mereka sepakati.
"Tenang dulu Ratih. Apa kamu yakin putri kamu tidak tahu masalah ini?" tanya Syabru kepada Ratih.
Ratih menunduk bertanya hormat kepada majikannya, "Tidak tuan. Fania tidak mengetahui apapun, dia hanya wanita bodoh dan polos. Yang dia tahu hanya kehidupan pribadinya saja."
"Baiklah Ratih saya akan memberikan imbalan untuk kamu." lelaki itu mengeluarkan sesuatu semacam sihir, Fania yang melihat itu semua nampak terkejut dengan apa yang ia lihat.
Ratih tersenyum mendapatkan apa yang dia inginkan, "Simpan barang itu baik-baik Ratih. Suatu saat benda itu akan berguna untuk kamu dan juga anak kamu, jangan sampai Fania ataupun orang luar tahu tentang kerjasama kita."
"Baik tuan, kalau gitu saya pergi dulu." Ratih berbalik untuk pergi, Fania seketika bersembunyi saat melihat tubuh Ratih sudah kembali seperti semula.
Fania memutuskan kembali dari ruangan yang menurutnya sangat menyeramkan ini, wanita itu seperti diambang kebingungan dengan apa yang ia lihat barusan.
Bagaimana bisa seorang wanita tua berubah wujud menjadi lebih jelek, setelah mendapatkan sesuatu dari pria yang tidak tau wajahnya, Ratih kembali segar seperti usia dua puluh tahun.
Fania duduk di tepi memandangi air kolam yang terisi banyak ikan, ia juga memasuki kedua kakinya saat semua ikan di dalam kolam pada mendekat.
Saat Fania asik melamun tiba-tiba saja Edward datang tanpa diundang, "Sedangkan apa kamu di sini."
Melihat itu Fania terkejut melihat kedatangan Edward membuat lelaki itu tertawa, "Astaga Edward bisa tidak kamu bilang dulu kalau mau datang buat jantungku mau copot saja."
"Hehehe, maafkan aku Fania. Apa yang sedang kamu pikirkan Fania?" Edward bertanya kepada Fania saat wanita di depannya ini seperti memikirkan sesuatu.
"Edward apa kamu percaya bahwa di dunia ini wanita tua bisa berubah menjadi cantik?" Fania memberikan sebuah pertanyaan saat dia menatap Edward seperti meminta penjelasan.
"Hem, mungkin bisa."
"Bukannya zaman sekarang ada yang namanya salon kecantikan. Mungkin banyak perempuan yang lebih memilih menghabiskan uang untuk terlihat lebih cantik. Memang kenapa, Fania?"
Fania dengan cepat menggeleng, "Tidak Edward aku hanya heran saja. Seperti mimpi kalau ada seorang wanita tua, kembali ke usia dua puluh tahun padahal dia sudah terlihat rentan."
Edward mengerutkan kening mendengar kalimat yang diucapkan Fania, "Dari pada kamu memikirkan hal ini, lebih baik kamu ikut aku saja Fania."
Mendengar itu Fania menatap, "Kemana?"
"Ke tempat yang belum pernah kamu temui."
Edward memang seorang iblis tetapi ia bisa berubah wujud menjadi apapun yang dia mau, sekarang ia berubah menjadi wujud manusia seperti Fania. Mungkin bagi manusia biasa dia hanya seorang pria tampan, tapi bagi manusia yang memiliki ilmu pasti tahu bahwa dirinya bukan manusia melainkan iblis.
Entah pria ini mau membawanya kemana, yang pasti dia harus kembali dengan selamat. Edward berhenti membuat Fania ikut berhenti, lelaki itu mengatakan bahwa dirinya sudah sampai.
Fania menatap tempat tersebut, alangkah indahnya tempat yang dituju oleh Edward. Ini seperti surga yang setiap harinya ia bayangkan.
Tempatnya sangat indah, di sekeliling banyak bunga yang cantik, pohon-pohon besar dengan berbagai binatang yang terus mengikuti mereka berdua.
Edward tersenyum melihat kebahagiaan yang nampak pada wajah Fania, ini pertama kalinya Edward melihat seorang manusia tersenyum.
Di dunia iblis dia tidak pernah melihat wanita iblis memiliki kecantikan seperti manusia, bagi dirinya Fania sangatlah luar biasa. Kecantikannya melebih apapun, senyumannya, bola matanya, sampai ia ikut tersenyum melihat kebahagiaan yang nampak pada wajah Fania.
"Kamu suka tempat ini, Fania?" Fania mengangguk tanpa menoleh, ia malah sibuk dengan apa yang ia lihat.
Lalu Fania menoleh, "Bagaimana kamu bisa tahu tempat ini."
"Karena tempat ini adalah tempat di duniaku Fania. Mungkin dulu aku pernah sebahagia ini, sampai akhirnya aku dikutuk tanpa aku sadari membuat aku kehilangan semuanya." batin Edward mengingat kejadian yang menurutnya sangat melukai hati.
Edward berbalik menatap Fania, "Ada yang lebih indah lagi Fania. Kamu akan menyukainya, mari ikut denganku."
Fania dengan cepat mengejar langkah Edward dan benar saja yang dikatakan Edward, semakin dalam ia memasuki hutan semakin indah pemandangan hutan di dalamnya.
Malah terdapat pohon, air terjun, sampai pohon yang berisi buah dan sayur ada di tengah-tengah hujan.
"Apa kamu pernah ke tempat ini sebelumnya Edward?" lelaki itu terus melangkah sampai ia duduk di sebuah rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Cindy
lanjut
2025-04-07
0