Seorang Dewa yang menjadi Petugas Keamanan

Kirana mengajak Arjuna ke sebuah warung makan sederhana di pinggir jalan. Meja-meja kayu yang dipenuhi pelanggan, aroma makanan yang menggugah selera, dan suara piring beradu menciptakan suasana khas pagi di Jakarta.

Arjuna masih tampak ragu saat duduk di kursi plastik yang menurutnya terlalu sederhana dibandingkan kemegahan meja makan di Gunung Meru. Namun, matanya tak lepas dari piring-piring yang dihidangkan di sekelilingnya.

"Kau belum pernah makan makanan manusia, kan?" Kirana tersenyum kecil sambil memesan dua porsi nasi uduk dan segelas teh manis.

Arjuna mengangkat alis dengan sikap arogan. "Makanan manusia tampak... biasa saja."

Kirana tertawa pelan. "Kau akan terkejut."

Beberapa saat kemudian, makanan mereka tiba. Nasi uduk yang hangat dengan taburan bawang goreng, ayam goreng renyah, tahu, tempe, dan sambal yang menggoda. Arjuna memandangnya sejenak sebelum akhirnya mengambil satu suap.

Begitu makanan menyentuh lidahnya, mata Arjuna sedikit membesar. Rasanya... lebih lezat dari yang ia duga. Ia berusaha menyembunyikan keterkejutannya, tapi Kirana sudah menyadarinya.

"Biasa saja?" goda Kirana.

Arjuna menelan makanannya dengan anggun dan menjawab datar, "Lumayan."

Kirana hanya terkekeh lalu mengaduk teh manisnya. Beberapa saat kemudian, ia menatap kosong ke arah jalan raya, seolah mengingat sesuatu.

"Dulu aku mahasiswa kedokteran," ucapnya tiba-tiba.

Arjuna menatapnya dengan sedikit tertarik. "Kedokteran?"

Kirana mengangguk. "Ya. Aku ingin menjadi dokter. Ingin menyelamatkan nyawa, membantu orang-orang yang membutuhkan. Aku selalu berpikir bahwa itu tujuan hidupku."

Ia berhenti sejenak, menghela napas panjang sebelum melanjutkan. "Tapi dunia ini kejam, Arjuna. Hidup tidak selalu berjalan seperti yang kita rencanakan."

Arjuna diam, menunggu Kirana melanjutkan.

"Orang tuaku meninggal ketika aku masih kuliah. Ayahku seorang buruh pabrik, ibuku seorang pedagang kecil. Mereka bekerja keras untuk membiayai kuliahku, tapi suatu hari... kecelakaan terjadi. Mereka pergi begitu saja, meninggalkanku sendirian."

Arjuna melihat sekilas ekspresi Kirana yang berusaha tegar, tapi ada luka yang jelas terlihat di matanya.

"Aku mencoba bertahan. Aku bekerja siang malam untuk membayar kuliah, tapi uang yang kuterima tidak cukup. Hutang mulai menumpuk. Pada akhirnya, aku terpaksa berhenti dan menjalani hidup yang lebih keras dari yang pernah kubayangkan."

Kirana tersenyum pahit. "Dunia ini tidak adil, Arjuna. Seseorang bisa bekerja keras, memiliki impian besar, tapi tetap jatuh ke dalam jurang kemiskinan hanya karena takdir tidak berpihak padanya."

Arjuna terdiam. Ia memang belum memahami sepenuhnya bagaimana kerasnya kehidupan manusia, tapi cerita Kirana menyentuh sesuatu dalam dirinya.

"Dan sekarang?" tanya Arjuna.

Kirana menyesap tehnya. "Sekarang aku hanya mencoba bertahan. Hidup dari hari ke hari. Bekerja serabutan, melakukan apa saja yang bisa kulakukan untuk tetap hidup."

Arjuna menatap Kirana lebih lama. Untuk pertama kalinya, ia merasa ada sesuatu yang lebih penting daripada hanya sekadar kekuatan atau kehormatan.

