Bab 5 DBAP

Sayangnya, kecurigaan Arsen terhadap Puput tak membuatnya terselamatkan dari pernikahan ini. Semuanya telah disiapkan terlalu sempurna. Tak ada ruang untuk pembatalan, apalagi keraguan. Jam terus berdetak, dan setiap detiknya membawa mereka semakin dekat ke pelaminan yang tak pernah mereka impikan.

Arsen menatap pantulan dirinya di cermin kecil di meja rias. Dingin. Kosong. Seperti sedang melihat orang asing dalam pakaian yang terlalu mewah untuk perasaannya yang terlalu remuk.

“Sudah waktunya,” ucap seorang panitia dengan suara lembut, mengetuk pintu dan memberi isyarat.

Arsen bangkit perlahan. Langkahnya berat, seperti menyeret seluruh beban dunia. Tapi ia berjalan, tetap berjalan. Demi menjaga nama baik keluarga. Demi kakaknya. Demi semua hal... kecuali dirinya sendiri.

Sementara itu, Naya berdiri di balik pintu, ditemani ibunya yang tersenyum dengan mata berbinar bangga. Tapi Naya tak bisa membalas. Di balik kerudung tipis itu, air matanya menahan diri untuk tak jatuh. Bukan karena bahagia, tapi karena terluka oleh keadaan.

Tangannya gemetar saat seseorang menyodorkan buket bunga. Ia menggenggamnya erat, seperti satu-satunya pegangan di tengah badai yang membungkam suaranya.

Langkah demi langkah, kedua mempelai itu berjalan menuju pelaminan. Bertemu di titik yang telah ditentukan banyak pihak, tapi tak pernah mereka sepakati sendiri.

Arsen menatap Naya sekilas. Rasanya ia seperti mengenali tubuh dan aroma gadis itu—begitu familiar. Namun, ia segera mengabaikan pikirannya, karena bagaimanapun juga, Naya bukanlah gadis yang ia cari. Naya adalah mantan ponakannya, yang entah bagaimana justru ia yang harus menanggung imbas dari perbuatan sepasang kekasih itu.

Dan saat akad dimulai, semuanya terasa seperti mimpi buruk yang dilapisi senyum dan taburan bunga.

“Saya nikahkan dan kawinkan...”

Suara itu menggema, namun hati Arsen seperti dikepung sunyi.

Dengan satu tarikan napas, ia mengucap ijab kabul.

Lancar.

Tegas.

Dan justru itulah yang menyakitkan.

Ruang menjadi ramai oleh tepuk tangan. Doa. Ucapan selamat. Tapi di antara mereka, dua hati justru mengucap salam perpisahan pada kebebasan yang pernah mereka miliki.

Naya tak menatap Arsen. Tapi ia mendengar suara lelaki itu, terdengar begitu familiar dan seperti pernah ia dengar. Sekilas, ia mengingat kalimat-kalimat kabur, “Kamu memprovokasiku. Jangan salahkan aku jika nanti setelah sadar kamu menyesal.”

Seketika Naya mengangkat wajahnya, lalu menatap Arsen. Hanya saja saat bola mata keduanya bertemu Naya hanya bisa menepis pikirannya tadi, "Tidak mungkin, apa yang kamu pikirkan Naya? Lelaki itu Zayan bukan Paman Arsen."

***

Setelah acara usai, Naya langsung dibawa ke rumah pribadi Arsen. Rumah besar itu berdiri megah di tengah kawasan elit, dikelilingi pagar tinggi dan taman yang tertata rapi. Namun, alih-alih merasa terhormat memasuki hunian seorang suami, yang Naya rasakan hanyalah dingin. Bukan dingin dari pendingin ruangan, melainkan dari suasana yang membekukan hati sejak kaki pertamanya menginjak lantai marmer mengilap itu.

Keluarga Alastair dikenal sebagai keluarga terpandang dan berkecukupan. Aset yang ditinggalkan orang tua mereka mampu menjamin kehidupan Puput dan Arsen sejak kecil. Tapi harta itu tak membuat mereka tumbuh manja. Justru keduanya, terutama Arsen, mampu mengelolanya dengan cermat dan bijak setelah dewasa.

Arsen tak hanya menonjol sebagai seorang dokter yang cerdas dan tegas, tapi juga dikenal luas di dunia investasi. Namanya beberapa kali disebut dalam artikel bisnis dan forum ekonomi bergengsi. Ia memiliki insting tajam dalam membaca peluang, menghitung risiko, dan menggandakan kekayaan tanpa perlu banyak bicara.

Namun bagi Naya, semua itu hanya latar belakang. Karena lelaki itu—meski dibalut pencapaian dan reputasi—bukanlah sosok yang memberikan kehangatan, apalagi rasa aman.

Langkah Naya terhenti di tengah ruang tamu yang luas. Arsen berdiri di depannya, membelakanginya beberapa saat sebelum akhirnya berbalik dengan suara yang sama dinginnya seperti suasana rumah itu.

"Di sini banyak kamar. Pilih saja yang kamu mau," katanya singkat, seolah berbicara pada tamu tak diundang.

“Paman…” suara Naya nyaris tak terdengar.

Arsen menatapnya datar. “Kita tidak perlu terlalu dekat. Kamu seharusnya jadi keponakanku. Dan pernikahan ini terjadi karena keadaan, bukan pilihan.”

“Aku tahu, Paman… tapi—”

“Kamu tidak berharap akan ada malam pengantin, kan?” potong Arsen tajam. Matanya menajam, dan nadanya mengiris. “Aku laki-laki. Aku tidak tertarik pada barang bekas.”

Kata-kata itu menghantam dada Naya seperti palu godam. Matanya langsung memejam, menahan air yang hendak jatuh. Ia tahu dirinya pernah salah. Ia tahu masa lalunya kelam. Tapi benarkah tak ada sedikit pun cara yang lebih manusiawi untuk berkata?

Jika bisa memilih, ia pun tak ingin berada di sini. Tidak dengan cara seperti ini. Tidak dengan lelaki yang melihatnya seolah ia tak punya harga diri.

Arsen melangkah melewatinya. Tapi belum jauh, ia berhenti sejenak dan menambahkan, “Dan soal anakmu itu…”

Belum sempat kalimat itu selesai, Naya bersuara cepat, penuh pertahanan. “Paman tidak perlu merasa bertanggung jawab. Aku bisa membesarkan anak ini sendiri.”

Arsen menoleh pelan, sudut bibirnya terangkat mengejek. “Kamu pikir aku mau bertanggung jawab?” katanya sinis. “Tidak, Naya. Aku terpaksa.”

Naya hanya berdiri terpaku setelah sosok Arsen meninggal dirinya dengan penuh luka, tubuhnya terasa ringan seperti melayang, tapi bukan karena bahagia—melainkan karena jiwanya seperti keluar dari raganya. Ia tak tahu harus melangkah ke mana, tak tahu harus menangis atau menahan napas agar tidak runtuh di tempat.

Kalimat terakhir Arsen menggema di kepalanya seperti gema siksaan. Aku terpaksa… barang bekas… anakmu…

Ia mengusap perutnya perlahan, seolah mencoba menenangkan sesuatu yang bahkan tak tahu apa yang sedang terjadi. Jantungnya berdegup tak menentu, bukan karena cinta, tapi karena takut. Ia takut kehilangan dirinya sendiri, takut tak sanggup bertahan di dunia yang terus menyakitinya.

Dengan langkah gemetar, ia menuju salah satu kamar paling ujung, membuka pintunya dan menutupnya pelan. Bukan karena ingin menjaga ketenangan rumah, tapi karena ia tak punya tenaga untuk membanting apapun. Ia hanya ingin bersembunyi—dari dunia, dari luka, dari Arsen… dan dari dirinya sendiri.

Saat punggungnya menyentuh daun pintu, air mata itu akhirnya jatuh. Tanpa suara, tanpa isak, hanya tetes demi tetes yang membasahi pipinya.

“Aku bukan perempuan baik, aku tahu… tapi anak ini… dia nggak salah,” bisiknya lirih, menggenggam perutnya erat, seolah sedang meminta maaf pada sosok kecil yang tumbuh dalam dirinya. Ia merasa seperti ibu yang gagal bahkan sebelum sempat menjadi ibu.

Ia melangkah pelan menuju ranjang, duduk di ujungnya sambil terus menahan sesak. Bantal di atas kasur langsung dipeluknya erat, seolah hanya benda itu yang bisa mengerti luka yang tak bisa ia ucapkan.

Ia menunduk, memeluk lutut, dan bergumam lirih, “Kalau kamu bisa dengar, Nak… maafin Mama, ya. Mama nggak cukup kuat buat lawan dunia ini. Tapi Mama akan tetap jagain kamu… walau sendirian.”

Terpopuler

Comments

Arya Al-Qomari@AJK

Arya Al-Qomari@AJK

mungkinkah yg terjadi pada Naya adl jebakan Zayan. pasti Zayan selingkuh

2025-06-04

0

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

suatu saat kau akan menyesal telah menelantar kan Naya😏😏😏

2025-06-07

0

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

suatu saat kau akan menyesal telah menelantar kan Naya😏😏😏

2025-06-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 DBAP
2 Bab 2 DBAP
3 Bab 3 DBAP
4 Bab 4 DBAP
5 Bab 5 DBAP
6 Bab 6 DBAP
7 Bab 7 DBAP
8 Bab 8 DBAP
9 Bab 9 DBAP
10 Bab 10 DBAP
11 Bab 11 DBAP
12 Bab 12 DBAP
13 Bab 13
14 Bab 14 DBAP
15 Bab 15 DBAP
16 Bab 16
17 Bab 17 DBAP
18 Bab 18 DBAP
19 Bab 19 DBAP
20 Bab 20 DBAP
21 Bab 21 DBAP
22 Bab 22 DBAP
23 Bab 23 DBAP
24 Bab 24 DBAP
25 Bab 25 DBAP
26 Bab 26 DBAP
27 Bab 27 DBAP
28 Bab 28 DBAP
29 Bab 29 DBAP
30 Bab 30 DBAP
31 Bab 31DBAP
32 Bab 32 DBAP
33 Bab 33 DBAP
34 Bab 34 DBAP
35 Bab 35 DBAP
36 Bab 36 DBAP
37 Bab 37 DBAP
38 Bab 38 DBAP
39 Bab 39 DBAP
40 Bab 40 DBAP
41 Bab 41 DBAP
42 Bab 42 DBAP
43 Bab 43 DBAP
44 Bab 44 DBAP
45 Bab 45 DBAP
46 Bab 46 DBAP
47 Bab 47 DBAP
48 Bab 48 DBAP
49 Bab 49 DBAP
50 Bab 50 DBAP
51 Bab 51 DBAP
52 Bab 52 DBAP
53 Bab 53 DBAP
54 Bab 54 DBAP
55 Bab 55 DBAP
56 Bab 56 DBAP
57 Bab 57 DBAP
58 Bab 58 DBAP
59 Bab 59 DBAP
60 Bab 60 DBAP
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64 DBAP
65 Bab 65 DBAP
66 Bab 66 DBAP
67 Bab 67 DBAP
68 Bab 68 DBAP
69 Bab 69 DBAP
70 Bab 70 DBAP
71 Bab 71 DBAP
72 Bab 72 DBAP
73 Bab 73 DBAP
74 Bab 74 DBAP
75 Bab 75 DBAP
76 Bab 76 DBAP
77 Bab 77 DBAP
78 Bab 78 DBAP
79 Bab 79 DBAP
80 Bab 80 DBAP
81 Bab 81DBAP
82 Bab 82 DBAP
83 Bab 83 DBAP
84 Bab 84 DBAP
85 Bab 85 DBAP
86 Bab 86 DBAP
87 Bab 87 DBAP
88 Bab 88 DBAP
89 Bab 89 DBAP
90 Bab 90 DBAP
91 Bab 91 DBAP
92 Pengumuman.
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Bab 1 DBAP
2
Bab 2 DBAP
3
Bab 3 DBAP
4
Bab 4 DBAP
5
Bab 5 DBAP
6
Bab 6 DBAP
7
Bab 7 DBAP
8
Bab 8 DBAP
9
Bab 9 DBAP
10
Bab 10 DBAP
11
Bab 11 DBAP
12
Bab 12 DBAP
13
Bab 13
14
Bab 14 DBAP
15
Bab 15 DBAP
16
Bab 16
17
Bab 17 DBAP
18
Bab 18 DBAP
19
Bab 19 DBAP
20
Bab 20 DBAP
21
Bab 21 DBAP
22
Bab 22 DBAP
23
Bab 23 DBAP
24
Bab 24 DBAP
25
Bab 25 DBAP
26
Bab 26 DBAP
27
Bab 27 DBAP
28
Bab 28 DBAP
29
Bab 29 DBAP
30
Bab 30 DBAP
31
Bab 31DBAP
32
Bab 32 DBAP
33
Bab 33 DBAP
34
Bab 34 DBAP
35
Bab 35 DBAP
36
Bab 36 DBAP
37
Bab 37 DBAP
38
Bab 38 DBAP
39
Bab 39 DBAP
40
Bab 40 DBAP
41
Bab 41 DBAP
42
Bab 42 DBAP
43
Bab 43 DBAP
44
Bab 44 DBAP
45
Bab 45 DBAP
46
Bab 46 DBAP
47
Bab 47 DBAP
48
Bab 48 DBAP
49
Bab 49 DBAP
50
Bab 50 DBAP
51
Bab 51 DBAP
52
Bab 52 DBAP
53
Bab 53 DBAP
54
Bab 54 DBAP
55
Bab 55 DBAP
56
Bab 56 DBAP
57
Bab 57 DBAP
58
Bab 58 DBAP
59
Bab 59 DBAP
60
Bab 60 DBAP
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64 DBAP
65
Bab 65 DBAP
66
Bab 66 DBAP
67
Bab 67 DBAP
68
Bab 68 DBAP
69
Bab 69 DBAP
70
Bab 70 DBAP
71
Bab 71 DBAP
72
Bab 72 DBAP
73
Bab 73 DBAP
74
Bab 74 DBAP
75
Bab 75 DBAP
76
Bab 76 DBAP
77
Bab 77 DBAP
78
Bab 78 DBAP
79
Bab 79 DBAP
80
Bab 80 DBAP
81
Bab 81DBAP
82
Bab 82 DBAP
83
Bab 83 DBAP
84
Bab 84 DBAP
85
Bab 85 DBAP
86
Bab 86 DBAP
87
Bab 87 DBAP
88
Bab 88 DBAP
89
Bab 89 DBAP
90
Bab 90 DBAP
91
Bab 91 DBAP
92
Pengumuman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!