...⚠️ CERITA INI MURNI IMAJINASI SEMATA, JIKA ADA KESAMAAN NAMA, TOKOH, TEMPAT, WATAK DAN KASALAHAN EYD, KBBI, KATA BAKU MAKA MURNI KESALAHAN SAYA....
...(^3^♪TANDAI TYPO, DAN INGATKAN DENGAN LEMBUT, JANGAN MENCERCA, JADI PEMBACA YANG BERADAB🤗...
...HAPPY READING!...
Ruangan bernuansa putih menyapa penglihatan, aroma obat seakan menghantam indra penciumannya. Renata mendapati tangannya yang dipakaikan selang, beberapa detik kemudian ia menyadari bahwa benda tersebut adalah selang infus. Pintu dibuka, ia menoleh, mendapati sesosok pemuda ber-pupil sebiru lautan tengah memandanginya dengan secarik wajah kekhawatiran.
"Maleo?" Cicit Renata, Maleo masih enggan menjawab, ia memilih untuk bungkam. Tangan besar itu membuka bungkusan makanan, lantas memakannya menggunakan sendok. Renata hanya dapat menelan saliva nya, sebelum tergeletak lesu di rumah sakit ia belum sempat menyerap sari-sari makanan.
Ia memandangi Maleo dengan penuh harap, meminta belas kasih pemuda jangkung --Yang ia yakini-- membawanya kemari.
Maleo yang memilih untuk mengabaikan tatapan bagai anak anjing Renata, ia masih bergelut dengan seporsi nasi padang yang menggiurkan. Maleo menutup acara makan dengan menegak air mineral, ia nampak kesetanan saat makan, meskipun terlihat lebih elegan dibanding Renata setelah ia dilanda paceklik.
Maleo menutup botol yang telah kosong. "Mau makan lo?" Tanyanya yang lebih mirip seperti tawaran.
Renata mengangguk.
"Gue kira lo udah ga doyan makan sampe pingsan gitu." Maleo berujar dengan tenang meskipun nada sarkasme terimplisit di dalam kalimatnya.
Renata menunduk, ia mengepalkan tangannya erat-erat.
Maleo yang menyadari hanya menghela.
"Gausah gitu, gue cuma gasuka lo telat makan dan berakhir di rumah sakit gini," Nasihatnya, berhasil mengalahkan gengsi yang juga tinggi.
Maleo mengeluarkan sterofom.
"Gue beliin buat lo."
Maleo membuka plastik yang berisi sendok, lantas menyodorkan sendok yang berisi bubur ayam seperti tengah menyuapi anak kecil.
Maleo menggerakkan mulutnya membentuk "A" sebab ingin Renata membuka mulutnya.
"Engga, saya bisa sendiri-"
"Gue suapin, atau ga usah sama sekali." Tegasnya dengan nada memerintah yang kental. Maleo menaikkan alisnya seakan memberi titah agar Renata menuruti kemauannya.
Renata mau tak mau menerimanya, lagipula ia juga berada di saat yang genting, ia mengunyah makanan pelan-pelan berusaha agar tidak mengecap karena tahu itu tidak baik.
"Good girl," celetuk Maleo, membuat alis Renata berkerut.
"Maksud gue--" Maleo nampak salah tingkah, rona kemerahan menjalar tipis diantara kulit putih pucat pemuda tersebut.
"Makasih," sambar Renata cepat berusaha mengenyahkan kecanggungan, hal yang sontak mengundang secarik senyum di wajah aristokrat khas Maleo.
"Iya." Balasnya, meskipun mempunyai 1001 kata yang bisa diucapkan di situasi janggal semacam ini.
Keduanya hanyut dalam lamunan tatkala Maleo fokus memilah daging kemudian menyuapkannya pada Renata. Sementara Renata juga tengah berkonsentrasi untuk makan dengan tenang, mengingat ini kali pertamanya disuapi seseorang, ia tak ingin orang itu menjadi jauh hanya karena cara makannya yang mengecap atau banyak hal lainnya.
Beberapa menit setelahnya, makanan dalam sterofom habis tak bersisa, Maleo menyeringai bangga. Pemuda itu kemudian meminta izin untuk membuang bungkus makanan ke luar, juga sekalian membelikan Renata minum. Salahkan James yang hanya memberikan sebotol air mineral untuk dua menu yang ia pesan.
