"Apa? Ga boleh ya?" Tomy terus berjalan sedikit demi sedikit mendekati Chaca.
Chaca merasa jadi bingung saat Tomy berjalan menghampiri dirinya sedikit demi sedikit. Dia masih mempertahankan handuknya yang melilit di tubuh agar tidak terlepas. Chaca mengambil bantal yang ada di sampingnya lalu, melempar ke arah Tomy.
"Jangan macam-macam ya, aku teriak nih agar mereka tau kalo kamu telah melakukan pelecehan!" sentak Chaca.
Tomy berhenti sejenak, dia tertawa saat Chaca berkata seperti itu. Tomy tidak memperdulikan perkataan Chaca, dia melanjutkan langkahnya untuk menghampiri wanita yang kini ada di depannya.
"Aku bilang stop! Aku teriak sekarang! Tolong ....." teriak Chaca.
"Teriak lah yang kencang! Dengar ya, ini ruangan kedap suara. Tidak akan ada satu orang pun yang bisa mendengar teriakanmu!" Tomy tertawa sinis.
Chaca menelan saliva nya dengan susah. Dia merasa percuma untuk berteriak. Tomy kini sudah berada di depannya. Pria itu meraih dagunya, lalu mendekatkan wajahnya sehingga hampir dekat dengan bibir milik gadis itu.
"Kamu pikir, aku akan tertarik dengan mu? Enggak!" Tomy langsung melepaskan dagu Chaca dengan kasar, sehingga terjatuh ke atas kasur.
"Jangan pernah berpikir aku menikahi mu nanti karena tertarik, tapi aku menikahimu karena ...." Tomy tidak melanjutkan perkataannya. Pria itu langsung mengambil dompet yang berada di kasur itu.
Chaca meneteskan air matanya saat menatap Tomy yang kini sudah pergi dari kamar. Chaca merasa heran, kenapa pria itu mau menikahinya kalau memang tidak tertarik? Lagian, dirinya pun tidak sudi menikah dengan Tomy.
"Kenapa takdirku seperti ini, Tuhan? Tega sekali Ibu menjualku dan Ayahku udah ga memperdulikan ku lagi batin Chaca."
Chaca mengusap air matanya, dia bangkit dari kasur. Lalu, memakai kan bajunya yang dia terima dari sang pelayan tadi. Chaca menatap cermin yang berada di situ, dia menyemangati dirinya agar tidak terpuruk. Chaca yakin, pasti ada jalan keluar dari semua ini.
# Keesokan Harinya.
Hari ini, Chaca sudah resmi menjadi istri dari Tomy Prakasa. Pria yang sangat di takuti serta, di segani di kota tersebut. Bagaimana tidak, pria itu sangat arogan, pendingin serta tidak suka basa basi.
"Hari ini, kamu sudah resmi jadi istriku. Bukan berarti kamu bebas melakukan apa yang di inginkan. Ngerti 'kan?" tanya Tomy dengan berbisik ke telinga Chaca.
"Iya." Chaca menganggukkan kepalanya.
Pernikahan mereka hanya di gelar secara tertutup. Hanya para pengawal, asisten serta, orangtuanya yang menghadiri pernikahannya.
Sebenarnya, Tomy terpaksa menikahi Chaca karena desakan orangtuanya. Apalagi, Ibunda Tomy kini sedang mengidap penyakit kanker stadium akhir dan Ibu Lili ingin melihat pernikahan putranya sebelum dirinya meninggal.
"Istrimu sangat cantik, Nak. Jagalah dia, jangan kau sakiti dia, Nak," ucap Ibu Lili menatap putranya.
Tomy menatap Chaca, dia menatap istrinya itu hanya biasa saja tidak cantik. Tomy pun berjalan menghampiri sang Ibu yang kini sedang duduk di kursi roda. Dia berlutut untuk mensejajarkan posisinya dengan sang Ibu lalu, memegang tangannya.
"Semoga aja aku bisa menjaga dia, Bu," ucap Tomy tersenyum.
"Kenapa kamu bilang gitu? Itu harus! Jika kamu menyakiti dia, maka kamu sudah menyakiti Ibu juga," ucap Ibu Lili.
"Kenapa berkata seperti itu? Baiklah kalo gitu," ucap Tomy tidak bisa membantah.
Ibu Lili pun memanggil Chaca agar menghampiri dirinya. Chaca tanpa basa-basi langsung berjalan menghampiri sang mertua. Dia tersenyum saat berada di depan Ibu Lili.
"Kamu sangatlah cantik, Nak. Ibu sangat yakin, kamu anak baik, berbakti dan sangat tepat untuk pendamping anakku," ujar Ibu Lili sambil mengusap rambut Chaca.
"Ah, Ibu bisa aja. Jangan terlalu memuji, Bu. Aku hanya manusia yang pasti tidak pernah luput dari salah," ucap Chaca tersenyum.
"Tapi Ibu sangat yakin, kamu bukan wanita sembarangan seperti wanita lainnya," ujar Ibu Lili.
"Iss ... jangan pernah membanding-bandingkan dengan wanita lain. Lagian, dia tidak cantik dan pasti ...."
Perkataan Tomy terhenti saat sang Ibu memelototinya. Ibu Lili merasa geram dengan anaknya itu. Wanita paruh baya itu berharap suatu saat nanti, cinta mereka akan tumbuh dengan seiringnya waktu.
"Udahlah, aku sangat gerah. Aku mau mandi dulu," ujar Tomy segera pergi berlalu dari hadapan mereka.
Ibu Lili menggelengkan kepalanya saat melihat Tomy yang tidak pernah berubah dengan sikapnya. Lalu, Ibu Lili tersenyum saat Chaca menawarkan minuman teh hangat untuk dirinya.
"Aku akan bawakan teh hangat untuk Ibu. Tunggu dulu ya, Bu ...."
Chaca segera pergi menggambil teh hangat yang ada di meja. Wanita paruh baya itu semakin yakin, kalau Chaca pasti akan jadi jodoh putra itu untuk selamanya.
"Ini air teh nya, Bu." Chaca memberikannya kepada Ibu mertua.
"Makasih, Nak. Kamu emang anak baik." Ibu Lili tersenyum.
"Sama-sama, Bu. Oya, kalo boleh tau Ayahnya Tomy kemana, Bu?" tanya Chaca dengan hati-hati.
Setelah meminum segelas teh air hangat pemberian Chaca, Ibu Lili langsung memberikan gelasnya kepada sang pelayan. Dia termenung mengingat suaminya itu.
"Maaf, bila pertanyaanku sudah menyakiti Ibu," ucap Chaca merasa tidak enak hati.
"Ga, kamu tidak menyakiti Ibu, kok. Sebenarnya ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Siti Zaid
Semoga ibu Lili..menjadi mertua yang baik utk chaca...terus semangat ya author💪💪💪
2025-04-09
0