SELIDIK

...Saras...

Hyung melirik ke arah Saras. Terdiam sejenak lalu tersenyum. "Saras, kau ingin tahu tentangku?" Hyung balik bertanya kepada Saras.

Saras mengangguk. "Sejujurnya iya. Karena Elen mendapatkan pacar yang di luar ekspektasinya dari situs itu," katanya.

Elen? Jadi wanita yang memukulku itu bernama Elen?

"Lalu kau ingin pria yang bagaimana? Aku akan memenuhinya. Lagipula ini pertama kalinya aku menjual diri di situs itu." Hyung mengatakan.

"Apa kau sedang mengalami kesulitan keuangan?" Saras ingin tahu.

Hyung merapatkan bibirnya, berpikir sejenak atas pertanyaan Saras. "Em ... tidak juga. Mungkin hanya sekedar coba-coba," jawab Hyung sedikit ragu.

Saras terlihat terdiam mendengar jawaban Hyung. "Vi." Ia kemudian menyebut nama Hyung lagi.

"Ya?" Hyung pun menjawabnya.

"Kau pernah berciuman?" tanya Saras lagi.

Saat itu juga Hyung terdiam dan menghentikan pewarnaan desainnya. "Kau ingin kita berciuman?" tanya Hyung dengan raut wajah harap-harap cemas.

Saras melipat kedua tangan di dada. "Di perjanjian mengatakan pihak pembeli bisa meminta pria sewaannya untuk melakukan apa saja. Apa kau keberatan jika aku memintanya?" tanya Saras, memancing Hyung.

Saat itu juga Hyung menelan ludahnya. "Kau yakin? Kita baru saja kenal?" Keringat dingin itu mulai bermunculan di dahinya.

Saras seperti ingin menggoda Hyung. Ia semakin menjadi-jadi dengan mendekatkan dirinya ke Hyung. Kedua lengan mereka pun bersentuhan yang mana membuat debaran jantung Hyung tak karuan. Hyung tak mengerti mengapa bisa seperti ini. Ia pun melihat wajah Saras yang dekat sekali dengan wajahnya.

Wanita ini agresif. Apakah dia benar-benar menginginkannya?

Hyung diliputi rasa penasaran akan Saras. Ia baru kali ini melihat wanita seagresif Saras. Dan entah mengapa Hyung merasa risih dengan keadaannya sendiri. Ia adalah pria normal yang menyukai wanita. Hyung khawatir lupa akan tujuan awalnya. Sementara Saras seperti tidak memedulikan dirinya yang sudah gemetaran karena didekati.

"Kau harus siap jika suatu saat aku meminta hal itu kepadamu."

Saras mengatakannya lagi. Saat itu juga Hyung seperti tidak bisa bergerak sama sekali. Perkataan itu seolah tidak memberi jalan baginya untuk lari dari godaan Saras. Hyung pun menelan ludahnya berulang kali.

"Aku harap kau tidak akan menyesal." Hyung akhirnya berkata seperti itu.

Saras mengembuskan napas lalu berdiri di hadapan Hyung. "Kita lihat saja nanti."

Ia seakan menerima tantangan dari Hyung. Sedang Hyung entah mengapa mulai kurang fokus. Suara lembut Saras dan penekanan intonasi yang menggoda itu membuat degup jantungnya melaju kencang. Ia pun mencoba mengalihkan apa yang ada di pikirannya.

Ini tidak baik. Bisa-bisa aku lepas kendali.

Beberapa hari kemudian...

Malam telah datang. Hyung pun baru selesai mencuci pakaian. Ia melihat sendiri bagaimana pakaian dalam milik Saras yang berenda. Ia pun tersenyum-senyum sendiri melihatnya. Ternyata selera Saras memang seperti wanita penggoda.

Dia itu ... menggemaskan.

Tak lama rintik-rintik hujan pun mulai turun. Semakin lama semakin besar. Hujan akhirnya mengguyur ibu kota. Hyung pun melihat jam di dinding rumah. Dan ternyata sudah pukul tujuh malam saja.

Dia pasti lembur di kantor. Aku harus menjemputnya.

Hyung pun lekas mengambil jaket dan juga payung untuk menjemput Saras. Ia tidak bisa membiarkan Saras kehujanan dan pulang sendirian. Hyung mulai menunjukkan perhatiannya yang murni kepada Saras.

Sesampainya di depan kantor...