Selepas kepergian Maleo. Renata kembali mengobservasi lingkungan barunya. Maklum, Renata sedari tadi fokus pada tata cara makan yang tertib agar tak lagi mendapat celaan. Trauma masa lampau benar-benar membayanginya layaknya zat adiktif dalam narkoba; Meskipun ia belum pernah mencobanya.
Ia sedikit terperangah tatkala mendapati dirinya sendirian di ruangan berpendingin tersebut.
Bukankah seharusnya ia berada di bangsal dengan tirai yang menjadi sekat? Sakit apa sebenarnya ia hingga berada di ruangan khusus seperti ini?
Entahlah, yang jelas ia dapat mengidentifikasi dua nakas disamping kasur yang empuk.
Di pojok ruangan sebelah kanan terdapat kulkas berukuran sedang, di kiri terdapat semacam mini garden (Baca: Hanya beberapa bunga imitasi), dan puncak atensi ialah televisi digital yang bahkan lebih mahal dibanding harga sewa apartemen Renata setahun. Dengan diameter yang lebih besar dibandingkan kamar yang menjadi persemayamannya kala lelah.
"Maleo-- anj**g!"
Pekikkan seseorang membuyarkan lamunan Renata, gadis itu berbalik, memandangi raut ketakutan dari seorang siswi yang memakai seragam sama seperti sekolahnya, tengah berdiri mematung di ambang pintu menenteng sebuah plastik, Renata yakin orang itu mengenal Maleo.
Tapi justru siswi itu nampak panik, terbukti dari keringat yang bercucuran melintasi wajah mungilnya yang berseri, jauh dari kata kusam selayaknya Renata.
"Kamu siapa?" Tanya Renata dengan raut penasaran yang begitu ketara.
Gadis itu tersenyum paksa.
"Ha? Gue? Oh....Gue ... Gue Gorek! Iya, gue Gorek, eum.. atas nama Malemo? Oiya! Malemo ya, bukan Maleo?" Ujarnya tergagap.
Gadis itu menaikkan kedua ujung bibir tipisnya, memberikan cengiran kuda khas seseorang yang sedang gugup.
"Salah dong, gue balik ya, dahh Renata!"
Gadis itu berbalik, ia berniat meninggalkan ruangan yang hanya berisikan Renata seorang. Namun bukannya keluar dengan mulus, dirinya justru terhantuk oleh dada bidang seseorang membuatnya berdecak sebal.
Lelaki itu ternyata ialah Maleo yang menenteng dua keresek berisikan air mineral untuk Renata dan entah siapa lagi.
Maleo, pemuda itu terlihat terkejut, terbukti dari pupil tenangnya yang membola beriringan dengan alis tebal yang terangkat.
"Mi--- Ashel?!'' Maleo sedikit menjerit, tapi berusaha tetap tenang.
Ashel, gadis itu hanya menunjukkan senyum canggung kala dirinya terjebak diantara sepasang insan yang terkenal dengan julukannya tersendiri.
"Hehe...Gue ganggu ya?" Cicitnya, manik legam Ashel bergulir kesana kemari, suara ketukan terdengar berasal dari sol sepatunya yang ia hantuk-hantukkan. Jarinya ia mainkan, keringat sudah membasahi dirinya sedari tadi.
Oh.... Nampaknya Ashel tak hanya gugup.
Tapi....Apa yang sebenarnya terjadi terhadap Ashel? Begitulah isi batin Renata yang kini tengah menduga-duga sendiri peristiwa yang sedang berlaku persis dihadapannya.
Selalu, ketika situasi terasa aneh dan penuh teka-teki pikirannya akan melalang buana, mencari konspirasi yang memiliki paling banyak bukti.
"Apa Ashel dihamili Maleo makannya gugup?" Seutas pikiran ngawur melintas lagi.
Engga mungkin kan?
•••
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Neonaaaaa
lanjut terus thorr 🔥🔥🔥🔥
jangan lupa buat mampir yaaa makasihhh
2025-04-03
1
Serenarara
Heeii otak anda yah...mikirnya kejauhan...
2025-04-04
1
Alfaira
tiba2 bangett hamil 🙈
2025-04-04
0