Romeo mendekati Aruna yang cuek , Aruna masih setia menunggu Azuma untuk mengambil handuk untuknya.
" hai nama kamu siapa " kata Romeo duduk di sebelah Aruna, tapi Aruna yang tak nyaman mengeser duduknya Romeo menyadarinya ia tersenyum " apa kamu tak nyaman duduk di dekatku" Aruna berdehem Jack yang melihat sikap Aruna yang tidak ada hormatnya dengan anak majikannya akan menegurnya.
Tapi tangan Romeo seolah mengisyaratkan ia untuk pergi tatapannya juga menajam " pergi, apa!!!saya tidak boleh berteman juga dengan anak ini" ketus Romeo.
Jack ingin mengatakan ya tapi pastinya Romeo akan marah besar padanya dan akan melakukan hal yang membuatnya kerepotan dengan pasrah ia mundur dan kembali ke meja makan.
" dengar namaku Romeo, kamu tidak perlu takut denganku, apa..... kamu mau menjadi temanku " kata Romeo antusias, Aruna menatap Romeo dari atas sampai bawah " apa kamu tidak punya teman " tanya Aruna pertanyaan Aruna membuat Romeo tersenyum lebar sekian lama ia menanti akhirnya Aruna berbicara juga.
" aku tidak punya teman, apa kamu mau menjadi teman pertamaku" kata Romeo, Aruna diam cukup lama membuat senyum Romeo luntur tubuh yang tegak karena semangat sekarang mengendur ke bawah karena putus asa.
Azuma datang dengan handuk yang ia curi " ini Aruna pakai " kata Azuma memberikan handuk biru yang lembut, Aruna menoleh mengambil handuk yang di curi, Azuma yang lelah duduk di rumput meluruskan kakinya tanpa melihat keberadaan Romeo.
Romeo yang melihat handuk yang di bawa Azuma menatap inisial namanya di ujung handuk itu dan ini kali pertama juga ia melihat Azuma " makasih kak Azuma " kata Aruna romeo menoleh melihat wajah Azuma yang mengangguk tanpa melihat Aruna.
" ituu... handuk ku" kata Romeo, mata Azuma melotot melihat rumput itu lalu pelan pelan ia mendongak wajahnya memerah karena ketahuan mencuri handuk anak majikannya. Azuma menelan ludahnya sendiri " ekkhhhmm maaf tuan muda, saya tidak melihat anda tadi " Azuma berdiri membungkuk hormat dan tak lupa menekan kepala Aruna agar menunduk.
" tidak usah terlalu formal, jadi kamu bocah kecil yang selalu menjadi gosip pelayan di rumah ini" kata Romeo yang melihat penampilan Azuma.
Azuma mengangguk " dia siapanya kamu" kata Romeo melirik Aruna yang umurnya di bawah mereka " dia adik saya" kata Azuma lantang.
Aruna menatap kakaknya " kak, dia mengajakku berteman " tunjuk Aruna pada Romeo, Azuma membulatkan matanya dan memegang dan menurunkan tangan Aruna yang menunjuk Romeo " jangan sungkan, aku hanya ingin berteman apa kalian mau jadi temanku" kata Romeo.
Azuma melirik Aruna yang juga meliriknya " maaf tuan bukannya kami tidak ingin, tapi...... nyonya... dan tuan... " ucapan Azuma di potong oleh Romeo.
" rahasiakan saja, lagian takkan ada yang tahu kita berteman " kata Romeo melihat sekeliling tak ada satupun orang, Azuma dan Aruna mengikuti pandangan Romeo.
" jika tuan muda menginginkannya kami akan lakukan tapi dengan satu syarat " kata Azuma melirik Aruna dan kembali menatap Romeo " kami tidak ingin makan satu potong roti sehari " kata Azuma di angguki Aruna.
Romeo menatap keduanya bergantian " baiklah aku akan selalu membawa kan kalian makanan diam diam tapi dengan satu syarat juga " kata romeo, aruna dan azuma saling pandang dan menatap kembali Romeo " kalau hanya ada kita bertiga kalian tidak boleh menganggap aku tuan muda anggap aku teman kalian " lanjutnya.
Aruna dan Azuma tersenyum lebar dan kompak mengangguk. di meja makan malina tidak selera makan " dimana romeo tadi aku lihat dia di luar " kata malina, Jack menunduk " tuan muda Romeo tak ingin makan bersama anda nyonya " kata Jack jujur.
Malina menghela nafas sejak tadi ia sama sekali tak menyantap sarapan yang di hidangkan ia hanya memainkan sendok dan garpu di tangannya .
Ia berdiri dan pergi begitu saja " capek capek bangun pagi bikin sarapan ngak ada yang makan " gerutu Heni " hussst jangan ngomong sembarangan nanti kalau nyonya dengar bisa habis kamu tanpa jejak " bisik disa menyenggol lengan Heni yang mengelap meja dapur.
" lo bayangin dong sa... kita capek capek masak tapi ngak di makan, kalau di kasih ke kita ya alhamdulillah tapi ini... arrrggghhh lebih milih makanannya basi di banding di makan sama pelayan apa kita serendah itu di bandung hewan peliharaan mereka anjing sama babi yang punya rumah mewah masing masing di belakang mansion ini " keluh Heni
Jujur saja Heni merasa muak bekerja di sini tapi ia tak bisa apa apa karena keluarganya akan terkena imbasnya " sabar... sabar... ni udah nasib kita kayak gini mau di ubah juga kita cuman bisa ngandelin ke ajaiban yang mungkin datang dalam hidup kita " kata disa mengelus bahu Heni yang menitikkan air mata
" btw lena mana yaa... " disa mengedarkan pandangannya mencari sosok lena begitupun Heni " ngak tahu, tadi selsai masak dia di panggil sama pak jhon" ucap Heni menghapus jejak air matanya.
" pak jhon..?? " Heni mengangguk " kenapa" disa diam tanpa mengucapakan satu katapun disa ingin pergi mencari lena, tapi tangannya di tarik oleh Heni " kenapa...., jangan pergi tugas kita cuman di dapur wilayah kita cuman di dapur Sa.. " peringat Heni tak ingin disa mengalami hukuman yang mengerikan karena melanggar peraturan.
" tapi Heni... Heni... Lena... diaaa " raut wajah disa amat khawatir pada lena " lena kenapa saa dia cuman di panggil sama pak jhon kenapa sih " heran Heni melihat mata disa yang memerah bahkan tangannya mulai bergetar.
*******
Lena dia mengikuti pak jhon " pak kita mau kemana " kata lena sudah lama ia berjalan tapi tak sampai sampai juga ke tujuan membuat lena merasa ada yang aneh " ikut saja tuan harlen ingin bertemu " jawabnya membuat lena menghentikan langkahnya.
Ia mundur perlahan dan mulai berlari, jhon yang menyadarinya segera mengejar Lena " lena tunggu kamu mau kemana !!!! "teriak jhon, karena mereka berada di lantai paling atas lantai yang jarang ada pelayan membuat suara teriakan jhon tak ada yang dengar.
Lena tak menjawab ia fokus berlari dan terus berlari sampai ia bersembunyi di toilet tubuhnya bergetar hebat air matanya mulai mengalir dengan deras ia menahan nafas saat jhon berdiri di depan pintu masuk toilet ia bersembunyi di salah satu toilet pelayan.
Detak jantung lena semakin kencang ia mengingat teriakan mengerikan sahabatnya dia kejadian yang ia lihat dengan mata kepala nya sendiri dan sekarang ia mengalaminya.
" hikksss apa ini yang kalian rasakan, maaf, maaf ,maaf kan aku yang tak bisa melindungi kalian hiksss maaf maaf " batin lena.
Ia terkejut mendengar suara pintu masuk toilet terbuka refleks dia mengangkat kakinya.
" dimana kamu lena, ayo keluar atau saya akan menyeret kamu menuju tuan harlen " kata jhon penuh penekanan membuat tubuh lena bergetar hebat ia menahan nafas.
BRAAAAKKK pintu toilet di buka paksa
Lena terkejut bukan main
bersambung
Terima kasih teman teman mau membaca novel ini semoga kalian suka sama babnya dan mohon maaf kalau ada banyak typonya
jangan lupa like komen dan vote hadiahnya ya teman, semoga kalian sehat selalu agar bisa terus berkunjung ke novel ku. 🥰 jangan lupa bintang 5 nya ya🥳
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments