Membawa selingkuhan ke rumah

"Huh! Dasar om-om menyebalkan! Dia pikir, dia setampan apa sehingga aku harus senang jika dia mau menyentuhku?" omel Nana sembari terus menggosok-gosok bagian tubuhnya yang tadi sempat tersentuh oleh Edward.

Baginya, Edward bukan lagi tujuan. Pria itu sudah bukan rumah lagi untuk Nana. Jadi, kenapa Nana masih harus repot-repot untuk melayani Edward?

"Andai aku benar-benar mengalami hilang ingatan , mungkin itu akan jauh lebih baik," lanjutnya bergumam.

Nana masih ingat ketika dirinya hamil dan akhirnya malah keguguran akibat tekanan batin yang Edward berikan. Pria yang semasa pendekatan tampak begitu sangat lembut dan baik hati itu, mendadak berubah kasar dan jahat saat mengira bahwa Nana-lah yang sengaja menjebaknya agar bisa tidur bersama.

"Baguslah, kalau anak itu mati. Jadi, dia nggak perlu tahu kalau aku sangat membencinya seperti aku membenci Ibunya," kata Edward kala itu.

"Bodoh! Kenapa aku bisa jatuh cinta pada laki-laki sekejam dia? Bahkan, setelah anakku dikorbankan, aku masih saja begitu mencintainya! Aku masih saja terus berharap dia bisa kembali seperti Edward yang aku kenal dulu. Padahal, itu hal yang sangat mustahil. Dasar, Nana bodoh!" marahnya pada diri sendiri.

*

Sementara itu, Edward tengah berkendara dengan kecepatan tinggi menuju ke apartemen Silva. Sesampainya, di sana, pria itu langsung mencium Silva secara menggebu-gebu.

Namun, saat mereka sudah hampir sampai pada permainan inti, tiba-tiba Edward berhenti dan malah mundur menjauhi tubuh Silva yang nyaris tak mengenakan apapun lagi selain pakaian dalamnya.

"Kenapa kamu berhenti, Ed?" tanya Silva dengan nada kecewa.

Edward membenahi pakaiannya. Kemudian, dia melemparkan pakaian Silva ke arah wanita itu.

"Maaf! Aku kelepasan, Silva!"

"Nggak apa-apa. Aku nggak marah, kok. Sekarang, kita lanjut lagi, ya!" bujuk perempuan itu.

"Aku nggak bisa. Bukannya, kamu dulu selalu bilang kalau kamu hanya akan menyerahkan tubuh kamu sepenuhnya ke aku saat sudah menikah nanti?"

Silva tampak kelabakan. Untuk sepersekian detik, ia lupa pada kata-katanya sendiri.

Saat itu, dia mengatakan kalimat itu hanya untuk membuat Edward jadi terkesan. Namun, kini kata-kata itu rasanya sudah tak dibutuhkan lagi.

"Aku sudah pernah menikah, Ed. Jadi, nggak apa-apa. Kita bisa melakukannya kapanpun kamu mau," bujuk Silva tak sabaran.

Dia sudah menunggu momen ini begitu lama. Dan, di saat kesempatan sudah ada, justru malah Edward yang mengacaukan segalanya.

Padahal, jika dia berhasil mengandung benih Edward, bukankah itu artinya bahwa Edward benar-benar akan menjadi miliknya seutuhnya?

Dengan begitu, status Nana akan semakin melemah kemudian suatu saat akan ditendang begitu saja oleh dia dan Edward.

"Pokoknya, kenakan dulu pakaianmu! Kita bicara diluar."

Edward kemudian melangkah terburu-buru meninggalkan kamar itu. Dia duduk di sofa ruang tamu dengan gelisah.

"Arggh!! Nana sialan! Berani-beraninya, dia menggodaku kemudian mengabaikan aku seperti ini!" geram Edward kesal.

Hasratnya sudah di ubun-ubun. Namun, dia hanya berpikir untuk melampiaskannya pada Nana dan bukan kepada Silva.

"Tunggu saja, Na! Aku pasti akan kasih kamu pelajaran!"

Bibir Edward tampak menyeringai sinis saat sebuah rencana tiba-tiba terlintas didalam benaknya.

Ya, tekadnya sudah bulat. Dia akan membalas perbuatan Nana hari ini dengan berkali-kali lipat.

"Kemarilah, Silva!" ajak Edward pada perempuan yang sudah berpakaian lengkap itu.

Bibir Silva tampak manyun. Dia masih kesal karena digantung seperti tadi oleh Edward.

"Ada apa?" tanya Silva.

"Aku minta maaf soal yang tadi. Aku benar-benar menyesal," ucap Edward.

"Kamu membuat aku merasa terhina, Ed! Apa tubuhku kurang menarik, sehingga kamu berhenti ditengah-tengah permainan?"

Edward menghela napas berat. Maksudnya, tidak seperti itu.

"Sekali lagi, aku minta maaf! Aku benar-benar hanya ingin menghormati prinsipmu di masa lalu."

Huh! Silva langsung membuang wajahnya ke arah lain.

"Kemarilah!" pinta Edward. Ia melambaikan tangan, meminta Silva untuk duduk merapat didekatnya.

"Apa lagi?" tanya Silva yang masih berada dalam mode ngambek.

"Kamu bilang, kamu nggak betah tinggal sendirian di apartemen ini, kan?"

Silva pun sontak mengangguk.

"Bagaimana kalau kamu pindah ke rumahku saja?"

Mata Silva seketika terbelalak lebar. Ia tak menyangka, jika kalimat itu akhirnya keluar juga dari mulut Edward.

"Kamu beneran, Ed? Kamu nggak lagi nge-prank aku, kan?" pekik Silva senang.

"Ya iyalah! Kapan aku pernah berbohong sama kamu, Sayang?"

"Aaaaaa... Aku mau, Ed! Aku mau," sahut Silva antusias. Dia memeluk Edward dengan begitu erat.

"Kalau begitu, cepat kemasi barang-barangmu! Hari ini juga, kita akan pindah ke rumahku!"

"Oke," angguk Silva yang langsung berlari masuk ke dalam kamarnya untuk mengemasi seluruh pakaiannya.

"Kita lihat saja nanti, Na! Pasti, kamu akan menangis darah dan memohon maaf sama aku jika Silva benar-benar tinggal bersama kita."

Edward tersenyum senang. Pasti, kehadiran Silva akan membuat Nana kembali menjadi Nana yang dulu.

"Aku nggak yakin kalau kamu benar-benar hilang ingatan, Na! Semuanya pasti cuma sandiwara kamu aja. Dan, dengan kehadiran Silva, sandiwara kamu pasti nggak akan bertahan lama! Aku pasti akan bongkar trik murahan kamu ini, Na."

"Aku udah siap, Ed!" tutur Silva yang seketika membuat lamunan Edward menjadi buyar.

"Kalau begitu, ayo berangkat!" ajak Edward yang sedikit tersentak kaget akibat suara cempreng Silva tadi.

*

*

*

"Na!" panggil Edward saat menyadari bahwa Nana tidak ada menyambutnya saat dia pulang.

"Nana! Kamu dimana?" teriak Edward sambil terus berjalan masuk ke dalam rumah.

"Hm? Ada apa?" sahut Nana. Perempuan itu berhasil Edward temukan di meja makan.

Aroma dari pasta yang sedang disantap Nana benar-benar begitu harum. Cacing-cacing di dalam perut Edward pun seketika meronta akibat godaan dari makanan lezat itu.

"Kamu masak banyak kan, hari ini?" tanya Edward sambil meneguk ludahnya.

Seketika, Nana mengerutkan alisnya.

"Memangnya, kenapa?"

"Karena malam ini, kamu kedatangan tamu spesial, yaitu aku," sambar Silva dengan bangganya sembari memeluk lengan Edward dengan mesra.

Senyum sinis terbit di wajah Nana. Lihatlah! Pria berengsek ini bahkan dengan terang-terangan membawa selingkuhannya ke rumah.

Tujuannya apa? Untuk menyiksa batin Nana lagi, kah? Sayangnya, hal itu sudah tak akan bisa mempan lagi.

"Kenapa ulat bulu itu ada disini?" tanya Nana.

"Mulai hari ini, Silva akan tinggal di rumah ini bersama kita," jawab Edward.

"Dan, kalau aku nggak setuju?"

Edward mendengkus kesal. "Ini rumahku! Aku bebas mengizinkan siapa saja untuk tinggal di sini."

Mendengar itu, Nana hanya mengangguk saja.

"Baiklah! Terserah apa kata Tuan Edward!"

"Dia nggak cemburu? Sebaliknya, dia malah tersenyum?" gumam Edward dalam hati.

"Kalau gitu, silakan dilanjut sesi pacarannya! Aku akan makan di kamar saja!"

Nana pun mengangkat piringnya hendak menuju ke kamar.

"Tunggu!" cegah Edward. Dia menahan lengan Nana yang sedang lewat disampingnya.

"Ada apa lagi?" tanya Nana.

"Makanan untuk kami, mana?" tanya Edward.

"Makanan untuk kalian?" Nana tertawa mengejek. "Masak sendiri! Aku bukan babu kalian!" tegasnya dengan nada membentak.

Terpopuler

Comments

Ahmad Zaenuri

Ahmad Zaenuri

good job Nana /Grin//Grin/

2025-06-04

0

Noor hidayati

Noor hidayati

kok belum up lagi

2025-04-05

0

mom's Abyan

mom's Abyan

lnjut

2025-04-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!