Masa lalu

"Na, kamu benar-benar hilang ingatan?" lirih Edward tak percaya.

Namun, Nana diam saja. Dia enggan menjelaskan apapun kepada Edward. Ujung-ujungnya, pria itu pasti tak akan mempercayainya.

"Hentikan akting kamu, Na! Kamu pikir, aku akan luluh dengan cara kamu yang seperti ini? Huh! Nggak akan pernah!"

Nana memejamkan matanya. Lihat sendiri, kan? Laki-laki itu tak pernah mau memercayai Nana.

"Kamu nggak percaya kalau Nana hilang ingatan?" tanya Rossa sambil menatap Edward dalam-dalam.

"Ya, aku nggak percaya! Asal kamu tahu, Rossa! Sahabat kamu ini, sudah berkali-kali melakukan banyak trik murahan hanya demi mendapatkan aku. Dia bahkan berkali-kali menawarkan tubuhnya padaku layaknya seorang jalang tapi nggak pernah aku gubris!"

"Cukup!!" bentak Nana. Telinganya sudah sangat panas. Dia tak sanggup mendengar lebih banyak hinaan lagi dari mulut lelaki yang bergelar sebagai suami sahnya itu.

"Lebih baik, Tuan Edward pergi dari sini!" usir Nana kemudian.

Edward tertegun sejenak. Sekali lagi, Nana sangat mengejutkan dirinya.

"Kamu berani mengusirku?" tanya Edward sambil tertawa sumbang.

"Kenapa aku harus takut? Memangnya, Tuan Edward siapa? Apa status keluarga Tuan Edward lebih tinggi dibanding status keluarga Howarts?"

Dan, Edward seketika terdiam. Kata-kata Nana sukses melukai harga dirinya.

Ya, dia akui bahwa status keluarganya tak akan pernah bisa setara dengan status keluarga Howarts yang begitu tinggi dan berjaya. Namun, bukankah Edward kini telah menjadi bagian dari keluarga itu juga?

Ya, walaupun harus Edward akui bahwa sampai detik ini, Tuan James Howarts masih belum mengakui dirinya sebagai seorang menantu.

"Awas kamu, Na! Aku harap, kamu nggak akan pernah menyesali perbuatan kamu hari ini!" geram Edward sambil keluar ruangan dengan langkah terburu-buru.

"Ed, tunggu aku!" teriak Silva yang berusaha mengejar langkah Edward dengan cepat.

Hening beberapa saat ketika dua manusia itu menghilang dari ruangan itu. Nana masih terdiam dengan satu pertanyaan yang terus berputar dikepalanya.

Kenapa dulu dia bisa jatuh cinta pada laki-laki seperti Edward?

*

*

*

Empat tahun yang lalu...

"Arggh!! Kenapa kepalaku pusing sekali?" keluh Nana yang berusaha bangkit sambil memegangi kepalanya.

Penglihatannya perlahan mulai terang. Dan, betapa terkejutnya dia saat menyadari bahwa dirinya sedang berada dibawah selimut yang sama dengan seorang pria yang baru dua dia ajak berkenalan.

Edward Huston.

"Akhhhhh!" teriak Nana.

Edward yang masih tertidur pun akhirnya bangun karena suara teriakan Nana yang begitu keras.

"Kamu?" geram Edward kaget. "Apa yang terjadi?"

"Apa yang sudah Kak Edward lakukan kepadaku?" Nana justru balik bertanya dengan nada panik.

Ia mengangkat selimutnya tinggi-tinggi untuk menutupi bagian depan tubuhnya yang terekspos tanpa sehelai benang pun.

"Bukannya, justru kamu yang sudah melakukan sesuatu kepada saya?" balas Edward.

"Apa yang sudah aku lakukan? Aku nggak melakukan apa-apa."

"Kamu yang merayu aku duluan, Rihanna!" kata Edward. "Bahkan, kamu yang memberi aku minuman itu, kan? Dan, setelah meminum minuman itu, aku jadi lupa apa yang terjadi selanjutnya."

"Kenapa kamu lakukan itu, hah?" tanya Edward sembari mencengkram kuat-kuat kedua pundak Nana. "Kenapa kamu membiusku? Padahal, aku sempat berpikir, kalau kamu perempuan yang baik. Tapi, ternyata kamu saja dengan perempuan lain. Sama-sama murahan dan mata duitan," tuding Edward.

Nana seketika terdiam. Kejadian semalam berusaha ia ingat.

Ya, memang benar jika dirinya sempat merayu Edward tadi malam. Tapi, bukankah itu hal yang wajar? Pasalnya, mereka memang sangat dekat, dan terkesan saling menyukai satu sama lain.

Bahkan, Edward sudah meminta Nana untuk menjadi kekasihnya sejak satu minggu yang lalu. Namun, Nana belum memberi jawaban apapun karena tahu bahwa Edward belum bisa melupakan perempuan yang menjadi masa lalunya.

"Aku kecewa sama kamu, Na!" kata Edward.

Dia turun dari ranjang. Memunguti pakaiannya satu persatu kemudian memakainya dengan cepat.

"Sebaiknya, kamu buang saja mimpi kamu jauh-jauh! Aku memang penerus keluarga Huston. Tapi, aku nggak akan bisa kasih kamu status sebagai Nyonya kaya. Perusahaan keluargaku sudah hampir bangkrut!"

