pagi pagi sekali Azuma membangunkan Aruna " Aruna, Aruna bangun ayo kita harus ke rumah tuan harlen " kata Azuma membangunkan Aruna dengan lembut, merasa terganggu karena badannya di goyangkan oleh Azuma, Aruna mulai mengerjapkan mata.
"eeeeekkkhhhhh hooaaamm kenapa kak, ini masih gelap matahali belum bersinal" kata Aruna dengan suara khas bangun tidur ia mengucek matanya agar tak kembali tidur " kita harus kesana, sebelum penghuni rumah bangun, atau kita akan kehilangan tempat yang memberikan kita makan lezat Aruna" kata Azuma berhasil membuat jiwa Aruna yang belum terkumpul jadi terkumpul penuh.
" kalau begitu ayo kita ke sana, jangan sampai kita ngak makan enak " kata Aruna berdiri menarik Azuma, tapi Azuma menahannya " cuci dulu muka dan sikat gigi, jangan sampai si muka ular itu melihatmu dengan muka bantal " kata Azuma membawa Aruna ke kamar mandi.
" aku akan menunggu di luar " kata Azuma meninggalkan Aruna, Aruna mulai membersihkan diri setelah itu ia dan Azuma langsung menuju rumah tuan harlen jarak rumah Azuma dan tuan harlen tidak terlalu jauh namun karena letaknya di hutan rumah kecil Azuma tidak terlihat.
Azuma dengan cepat membawa Aruna ke dapur ada pintu khusus untuk pelayan masuk, Aruna celingukan mencari pelayan lain " dimana pelayan lain kenapa, hanya kita saja kak disini" kata Aruna menatap Azuma yang mencuci piring.
" pelayan sudah datang Aruna, hanya saja mereka punya pekerjaan lain.., sebelum melakukan tugas lainnya " kata Azuma murung " pekeljaan lain? pekerlaan lain apa" kata aruna bingung.
Azuma tersenyum pada Aruna " nanti kalau kamu sudah besar kamu pasti tahu" kata Azuma lembut " sekarang sebaiknya kamu lap piring yang sudah aku bersihkan " lanjutnya mengambil kursi agar Aruna bisa sampai.
" baik kak" kata Aruna patuh, mereka melakukannya sampai matahari terbit dan satu persatu pelayan mulai berdatangan. mereka sibuk membuat makanan tak ada yang saling merayakan karena sibuk dengan tugas masing masing suara sendok dan bunyi pengorengan, beradu di dapur yang besar itu.
Dua jam Azuma dan Aruna masih berkutat dengan piring dan peralatan makan lainnya dan alat alat memasak, sampai CTASSSSSS.
Suara cambukan mengenai punggung Azuma, Azuma seperti tidak kesakitan ia menahannya dengan sekuat tenaga, lena yang ingin menghentikan tidak berani maju, disa dan Heni hanya bisa menitikkan air mata.
Azuma sama sekali tidak menangis ia masih terus mencuci alat alat dapur yang kotor dengan tangan yang memegang spons dengan erat sampai air mata Azuma menitik tanpa suara.
Aruna yang sejak tadi diam tiba tiba merasakan getaran aneh dan pikiran nya seperti di kendalikan oleh orang lain, suara cambukan yang mengayun terus membuat kepala Aruna pusing dengan tangan bergetar mengelap garpu warna emas, Aruna turun dari kursi matanya yang menatap ke bawah menatap maya dengan nyalang.
"saya rasa akan ada yang menggantikan kamu, disini " kata maya dengan seringai jahat menatap Aruna, Aruna maju dan tanpa basa basi ia menancapkan garpu emas itu di paha maya dengan sangat dalam sampai banyak darah yang mengalir dan muncrat karena Aruna menancapkannya beberapa kali.
mata maya memerah dan berair " aaaaaaaaaa!!!!! aaakkkhhh are your crazy bitch" kata maya di sela sela rasa sakitnya. tak ada yang menolongnya sampai ia pingsan, Azuma sedikit shok dengan kelakuan adiknya tapi ada kepuasan di matanya melihat adiknya melakukan itu bahkan lantai sampai penuh dengan darah maya.
" bagaimana ini, apa kita perlu memberi tahu kan ini pada nyonya dan tuan " kata disa " untuk apa, bukannya dia selalu bilang, kalau kita tidak boleh membantu sama lain, bila memang ingin di bantu biar tuan harlen yang melihatnya sendiri " kata lena santai ia melirik Azuma yang membawa adiknya pergi dari sana.
" lanjutkan saja pekerjaan kita, sebentar lagi sarapan " lanjutnya mereka melakukan pekerjaan mereka tanpa terusik sedikitpun dengan keadaan maya.
Mereka menyajikan dan menata meja dengan cantik. malina datang dengan baju tidur " dimana maya " tanya malina " miss maya ada di dapur nyonya " kata Heni menunduk, malina mengerutkan kening tak biasanya maya tak ada di sampingnya " panggilkan dia " kata malina " dia pingsan nyonya " kata Heni, malina menghembuskan nafas malas " Jack " panggil malina pada asisten nya " lihat keadaan maya di dapur " kata malina, Jack memeriksa CCTV di tablet nya .
" dia pingsan nyonya dengan banyak darah di kakinya " kata Jack " bawa dia ke ruang perawatan pelayan " kata malina karena semua yang mengalami cidera pasti akan di taruh diruangan itu. karena rumah harlen sangat besar, disana ada apotek sendiri, bahkan ada tempat seperti mall, restoran yang di desain.
Karena malina yang tipenya suka sendiri maka semuanya fi desain sesuai kemauannya , Jack menyuruh seseorang untuk membawa maya dan membersihkan darah di lantai.
Malina sarapan seorang diri sudah menjadi kebiasaan ia sarapan sendirian sedangkan ketiga putranya masih tidur di kamar masing masing.
Sedangkan harlen lebih sibuk membersihkan foto di kamar kosong "selamat pagi sayang, kamu usah sarapan belum, kamu tahu ngak sih beberapa tahun belakangan ini... aku ngak bisa lupain kamu " kata harlen memeluk foto itu.
Jhon yang di luar kamar itu mendengar suara tuannya, jhon ikut perihatin melihat tuannya seperti orang gila bahkan kerap kali jhon melihat tuannya menangis seorang diri, harlen mencium foto itu berulang kali " kenapa kamu tidak tua tua sayang, lihat aku.... aku sudah berumur 35 tahun, hahaha aku sudah tua bukan. tapi kamu masih sama seperti dulu sangat cantik" kata harlen
********
"sini aku bersihkan " kata Azuma membawa Aruna ke selang untuk menyiram bunga, Azuma menyiram Aruna dari rambut hingga kaki. "tunggu disini" kata Azuma, masuk ke dalam mengambil handuk.
" Hai kamu siapa " tanya Romeo ia sangat bosan dan tidak ingin sarapan tapi dari jauh ia melihat Aruna dan Azuma, Romeo menatap pakaian Aruna yang berlumuran darah "ituu... saos ya... apa miss maya menghukummu juga" tanya Romeo tapi Aruna diam saja "helloooo... apa kamu bisu... " kata Romeo mengibaskan tangannya di depan Aruna yang sama sekali tak melihatnya.
" tuan muda apa anda tidak sarapan dengan nyonya " kata Jack, Romeo menatap malas Jack "tidak!!! saya tidak mau makan dengan mommy, saya malas" kata Romeo. Aruna melirik tajam Jack yang juga menatapnya dengan intens " diaa... benar benar bukan gadis kecil biasa " batin jack waspada pada Aruna.
Aruna cuek saja "tapi... tuan nyonya... " "katakan saja saya masih tidur" kata Romeo karena bila makan dengan mommy nya ia selalu di tanya tentang carsen dan carsen tidak carsen pasti adik bungsunya Delano Delano, dan ituuu membuatnya malas.
Bersambung
jangan lupa kasih like, comment, subscribe, dan kasih vote juga ya teman 🥰🥰mohon maaf bila banyak typo semoga kalian suka 🤗🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments