"Iya, aku tau karena Ibu gila harta!" sentak Chaca menatap tajam Ibu Maya.
Wanita paruh baya itu pun tertawa terbahak-bahak saat putrinya berkata seperti itu. Dia langsung meraih dagu wanita cantik itu dengan lembut.
"Memang anak pintar! Ini lah yang harus kamu korbankan demi Ibu yang telah mengurusmu,"ujar Ibu Maya sambil menghempaskan dagu Chaca dengan kasar.
"Apa salah aku kepadamu, Ibu? Aku kerja mati-matian demi keluarga serta Tiwi. Akan tetapi, kenapa uang yang ku kasih masih kurang, Bu?" tanya Chaca meneteskan air matanya.
Ibu Maya hanya membulatkan matanya dengan malas. Iya, memang dia kerja jadi tulang punggung keluarnya. Akan tetapi, uang tersebut sangatlah tidak mencukupi kebutuhannya.
"Kamu tuh, harusnya sadar diri! Kamu kasih uang cuma berapa? tiga juta, mana cukup! Harus beli ini, itu, kamu pikir bisa terpenuhi, hah!" Ibu Maya mendorong Chaca sehingga terjatuh ke lantai.
Chaca merasa geram dengan perlakuan Ibunya. Dia kini sangat membenci wanita paruh baya itu. Chaca kemudian, langsung berdiri.
"Dasar, punya Ibu ga bersyukur ya! Segitu juga banyak, Bu! Ibu aja hidupnya terlalu gengsi serta, suka berfoya-foya!" sentak Chaca menatap tajam Ibu Maya.
"Kamu benar-benar kurang ajar ya, Chaca!"
Ibu Maya ingin menampar Chaca, akan tetapi wanita cantik itu langsung menahan tangannya. Cukup sudah, dia selama ini dapat perlakuan tidak baik dari Ibunya itu. Chaca langsung menghempaskan tangan Ibu Maya dengan keras.
"Dasar, kurang ajar, anak durhaka!" Ibu Maya merasa geram dengan apa yang di lakukan oleh Chaca.
"Lihatlah, anakmu itu sangat durhaka! Anak macam apaan dia!" sentak Ibu Maya menatap tajam Chaca. Lalu, melirik suaminya itu.
Ayah Vito pun berdehem keras kemudian dia berjalan menghampiri Chaca. Dia benar-benar sangat kecewa dengan sikap putrinya itu. Karena merasa geram, Ayah Vito langsung mengangkat satu tangannya lalu, menampar pipi Chaca dengan keras.
# Plakkk.
"Aww ...."
Chaca meringis kesakitan saat sang Ayah melakukan tamparan yang keras membuat pipinya begitu panas serta, meninggalkan bekas merah di pipi cantik wanita itu.
"Kenapa menamparku, Ayah! Aku ini putrimu, tega sekali membuat pipiku sakit!" Chaca menaikan nadanya dengan Tinggi. Wanita cantik itu benar-benar sangat kecewa pria paruh baya itu yang sangat dia sayangi.
"Kamu harusnya tau, apa yang membuat Ayahmu marah Chaca!" sentak Ayah Vito.
Chaca tersenyum sinis saat sang ayah berkata seperti itu. Padahal, dirinya tidak menghinanya. Dia langsung menatap wanita paruh yang kini sangat terlihat gembira melihat kejadian ini.
"Apa karena wanita ini Ayah menamparku? Benar-benar Ayah udah berubah sekarang! Ayah harusnya tau diri kalo Ibu ini sangat jahat," ucap Chaca dengan merasa sangat kecewa.
"Chaca!" Ayah Vito merasa sangat marah dengan perkataan putrinya. Dia mencoba untuk menampar kembali Chaca, akan tetapi di langsung meredamkan niatnya.
"Kenapa ga jadi menamparku, Ayah? Tamparlah, tampar!" sentak Chaca.
Rasa sangat kecewa kepada pria paruh baya itu membuat hatinya kini benar-benar sangat sakit hati. Ya, Ayah Vito hanya mengetahui kebaikannya Ibu Maya tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
"Dasar, anak durhaka! Sejak kapan kamu jadi begini? Ayah benar-benar kecewa sama kamu!" Ayah Vito menatap tajam Chaca.
"Andai Ibu ga menjualku kepada pria gila itu, aku ga akan seperti ini Ayah. Apakah Ayah ga kasihan nasib putrimu berada di tangan pria gila itu?" tanya Chaca.
Wanita cantik itu meneteskan air matanya membasahi wajah cantiknya. Dia berharap sang Ayah peka terhadap Ibu Maya yang suka seenaknya. Chaca juga berharap Ayah Vito bisa membantu untuk membatalkan pernikahannya nanti dengan pria gila itu.
"Kenapa diam aja, Ayah?" tanya Chaca lagi, saat sang Ayah hanya diam saja tanpa menjawab pertanyaannya.
"Heh, apakah kamu kurang jelas tadi Ibu mengatakannya? Ibu menjualmu karena butuh duit untuk keperluan ini, itu dan lainnya," timpal Ibu Maya.
"Aku berkata sama Ayahku bukan sama Ibu! Jadi ...." Perkataan Chaca harus terpotong karena Ayah Vito langsung berbicara.
"Maaf, mungkin ini yang terbaik buat kamu, Nak. Biar masa depanmu bisa terpantau dengan orang kaya itu," ucap Ayah Vito. Air mata Chaca menetes begitu saja, sakit, begitu sangat sakit jika putri kesayangannya kini rela di ambil oleh orang yang begitu kejam. Dia tidak habis pikir dengan Ayahnya yang dulu sangat penyayang kini berubah menjadi kasar serta, tidak mau memperdulikan dirinya lagi.
"Ayah, kenapa sekarang berubah? Dulu begitu mengerti perasaanku, melindungiku bahkan, ada yang menyakitiku selalu Ayah bela, tapi kenapa sekarang beda," ucap Chaca dengan perasaan kecewa.
"Kamu bicara apaan sih, Cha. Dengar ya, kamu tuh harus dewasa jangan mengandalkan Ayahmu, jadi harus merasakan gimana pahitnya dunia," timpal Ibu Maya.
Chaca langsung menatap geram Ibu Maya. Dia tahu kalau Ayahnya sudah terpengaruhi oleh Ibunya itu. Andai saja, dia tahu dulu Ibu Maya begitu kasar orangnya, mana mau dia menerima sebagai Ibu tirinya.
"Ini semua gara-gara kamu, Ibu! Aku benci, aku benci!" sentak Chaca menatap tajam Ibu Maya.
"Diam kamu!" Ibu Maya menjambak rambut Chaca.
"Aww, sakit, Bu," ringis Chaca.
"Asal kamu tahu ya, Ayahmu sudah jadi suamiku jadi dia harus nurut kepada istrinya!" Ibu Maya lalu, mendorong Chaca sehingga terjatuh ke lantai.
Chaca menggelengkan kepala merasa sangat kecewa kepada sang Ayah yang hanya diam saja tanpa membela dirinya. Mungkin, ini jalan terbaik untuknya untuk pergi dari mereka. Sang Ayah pun kini sudah tidak memperdulikan Chaca lagi.
"Maaf, waktunya sudah habis, sekarang anda harus pulang," ujar pengawal Tuan Tomy.
Chaca menggelengkan kepala lalu, menatap sang Ayah. Dia berharap sang Ayah mau membelanya serta, tidak membiarkan dirinya pergi jauh darinya. Namun, sayang harapannya hanya pupus, sang Ayah malah pergi begitu saja.
"Baiklah Ayah, jika ga mau anggap aku anak lagi, aku akan pergi! Jangan berharap kalo kita bisa ketemu lagi, Ayah!" Teriak Chaca menatap kecewa sang Ayah.
Deg. Ayah Vito terdiam sebentar saat sang putri berkata seperti itu. Akan tetapi, dia bingung harus melakukan apa. Kalau boleh jujur, mungkin ini memang terbaik untuk anaknya mendapatkan suami yang punya harta.
"Kelak, kau akan mengerti, Nak batin Ayah Vito."
Ayah Vito pun segera melanjutkan langkahnya. Dia harus bersikap masa bodoh, mungkin suatu saat nanti Chaca akan menemui jawabannya. Chaca pun yang melihat sang Ayah tidak memperdulikannya sungguh sangat sakit hati. Wanita itu merasa sangat lesu, dia hanya pasrah dirinya harus menikah dengan pria yang tidak di cintainya.
"Ayo, kita pulang Nyonya, Tuan pasti sedang menunggu disana," ujar Pak Heri.
"Ya udah sana bawa aja anak ini! Aku udah muak liat mukanya!" Ibu Maya sambil menyilangkan kedua kakinya.
"Kamu ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Siti Zaid
Dasar ibu tiri jahat banget..dan ayahnya tega ya pada darah daging nya sendiri..kejam amat jadi orang tua...
2025-04-04
1