Dunia manusia mungkin tidak seperti Gunung Meru—tidak penuh dengan kejayaan, tidak dipenuhi dengan keabadian. Tapi ada sesuatu yang lebih nyata di sini: perjuangan, pengorbanan, dan keinginan untuk bertahan.

Arjuna tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya melanjutkan makannya dalam diam, merenungkan semua yang baru saja ia dengar.

Setelah menyelesaikan sarapan mereka, Kirana dan Arjuna melanjutkan perjalanan ke tempat kerja Kirana. Arjuna masih memperhatikan suasana Jakarta yang ramai di pagi hari—kemacetan, klakson kendaraan yang bersahut-sahutan, orang-orang berlalu lalang dengan wajah penuh ekspresi kesibukan.

Arjuna tidak mengatakan apa pun, tapi matanya menangkap setiap detail. Ini dunia yang sangat berbeda dari Gunung Meru—penuh dengan manusia yang terburu-buru, saling berebut waktu dan kesempatan.

"Ini tempat kerjamu?" Arjuna bertanya ketika mereka tiba di sebuah gedung perkantoran yang cukup besar.

Kirana mengangguk. "Ya, aku bekerja di sini sebagai asisten administrasi. Aku akan mencoba berbicara dengan bosku. Mungkin dia bisa memberimu pekerjaan."

Mereka memasuki gedung, dan begitu mereka tiba di lantai kantor, semua perhatian langsung tertuju pada mereka—lebih tepatnya, pada Arjuna.

Para pegawai, terutama para wanita, langsung terdiam sesaat begitu melihat pria tinggi, berambut panjang dengan wajah yang begitu tampan dan karismatik itu. Mata mereka membelalak, beberapa bahkan saling berbisik.

"Astaga... siapa itu?"

"Gila, cakep banget!"

"Kayak dewa... beneran dewa."

Arjuna, yang terbiasa dengan pujian dan kekaguman, hanya menatap mereka dengan ekspresi angkuh. Senyum tipis penuh percaya diri terukir di wajahnya.

Salah satu rekan kerja Kirana, seorang wanita muda bernama Rina, langsung menghampiri mereka. "Kirana... siapa pria ini?" tanyanya dengan nada penuh rasa ingin tahu.

Kirana sedikit canggung. "Dia... teman baru."

Rina memandang Arjuna dari ujung kepala hingga ujung kaki, lalu tersenyum genit. "Halo, nama aku Rina. Kamu siapa?"

Arjuna menatapnya dengan tajam, lalu menjawab dengan penuh percaya diri, "Aku Arjuna."

Nama itu terdengar asing bagi mereka, tetapi pesona Arjuna begitu kuat sehingga mereka tidak terlalu peduli. Beberapa wanita lain mulai mendekat, berusaha mencari cara untuk berbicara dengannya.

"Arjuna, kamu dari mana?"

"Sudah lama kenal Kirana?"

"Kamu model, ya?"

Arjuna menoleh ke Kirana dengan tatapan penuh kemenangan. "Sepertinya manusia di sini masih tahu bagaimana menghormati seorang dewa."

Kirana memutar matanya. "Bukan hormat. Itu karena kamu terlalu tampan."

Arjuna tersenyum sombong. "Hasil yang sama."

Sementara itu, para pria di kantor mulai memperhatikan situasi dengan ekspresi kesal. Salah satu dari mereka, seorang pria dengan kemeja ketat bernama Aldi, berbisik kepada temannya. "Lelaki macam apa ini? Baru datang sudah jadi pusat perhatian."

Kirana menarik lengan Arjuna dan berbisik, "Sudah cukup. Kita harus menemui bosku."

Arjuna mengangkat bahu dan mengikuti Kirana menuju ruang kerja atasan Kirana, meninggalkan sekelompok wanita yang masih terpesona dan pria-pria yang merasa tersaingi.

Kirana mengetuk pintu dengan ragu sebelum akhirnya membukanya. Di dalam, seorang pria paruh baya dengan kacamata tebal dan perut sedikit buncit sedang duduk di balik meja kerjanya. Wajahnya serius, dengan kerutan di dahinya yang menandakan pengalaman panjang dalam dunia bisnis.

Pak Darmono, atasan Kirana, mengangkat kepalanya dan menatap keduanya dengan penasaran. "Kirana? Ada apa? Dan siapa pria ini?"

Kirana menarik napas dalam. "Pak, saya ingin memperkenalkan Arjuna. Dia... teman saya yang sedang mencari pekerjaan."

Pak Darmono mengamati Arjuna dengan seksama, alisnya sedikit terangkat. "Arjuna, ya?" Ia menyandarkan punggungnya ke kursi. "Dari mana asalmu?"

Arjuna, masih dengan sikap angkuhnya, menatap Pak Darmono dengan mata tajam. "Aku berasal dari tempat yang jauh di atas dunia ini."

Pak Darmono mengerutkan dahi, bingung dengan jawaban itu. "Hah?"

Kirana langsung menyela, "Maksudnya, dia berasal dari luar kota. Dia belum lama di Jakarta."

Pak Darmono mengangguk pelan, tapi tetap terlihat skeptis. "Punya pengalaman kerja sebelumnya?"

Arjuna melipat tangannya di dada. "Aku seorang pejuang. Aku sudah bertarung di banyak medan, melawan musuh yang bahkan namanya tidak layak disebut."

Pak Darmono memicingkan mata. "Maksudmu, kamu seorang petarung?"

Kirana buru-buru menyikut Arjuna sebelum dia bicara lebih jauh. "Maksudnya, dia sangat disiplin dan pekerja keras, Pak. Saya yakin dia bisa diandalkan."

Pak Darmono menghela napas. "Hmmm… kamu punya keahlian apa?"

Arjuna berpikir sejenak. "Aku ahli dalam strategi, kepemimpinan, dan pertarungan."

Pak Darmono mengangkat alisnya. "Pertarungan?"

Arjuna mengangguk bangga. "Aku bisa mengalahkan sepuluh prajurit dalam waktu singkat, bahkan dalam kondisi terborgol."

Pak Darmono mengerutkan dahi lebih dalam, sementara Kirana menahan napas, berharap bosnya tidak menganggap Arjuna sebagai orang gila.

Akhirnya, Pak Darmono menghela napas panjang. "Baiklah, aku tidak tahu seberapa hebat keterampilan bertarungmu, tapi aku bisa memberimu pekerjaan sebagai petugas keamanan sementara. Gajinya tidak besar, tapi cukup untuk hidup."

Arjuna menatapnya, agak tersinggung. "Petugas keamanan?"

Kirana buru-buru menyikutnya lagi dan berbisik, "Terima saja dulu, daripada tidak ada kerjaan sama sekali!"

Setelah berpikir sejenak, akhirnya Arjuna mengangguk dengan enggan. "Baiklah. Aku akan menerima tantangan ini."

Pak Darmono mengangguk. "Bagus. Mulai besok, kamu bisa datang dan bekerja. Jangan buat masalah."

Kirana tersenyum lega. "Terima kasih, Pak Darmono!"

Saat mereka keluar dari ruangan, Arjuna masih terlihat tidak puas. "Petugas keamanan? Itu jauh dari takdirku sebagai penguasa perang."

Kirana menepuk bahunya sambil tersenyum. "Selamat datang di dunia manusia, Arjuna."

Di puncak Gunung Meru, di dalam istana megah yang berdiri kokoh di antara awan dan cahaya mistis, Dewa Arka Dewa duduk di singgasana emasnya. Sorot matanya tajam, memperhatikan sebuah artefak berbentuk cermin berkilauan yang melayang di udara di depannya. Artefak ini bukan benda biasa—ini adalah Cakra Nawasena, mata para dewa yang mampu menembus ruang dan waktu, memperlihatkan apa yang terjadi di alam manusia.

Di dalam pantulan artefak itu, terlihat sosok Arjuna yang berjalan di tengah hiruk-pikuk Kota Jakarta, wajahnya penuh kebingungan dan sedikit kesombongan. Arka Dewa mengamati dengan seksama saat putranya berinteraksi dengan manusia, mencoba memahami kehidupan yang jauh berbeda dari kemewahan Gunung Meru.

Dewi Laksmi berjalan mendekat, jubah emasnya berkilauan di bawah cahaya istana. "Kau masih terus mengawasinya?" tanyanya lembut, berdiri di samping suaminya.

Arka Dewa menghela napas berat. "Dia masih angkuh, masih sombong. Tapi... dia mulai memahami arti kehilangan. Kehidupan di dunia manusia akan mengajarkannya lebih banyak hal daripada yang bisa kita katakan."

Dewi Laksmi menatap cermin itu, melihat Arjuna yang kini duduk bersama seorang wanita manusia bernama Kirana. "Dia tidak sendiri. Ada seseorang di sisinya."

Arka Dewa mengangguk. "Mungkin ini bagian dari takdirnya. Tapi aku tidak bisa membiarkan dia sepenuhnya lepas dari pengawasanku."

Episodes
1 Dewa Yang Sombong
2 Sang Dewa Turun Di Jakarta
3 Di selamatkan Oleh Manusia
4 Emosi yang Tidak bisa Di bendung
5 Sebuah Kepercayaan
6 Ketegangan di Gunung Meru
7 Rasa Sakit Hati dan Rencana Pembalasan
8 Arjuna Memulai Hari Di Dunia Manusia
9 Seorang Dewa yang menjadi Petugas Keamanan
10 Rencana Licik Nakula
11 Perasaan Arjuna
12 Wanita yang di cintai Arjuna
13 Kekacauan di jakarta
14 Empat Saudara Arjuna
15 Makna dan Hikmah yang di dapatkan Arjuna
16 Melatih Kekuatan
17 Nasehat Orang Tua
18 Kedatangan Agen The Vault
19 Pertemuan Arjuna dan Nakula
20 Sebuah Penyesalan
21 Kekacauan Oleh Andi Wijaya
22 Nyala Harapan Di Tengah Kekacauan
23 Hukuman dari Arjuna
24 Jejak Pertarungan
25 Rencana Nakula dan pertemuan para dewa
26 Tawaran Menjadi Model
27 Perasaan Cinta
28 Kontrak menjadi Model
29 Masa lalu Arjuna dan Kumala
30 Arjuna membuka hati nya kembali
31 Langkah Baru Arjuna
32 Sebuah Ide Kirana
33 Kekuatan Arjuna Kembali
34 Pengalaman Kirana dan Bara yang sangat luar biasa
35 Saudara yang jatuh
36 Kebencian Nakula semakin dalam
37 Ancaman yang segera di mulai
38 Kekacauan yang mengerikan
39 Harapan baru tiba
40 Melindungi warga
41 Kekuatan Penuh Arjuna
42 Cinta yang saling terungkap
43 Rasa Cemburu
44 Rapat di Pertahanan Nasional
45 Kedatangan Anak Dewi Amaterasu ke Gunung Meru
46 Pertemuan Arjuna dan Hikarimaru
47 Ambisi Kirana dan Bara
48 Pertemuan Arjuna dan Dewi Amaterasu
49 Perjalanan Ke lembah
50 Pertarungan Dengan Waktu
51 Kebangkitan Yamata No Orochi
52 Serangan Dahsyat
53 Gandiva
54 Kemenangan yang penuh arti
55 Perpisahan
56 Kelahiran Nihraziel The Eclipse
57 Ujian Untuk Para Dewa dan Iblis
58 Hikamaru VS Nihraziel
59 Pertemuan Arjuna dan Nihraziel
60 Musuh yang sangat Rumit
61 Nihraziel vs Ranggasura
62 Kedatangan Nihraziel di Sidang Langit
63 Cermin para Dewa
64 Sidang para Iblis
65 Awal Perang besar
66 Rencana Nihraziel dan Arjuna
67 Pertempuran akan di mulai
68 Nihraziel yang brutal dan sadis
69 Ras Iblis Vs Ras Dewa
70 Nihraziel menjadi Sekutu
71 Nihraziel Solo Player
72 Hasil Sidang Langit
73 Awal Ancaman baru
74 Perasaan Cinta yang Mulai Tumbuh Dalam Hati Dewi Athena
75 Kehangatan Manusia dan Dewa
76 Kecantikan Athena
77 Terjebak Di Antara Dewi dan Manusia
78 Makna dari Cinta
79 Kebohongan dan Fitnah Iblis
80 Kemunculan Bataraguru
81 Sebuah Konflik yang makin memanas
82 Kebangkitan Gor'Malekth
83 Kekalahan para dewa
84 Dampak yang sangat mengerikan
85 Rahasia di Antartika
86 Benua Celestia Divina
87 Ujian Di Celestia Divina
88 kekuatan Baru Arjuna
89 Penyerangan dengan kekuatan baru
90 Waktu yang terus berulang ulang
91 Kedatangan Dua Superhero
92 Kembali nya para dewa dan dewi
93 Ancaman Dari Kelompok Evil God
94 Kemunculan Nasha Valeriya
95 Si Tampan Vs Si Birahi
96 Kekalahan pertama oleh pria
97 Curhatan Seorang Nasha
98 Penyembuhan dari sang dewa
99 Mimpi Yang Indah
100 Pertemuan Nasha dengan Bara
101 Rencana Kencan Bara dan Nasha
102 Ketidakhadiran Si Bungsu
103 Dewi Seni Musik
104 Kehangatan Keluarga
105 Sang Dewi Seni Musik beraksi
106 Hikmah yang di ambil oleh seorang Dewi Seni Musik
107 Kehadiran Nakula
108 Rencana Ayah mengunjungi anak anak nya
109 Kedatangan Orang Tua
110 Pelajaran Dari Dunia Manusia
111 Sebuah janji dan harapan
112 Berita ancaman baru
113 Kemunculan Ahool
114 Rencana menangkap Ahool
115 Tiba di Tasikmalaya
116 Nginap Di rumah Pak Umar
117 Dewa Juga Beribadah
118 Ketegangan dalam Hutan
119 Serangan Ahool
120 Pembebasan Jiwa Jiwa yang Terikat
121 Misi selesai
122 Tiba di rumah tempat paling nyaman
Episodes