Angin semakin lama semakin kencang. Hyung pun baru saja sampai di depan kantor Saras. Atau lebih tepatnya di depan kantor ayahnya sendiri. Ia segera mengenakan masker yang ada di jaketnya lalu menelepon Saras.

"Halo?" Tak lama teleponnya pun diangkat oleh Saras.

"Aku sudah di bawah. Aku menjemputmu pulang," katanya kepada Saras.

"Hah?! Kau di pos satpam?!" Saras pun tak percaya Hyung menjemputnya.

"Tidak. Aku tidak berani masuk ke kantormu. Aku menunggu di bawah pohon yang ada di dekat gerbang. Cepatlah. Aku sudah bawakan payung untukmu," kata Hyung lagi.

"Baik. Tunggu aku." Saras pun meminta Hyung menunggu.

Hyung kemudian menunggu. Ia berkata kepada dirinya sendiri.

Aku harus memainkan penyamaran ini dengan baik. Jangan sampai terbongkar sebelum waktunya.

Ia pun menunggu Saras di bawah pohon yang ada di dekat gerbang kantor. Dinginnya malam seolah tidak menggoyahkannya. Hujan pun seakan tidak ada apa-apanya.

Pukul setengah sembilan malam...

Itu dia! Hyung melihat Saras keluar dari kantornya. "Saras!" Ia pun memanggil Saras. Terlihat Saras yang tersenyum senang melihat kehadirannya. "Kau kebasahan. Kita ke halte bis sekarang."

Hyung pun menarik tangan Saras lalu memayunginya. Tanpa peduli bagaimana perasaan Saras terhadap sikapnya.

"Kau ingin pakai jaket buluku?" tanya Hyung kepada wanita di sampingnya.

Saras tersenyum. "Terima kasih. Blezerku masih cukup menghangatkan," jawab Saras tampak malu-malu.

Hyung mengangguk. "Aku sudah masak. Aku juga sudah mencuci semua pakaianmu." Hyung berkata lagi.

"Benar, kah? Kau rajin sekali." Saras tak menyangka.

"Aku memenuhi apa yang kau inginkan. Bukankah itu cukup memuaskan?" tanya Hyung lagi.

Sejenak Saras terdiam mendengar pertanyaan Hyung. Hyung pun memerhatikan Saras yang berjalan di sisinya.

Apakah kau calon istri masa depanku?

Ia tersenyum melihat wanita itu. Perasaan di hatinya mulai tumbuh. Tapi Hyung juga sadar tidak boleh terburu-buru. Ia masih ingin meneruskan penyamarannya.

Sesampainya di rumah kontrakan...

Hyung segera menggantung payung yang digunakannya untuk menjemput Saras. Ia biarkan payung itu terbuka agar cepat kering. Ia juga memasakkan air untuk Saras mandi. Ia begitu telaten menjadi pacar sewaan. Bak sudah menjadi suami sendiri. Tak lama air yang dimasaknya pun sudah jadi.

"Saras, air panasnya sudah jadi. Mandilah agar tubuhmu lebih segar," kata Hyung kepada Saras.

Saras beranjak bangun dari duduknya. Ia berjalan mendekati Hyung yang ada di dapur. "Aku maunya dimandiin," kata Saras, menggoda Hyung.

Sontak Hyung menelan ludahnya. Ia ragu-ragu menatap Saras. "Em, nanti. Sekarang mandi sendiri dulu." Ia akhirnya hanya bisa menjawab seperti itu.

"Kapan?" tanya Saras semakin menjadi.

Dia ini. Seringkali menggodaku. Apa dia tidak tahu jika aku pria normal?

Hyung menggerutu sendiri. "Em ... saat kau tidak akan pernah menyesalinya." Hyung pun menjawabnya.

"Maksudmu?" Saras bertanya kembali tanpa ragu. Seolah menantang Hyung.

Hah ... wanita ini memang harus diberi hukuman! "Saat kau siap punya anak." Hyung akhirnya terus terang.

Sontak Saras menahan tawanya. Ia merasa Hyung itu lucu. "Hm, baiklah. Aku akan mempersiapkan diri untuk itu. Tapi ... aku ingin kau juga bekerja untuk menafkahi anak itu. Jangan cuma aku." Dan akhirnya obrolan terus berlanjut.

Hyung mengembuskan napas sambil menggelengkan kepalanya. "Saras, mandilah. Jangan bicara lagi. Aku ini lelaki." Hyung pun mulai kesal karena Saras terus menggodanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!