Bab.3.Pasrah

"Apa, hah!" tantang Ibu Maya.

"Sudahlah, mending kamu pergi! Lihatlah, Ayahmu sudah ga memperdulikan kamu lagi!" lanjutnya.

Chaca pun terdiam, memang benar apa yang di katakan oleh Ibu Maya kalau sang Ayah kini sudah berbeda serta, tidak peduli terhadap dirinya. Chaca pun merasa kecewa akan sikap Ayah Vito.

"Udahlah, cepat bawa dia!" perintah Ibu Maya.

"Baik, Nyonya!" ucap para pengawal Tuan Tomy.

Chaca menggelengkan kepala, dia tidak mau harus kembali kepada pria kejam itu. Akan tetapi, sang pengawal menarik tubuh serta, tangan Chaca agar segera pergi dari rumah itu. Chaca pun terpaksa mengikuti ajakan pengawal itu.

"Lihatlah, aku akan membalas semua perbuatanmu, Bu! Batin Chaca."

Wanita cantik itu pun tidak punya harapan untuk pergi menghindar kembali menuju pria kejam itu. Di setiap perjalanan dia menangisi nasib dirinya yang begitu malang. Dia merasa begitu kangen dengan mendiang sang Ibu yang dulu selalu menyayanginya, selalu menemani dia ketika sakit dan selalu melakukan yang membuat Chaca begitu bahagia dengan kejutan yang sering di lakukannya.

"Kenapa takdirku jadi begini, Bu. Aku harus menikah dengan pria kejam. Apalagi, aku ga kenal sekali dia dan Ibu Maya tega sekali menjual aku demi memiliki uang batin Chaca."

Chaca mengusap air mata yang membasahi pipinya. Entah, dia merasa tidak punya tujuan hidupnya. Dia merasa hancur berkeping-keping saat statusnya menjadi seorang istri.

"Ayo, keluarlah dari mobil!" ucap sang pengawal.

Chaca langsung menatap sang pengawal dengan tatapan pasrah. Dia tidak bisa melakukan apa-apa karena Chaca kini sudah berada di lingkungan yang tidak mungkin di hindari. Wanita cantik itu pun segera keluar dari mobil tersebut. Lalu, mereka berjalan menuju tuannya yang kini sedang menunggu.

Chaca hanya bisa menghembuskan napasnya dengan kasar. Dia pun diminta agar masuk ke dalam ruangan yang dimana disana ada Tomy yang kini sedang menunggu. Chaca segera masuk ke dalam ruangan dengan hati penuh kebencian.

"Ayo, masuklah sini ...." ucap Tomy dengan melambaikan tangannya agar Chaca mendekat.

Sedikit demi sedikit Chaca berjalan menghampiri pria itu. Rasa tegang, takut, serta tidak karuan untuk bertemu dengan Tomy. Ingin dia rasanya kabur dari rumah itu, akan tetapi sangat mustahil karena dirinya kini sudah berada di lingkaran rumah api neraka yang tidak mungkin bisa melarikan diri.

Tomy segera berdiri dari kursi, saat wanita cantik itu sudah berada di samping dirinya. Pria itu mendekat lalu, mencium wajah Chaca.

"Jangan mendekat!" Chaca mendorong dada kekar Tomy dengan kuat, sehingga pria itu terjatuh ke bawah.

"Apa-apaan kamu mendorongku, hah!" Tomy marah besar.

Chaca menutup mulutnya yang terbuka karena merasa terkejut telah membuat pria itu marah karena terjatuh oleh ulah dirinya. Chaca merasa tidak enak hati, karena merasakan hawa yang membuat dirinya tidak akan bisa hidup.

Tomy berdiri, lalu dia meraih dagu Chaca dengan kasar, "Ingat ya, sekarang kamu udah jadi milikku! Jadi, jangan pernah kamu membantah! Ngerti?" Pria itu melepaskan dagunya dengan kasar, membuat Chaca meringis kesakitan.

"I-iya, aku ngerti," ujar Chaca dengan terbata.

Tomy menatap kaki sampai ujung rambut Chaca, dia merasa risih melihatnya. "Mandilah, tubuhmu sangat bau sekali!"

Chaca langsung mencium tubuhnya untuk merasakan aroma tak sedap di tubuhnya. Perasaan, dia tidak bau. Akan tetapi kenapa pria itu bilang tubuhku bau. Chaca menatap kesal Tomy.

"Kenapa diam aja? Ayo, cepat mandi!" sentak Tomy.

