Malam sebelum tidur Ira dan suaminya sejenak berbincang - bincang. Mereka banyak bercerita bagiamana mereka menjalani hidup ini.
"Mas ditawari jadi sopir cadangan, dek buat perbantuan selama dua bulan." cerita Haris.
"Trus."
"Tapi mas disuruhnya bawa mobil engkel, mas ga ada pengalaman bawa mobil besar seperti itu." keluh Haris.
"Kembali lagi ke diri mas sendiri, jika tidak mencobanya kapan lagi bisa. Itu menurut aku ya, mas. Tapi jika mas merasa keberatan ga apa - apa, toh yang menjalani mas ini." Ia mencoba memberikan pendapatnya.
"Mas ga punya SIM juga dek." Ira yang sudah paham jika sebenarnya suaminya tidak mau menerima pekerjaan itu memilih mengalihkan pembicaraan.
"Ya sudah, mas. Ngomong - ngomong besok aku di suruh ke rumah bude, mas?"
"Ngapain?" tanya Haris menoleh menatap istrinya.
"Bantu - bantu untuk acara tunangan putri keduanya, mas."
"Kamu yakin mau kesana?" tanya Haris yang sudah tau perlakuan bude istrinya tidak baik pada istrinya.
"Mau gimana lagi, mas." Ira ibarat makan simalakama. Mau ngapain aja tetap salah. Datang salah, ga datang apa lagi malah makin parah nantinya.
"Tapi mas juga datangkan besok?" tanya Ira.
"Belum tau dek, kita liat besok aja." Haris juga akan mengalami hal yang sama seperti istrinya menjadi bulan - bulanan saudara - saudara yang hidupnya di atas mereka.
"Sudahlah dek, udah malam lebih baik kita tidur buat menyiapkan tenaga buat esok." Haris merebahkan tubuhnya di kasur yang sudah tipis di makan usia. Ira pun ikut tidur di samping suaminya, karna sama - sama lelah keduanya langsung tertidur dengan pulas hingga cahaya matahari kembali muncul.
Sebelum subuh Ira sudah bangun seperti biasanya. Sebelum beraktivitas Ira menyempatkan untuk sholat tahjud.
Sebaris doa ia panjakan pada Rabb-Nya. Memohon dan meminta kemudahan dalam urusan mereka. Di beri kelapangan dan kesabaran hati dalam kondisi apapun. Tak terasa air matanya jatuh membasahi sajadah tempat ia bersujud.
Mengadu pada manusia mungkin hanya sebatas bicara, tempat mengadu yang sebenarnya adalah sang pencipta. Dia sebaik - baiknya tempat mengadu . Setelah puas mengadu pada Rabb - Nya, Ira membaca qalam Allah sebentar sambil menunggu waktu subuh yang tidak lama lagi.
Ira tidak lupa membangunkan suami dan kedua putranya untuk sholat subuh berjamaah di masjid sekitaran rumah.
Selesai menjalankan kewajiban dua rakaat, Ira melipat mukenah dan sajadahnya. Baru mulai berkutat di dapur menyiapkan sarapan dan perbekalan buat anak - anak kesekolah. Rutinitas yang sama setiap hari.
Suami dan anak - anak sudah pulang dari mesjid. Ira meletakan kopi kesukaan suaminya dan susu untuk anak - anak. Sembari menunggu masakannya kelar, Ira menyiapkan perbekalan untuk anak - anak dan meletakan pada tas masing - masing.
Sedari SD, Ira memang sudah membiasakan kedua putranya untuk selalu membawa bekal dari rumah. Tapi bukan berarti Ira pelit tidak memberi mereka uang jajan. Uang jajan itu wajib, karna dari sana anak - anaknya bisa menabung untuk membeli batang yang mereka inginkan tanpa harus meminta pada kedua orang tuanya.
Sebelum berangkat Dafa dan Dhani sarapan begitu juga dengan suaminya. Selesai sarapan suaminya terlebih dahulu mengantarkan Dhani kesekolah baru menyalakan aplikasi ojol. Sedangkan Dafa berangkat menggunakan motor sendiri. Ira nebeng pada putranya sampai pasar karna arah sekolah Dafa memang melewati pasar.
Sederhana tapi penuh kehangatan. Tidak semua keluarga bisa seperti keluarga Ira. Setiap hari bisa berkumpul dan berbagi cerita sambil bercengkerama.
...****************...
Assalamualaikum kk, terimakasih sudah mampir.dan terimaksih juga atas supportnya. Jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen serta votenya yang banyak biar thor semakin semangat menulis bab selanjutnya 😘😘🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments