Bab 14 DBAP

Pernyataan Zayan itu menghantam Arsen seperti pisau yang menusuk dari belakang. Lorong rumah sakit mendadak hening, seolah seluruh dunia menahan napas. Bahkan Puput yang semula hendak menengahi, hanya bisa terpaku di tempat.

Arsen melangkah maju, matanya menyala marah. “Apa kamu bilang tadi? Ulangi!”

“Aku bilang, aku bukan ayah dari anak itu!” ulang Zayan dengan suara gemetar tapi penuh keyakinan. “Kami memang menjalin hubungan, tapi… kami belum pernah… aku bersumpah.”

Puput menoleh cepat ke arah anaknya. Seolah tak percaya dengan pernyataan yang baru saja dinyatakan sang anak. “Zayan…”

“Aku nggak bohong, Bu,” lanjut Zayan. Tatapannya kini berganti dari bingung menjadi terluka karena tuduhan itu.

Zayan pikir masalah sudah selesai saat di restoran tadi, tapi siapa sangka, yang menikah dengan Naya justru pamannya sendiri. Kini Zayan seperti diadili atas perbuatan yang tak pernah ia lakukan, meskipun dalam hati kecilnya ia mengakui jika yang kini dialami Naya adalah hasil perbuatannya. Namun, hal itu tidak akan pernah Zayan katakan di depan Ibu dan Pamannya.

Sementara itu Arsen terdiam sejenak, matanya kini tak lagi sekadar marah—melainkan bingung, bertarung dengan keyakinannya sendiri. Ia menoleh ke arah ruang perawatan, ke arah Naya yang masih terbaring lemah, lalu kembali menatap Zayan.

“Jangan main-main dengan hidup orang, Zayan. Kalau bukan kamu… siapa?” Suaranya kini lebih rendah, tapi dingin. “Jangan-jangan kamu cuma lari karena pengecut, takut tanggung jawab.”

Zayan menggertakkan giginya, lalu menarik napas panjang. “Paman, aku memang salah karena pergi begitu saja. Tapi aku nggak pernah tahu Naya mengandung… dan kalaupun iya, aku yakin itu bukan anakku.”

Arsen mengepalkan tangannya, "Jadi kamu benar bukan Ayah dari anak itu?"

Zayan menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sekaligus meyakinkan mereka sekali lagi. Ia menatap Arsen, lalu beralih pada Puput dengan tatapan serius.

“Kalau kalian nggak percaya, kalian bisa tanya langsung ke Naya. Tadi sore, sebelum aku pulang ke rumah, aku sempat bertemu dengannya di restoran. Dia memang bilang anak itu anakku, tapi dia sama sekali nggak bisa membuktikannya.”

Puput akhirnya angkat suara, nada bicaranya penuh kekhawatiran. “Zayan, kamu yakin? Kamu sadar betul apa akibat dari ucapanmu barusan?”

“Aku tahu, Bu.” Zayan menunduk sesaat, napasnya berat, lalu ia kembali menatap Arsen dengan mata yang teguh. “Tapi aku lebih pilih dihajar sampai mati... daripada harus memikul tanggung jawab atas kesalahan yang bukan aku buat. Dan kalau kalian masih ragu, kita bisa lakukan tes DNA.”

Zayan melihat pamannya, Arsen, mundur beberapa langkah lalu duduk. Gerakannya seperti orang yang mencoba menenangkan diri dari badai pikiran yang tiba-tiba menghantam.

“Paman… kalau Paman menikahinya karena rasa tanggung jawab, sekarang Paman bisa gugat dia cerai.”

Arsen langsung menatap Zayan. Tatapannya dingin, penuh tekanan batin.

Ia, yang sejak awal menanggung beban berat karena merasa harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukan keponakannya, belum pernah sekalipun terpikir untuk menceraikan Naya. Apalagi setelah kejadian itu—saat ia merasakan ada sesuatu... seperti ikatan batin antara dirinya, Naya, dan janin yang sedang dikandungnya.

Yang membuat Arsen makin bingung sekarang adalah… dari mana datangnya ikatan itu?

Awalnya ia mengira, mungkin karena mereka masih satu darah—masih ada garis keturunan Alastair. Tapi kini, Zayan dengan penuh keyakinan menyatakan bahwa anak itu bukan darah dagingnya.

“Ar…” suara lembut Puput memecah keheningan. “Sepertinya, ada benarnya juga yang dikatakan Zayan. Kalau kamu masih belum yakin, kita bisa lakukan tes DNA. Hanya saja… Kakak nggak tega lihat kondisi Naya sekarang.”

“Bu…” Zayan menatap ibunya, suaranya mulai meninggi karena emosi. “Apa yang bikin Ibu nggak tega? Apa Ibu nggak tahu siapa ibu Naya sebenarnya? Dia itu kayak parasit, Bu. Dan aku yakin, sekarang pun dia pasti udah lepas tangan. Makanya Naya sampai kerja di restoran. Dia cari uang sendiri, Bu. Dia ditinggalin.”

"Apa kamu bilang?" tanya Arsen nadanya terselip rasa terkejut dan juga penyesalan.

"Paman, semua yang aku katakan tadi bisa aku buktikan kalau Paman masih gak percaya," jawab Zayan.

Sayangnya kini yang terbawa emosi bukan lagi Arsen, tapi Puput ia menatap adiknya dengan rasa tak percaya, "Ar, kamu mengabaikan dia? Kamu tidak memberikan nafkah?"

Arsen terdiam, tak langsung menjawab. Tatapannya kosong, menembus lantai rumah sakit yang dingin. Hening panjang menyusup di antara mereka. Detak jam dinding menjadi satu-satunya suara yang terdengar di lorong itu.

“Bukan begitu, Kak…” suara Arsen akhirnya terdengar, lirih, nyaris tenggelam oleh kekacauan pikirannya sendiri. “Aku hanya...”

“Hanya apa? Dia kerja di restoran, Ar.” Nada suara Puput mulai meninggi. “Kamu bilang menikahinya karena tanggung jawab, tapi kamu bahkan nggak tahu dia harus cari uang sendiri?”

“Aku…” Arsen menatap Puput, tapi tidak bisa menemukan kata yang tepat. Ada luka di matanya, luka yang belum sempat ia pahami.

“Sudahlah,” Puput akhirnya menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. “Sekarang, yang penting kita pikirkan langkah selanjutnya.”

“Kembalikan dia ke ibunya, dan kita tunjukkan bukti. Yang paling kuat, ya... tes DNA,” ucap Zayan datar, meskipun nada suaranya terdengar lebih tenang daripada sebelumnya.

“Kita nggak bisa langsung lakukan itu,” sahut Arsen, pelan. “Tes DNA paling cepat dilakukan saat usia kehamilan minimal sembilan minggu. Sekarang kandungan Naya baru enam minggu.”

Puput mengangguk, wajahnya serius. “Kalau begitu, kita tunggu sampai usia kehamilannya cukup. Tapi satu hal—jangan sampai Naya tahu soal ini. Perasaan ibu hamil itu sensitif. Jangan tambah bebannya.”

Arsen menunduk pelan, mengangguk meski hatinya terasa berat. Ada gejolak yang belum selesai di dalam dirinya—antara rasa bersalah, tanggung jawab, dan sesuatu yang belum bisa ia namai.

Sementara itu, Zayan menghela napas panjang. Untuk pertama kalinya sejak kejadian itu, dadanya terasa sedikit lebih ringan. Dalam hati, ia berbisik lirih, Maafkan aku, Naya...

Di sisi lain, Naya yang sudah sadar sejak tadi mendengar pembicaraan mereka dari balik celah pintu yang tak tertutup rapat. Ia tidak bisa bergerak banyak, tubuhnya masih lemah, tapi telinganya menangkap jelas setiap kalimat yang meluncur dari mulut mereka.

“Kembalikan dia ke ibunya…”

“…tes DNA…”

“…jangan sampai Naya tahu…”

Kalimat-kalimat itu seperti pisau yang perlahan menyayat hatinya. Air matanya mengalir pelan, membasahi pelipis dan bantal di bawah kepala, namun matanya tetap terpejam. Ia pura-pura tertidur, menahan isak yang hampir meluncur dari tenggorokannya.

Jika mereka tahu ia mendengar, mungkin mereka akan menghentikan semua itu. Tapi ia tidak ingin tahu alasan mereka bicara seperti itu. Karena bagi Naya, semuanya sudah cukup jelas—ia tidak dianggap. Dirinya tak lebih dari beban, seorang perempuan hancur yang tak tahu siapa ayah dari anak yang dikandungnya.

Dalam diam dan air mata, ia menggenggam ujung selimut dengan lemah. Tangannya bergetar.

“Aku kotor… aku nggak diinginkan siapa pun…”

Ia menelan air liur yang pahit. Bahkan Arsen, yang beberapa saat lalu ia pikir mungkin bisa menjadi tempat ia berpegang, nyatanya kini pun mulai goyah. Dan Zayan… orang yang dulu sempat ia percaya, kini justru membuatnya dalam situasi seperti ini.

Hatinya remuk. Tapi ia hanya bisa diam. Karena di ruang sunyi itu, tak ada satu pun suara yang bisa menyelamatkannya dari kesedihan yang kini menggulung jiwanya. Di tengah isak yang tak terdengar, Naya berbisik dalam hati, penuh luka dan putus asa,

“Kalau semua orang ingin aku pergi, mungkin memang aku tak seharusnya ada di sini…”

Terpopuler

Comments

css

css

nyesek bgt jadi Naya😭😭😭Thor kpn Arsen sadar jika itu adalah anaknya 😭
double update dong,,, kurang nih

2025-04-11

0

اختی وحی

اختی وحی

pergi aja nay

2025-04-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!