"I-iya." Chaca langsung berjalan menuju kamar mandi.

Saat berjalan, Chaca tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia berputar balik lalu, menatap pria yang kini sedang duduk di kursi sambil menikmati sebatang rokok. Chaca mengigit bibir bawahnya merasa bingung untuk berbicara kepada pria itu.

"Kenapa diam aja?" tanya Tomy tanpa menatap Chaca, dia masih menikmati dengan sebatang rokoknya.

Chaca membulatkan matanya merasa sangat terkejut. Padahal, dia tidak bicara serta Tomy tidak melihatnya. Akan tetapi, pria itu sudah tau kalau dirinya terdiam disana.

"Jangan berpikir bodoh karena ga tau. Ada apa!" sentak Tomy.

"Emm ... anu ..." Chaca merasa gugup untuk mengatakannya.

"Hey, berbicaralah dengan benar! Kamu mau apa?" Tomy langsung menatap kesal Chaca.

"Aku ... aku bingung mau mandi, tapi ga punya handuk serta bajunya. Nanti, aku mau pakai apa?" ucap Chaca menundukkan kepalanya.

Tomy langsung menghentikan rokoknya. Dia bertepuk tangan tiga kali, lalu datanglah para pelayan dengan membawakan handuk, baju persis kayak drama ala korea. Chaca mengerutkan keningnya saat melihat sang pelayan menghampirinya dan memberikan barang tersebut.

"Ambilah, pakai yang di kasih pelayan itu!" Tomy segera pergi berlalu dari ruangan tersebut.

"Ini Nona, ambilah handuk serta, pakaiannya," ucap sang pelayan tersebut.

"Baiklah, makasih banyak." Chaca tersenyum kepada pelayan tersebut.

"Kalau begitu sama permisi, Nona," ucap sang pelayan segera pergi dari ruangan tersebut.

Chaca hanya menganggukkan kepalanya. Dia pun segera berjalan menuju kamar mandi. Akan tetapi, Chaca merasa bingung letak kamar mandinya. Bagaimana tidak, rumahnya yang megah serta, barang-barang mewah tersimpan dia area sudut tersebut.

"Permisi Nona, ayo, ikut kami untuk pergi ke kamar mandi," ujar sang pelayan menghampiri Chaca.

Chaca bernapas dengan lega karena merasa senang ada seorang pelayan menghampirinya. Wanita cantik itu pun berjalan mengikuti sang pelayan itu. Saat sudah berada di kamar mandi, Chaca merasa terkejut karena ruangan kamar mandi yang begitu mewah persis seperti di hotel.

Sang pelayan pun permisi kepada Chaca saat sudah sampai di kamar mandi. Chaca pun berterima kasih kepada Bu Ina sudah mengantarkan dirinya ke ruangan kamar mandi. Wanita cantik itu, hanya menggelengkan kepala ketika melihat bathroom serta, sabun-sabun bermerk tersimpan disana.

"Benar-benar mewah, ini hotel atau apa sih?" Chaca berbicara pada dirinya sendiri.

Chaca pun langsung membuka satu persatu bajunya, dia ingin menikmati mandi ala kayak di hotel. Chaca langsung menuangkan sabun dengan aroma rose ke bathroom dan kemudian dia merendam kan tubuhnya itu ke bathroom tersebut. Aromanya membuat pikiran Chaca begitu reflek. Dia memejamkan matanya sambil menikmati aroma bunga rose.

#30 menit sudah Chaca berada di bathroom, dia segera membersihkan diri. Setelah selesai semuanya Chacha pun langsung keluar lalu, ke kamar untuk memakai baju. Tiba-tiba, seorang pria masuk ke dalam kamar tersebut. Dia membulatkan matanya saat melihat wanita cantik kini hanya berbalut tubuhnya dengan handuk. Chaca begitu terkejut sama Tomy masuk ke dalam kamar begitu saja.

"Hey, apa yang kamu lakukan disini!" sentak Chaca sambil memegang handuknya.

"Emangnya kenapa? Tubuhmu mulus juga ya, putih lagi. Aku ingin ...." Tomy sambil menatap dari atas sampai bawah tubuh Chaca.

"Kamu ...."

Terpopuler

Comments

Siti Zaid

Siti Zaid

Lanjut author..semangat ya💪💪💪

2025-04-07

0

Siti Zaid

Siti Zaid

Semoga ayah vito menyesali akan sikap ketidak adilan nya pada anak kandung nya sendiri...

2025-04-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!