Jelas, Nana sangat syok setelah mendengar perkataan Edward. Jadi, laki-laki itu mengira bahwa dia hanya mengincar harta semata dari sosok Edward?

"Apa kamu pikir, aku ingin bersama kamu, hanya karena harta?" tanya Nana dengan suara serak.

"Apalagi?" sahut Edward. "Kamu bukan perempuan pertama yang melakukan trik murahan seperti ini, Na! Sudah banyak perempuan mata duitan yang pernah mencobanya. Sayangnya, yang berhasil cuma kamu karena aku nggak pernah berpikir kalau kamu akan sama seperti mereka."

"Tapi, aku sama sekali nggak membius kamu, Kak Edward!"

"Jangan bohong!" hardik Edward marah. "Kalau bukan kamu, siapa lagi, hah? Padahal, aku benar-benar jatuh cinta sama kamu, Na! Tapi, kamu benar-benar bikin aku jadi kecewa!"

"Sumpah, Kak! Aku...."

"Kenakan pakaian kamu!" titah Edward sembari melemparkan pakaian Nana keatas pangkuan gadis muda itu.

"Dan, anggap saja kalau semua ini nggak pernah terjadi!" lanjut Edward yang langsung berlalu meninggalkan Nana begitu saja.

*

Dua bulan pun berlalu. Ketika Nana masih berusaha untuk melupakan kejadian hari itu, dia justru menemui sebuah kenyataan bahwa dirinya sedang hamil.

Dengan segenap kecemasan dan ketakutan yang ada, Nana akhirnya memberanikan diri untuk mendatangi Edward kembali.

Sayangnya, pria itu malah menolak untuk bertanggung jawab. Dia malah meminta Nana untuk melakukan aborsi.

"Gugurkan bayi itu! Saya nggak ada waktu untuk mengurusi hal sepele semacam ini di masa depan! Perusahaan saya sedang terancam bangkrut! Itu jauh lebih penting dibanding keberadaan janin yang nggak pernah saya inginkan!"

"Aku bisa bantu kamu untuk membangkitkan perusahaan kamu kembali," sahut Nana dengan keberanian yang tersisa.

Mendengar itu, Edward langsung tertawa mencemooh. Memangnya, seorang gadis yang baru saja lulus sekolah menengah atas, bisa apa?

"Jangan bicara sembarangan, Rihanna! Memangnya, kamu siapa, hah? Berapa banyak uang yang kamu miliki sehingga dengan percaya dirinya kamu mengatakan bisa membantu saya?"

"Aku memang nggak punya banyak uang. Tapi, Papaku punya," jawab Nana bersemangat.

Dia tak mau menanggung malu dengan hamil tanpa suami. Nama baik Ayahnya pasti akan tercoreng.

Edward mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia berpikir, bahwa Nana hanya sedang membuang-buang waktunya.

"3,5 triliun. Apa kamu bisa memberi saya sebanyak itu? Kalau iya, saya bersedia menikah dengan kamu!"

Nana mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Baiklah! Besok, aku akan kabari kamu."

Saat itu, Edward tidak menganggap serius ucapan Nana. Apalagi, setelah tiga hari berlalu, Nana masih belum datang juga untuk menemuinya lagi.

Namun, di hari keempat, Edward dikejutkan dengan kedatangan James Howarts, seorang pengusaha nomor satu di kotanya.

Pria itu datang dengan membawa uang sejumlah 3,5 triliun sebagai bentuk pinjaman dan juga selembar kertas perjanjian yang hanya Edward dan James saja yang tahu apa isinya.

"Tepati janjimu! Kamu harus menikahi putriku!" pesan James sebelum pergi dari perusahaan Edward hari itu.

Dan, pernikahan pun akhirnya dilaksanakan. Edward baru tahu bahwa Nana telah mengambil langkah yang sangat besar demi bisa bersama dirinya.

Tanpa sepengatahuan Edward, Nana bersedia meninggalkan keluarga Howarts sebagai syarat dari sang Ayah jika tetap bersikeras menikah dengan Edward.

Jadi, sejak mereka menikah hingga sekarang, Nana sudah tak pernah berhubungan lagi dengan sang Ayah yang memang sangat menentang pernikahan putrinya itu.

Alasannya cukup jelas. James tak mau memiliki menantu yang berbeda level.

Penderitaan Nana pun dimulai dari sini. Memang benar, jika Edward sangat royal kepadanya. Jejeran perhiasan, pakaian, tas, bahkan sepatu mewah, benar-benar memenuhi seluruh isi lemarinya.

Namun, Edward tak pernah memperlakukan Nana layaknya seorang istri. Edward selalu menganggap Nana sebagai benalu yang selalu menempel kepadanya.

Hingga akhirnya, Nana keguguran akibat tekanan mental yang selalu Edward berikan.

Perusahaan Edward akhirnya kembali berjaya ditahun kedua mereka menikah. Dan, disaat itu pulalah, Silva yang dulu pergi kini malah kembali.

"Tolong kembalikan Edward kepadaku, Nana! Sejak awal, kami memang ditakdirkan untuk bersama," pinta Silva suatu hari kepada Nana.

Namun, Nana menolak permintaan perempuan licik itu. Dan, fitnah-fitnah Silva yang semakin membuat Edward membenci Nana perlahan mulai ditebar sedikit demi sedikit hingga Nana hampir gila karena tak bisa mempertahankan suaminya disisinya.

Ia hanya istri diatas kertas. Nana hanya dianggap sebagai istri pajangan.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!