Updated 122 Episodes

1
Dewa Yang Sombong
2
Sang Dewa Turun Di Jakarta
3
Di selamatkan Oleh Manusia
4
Emosi yang Tidak bisa Di bendung
5
Sebuah Kepercayaan
6
Ketegangan di Gunung Meru
7
Rasa Sakit Hati dan Rencana Pembalasan
8
Arjuna Memulai Hari Di Dunia Manusia
9
Seorang Dewa yang menjadi Petugas Keamanan
10
Rencana Licik Nakula
11
Perasaan Arjuna
12
Wanita yang di cintai Arjuna
13
Kekacauan di jakarta
14
Empat Saudara Arjuna
15
Makna dan Hikmah yang di dapatkan Arjuna
16
Melatih Kekuatan
17
Nasehat Orang Tua
18
Kedatangan Agen The Vault
19
Pertemuan Arjuna dan Nakula
20
Sebuah Penyesalan
21
Kekacauan Oleh Andi Wijaya
22
Nyala Harapan Di Tengah Kekacauan
23
Hukuman dari Arjuna
24
Jejak Pertarungan
25
Rencana Nakula dan pertemuan para dewa
26
Tawaran Menjadi Model
27
Perasaan Cinta
28
Kontrak menjadi Model
29
Masa lalu Arjuna dan Kumala
30
Arjuna membuka hati nya kembali
31
Langkah Baru Arjuna
32
Sebuah Ide Kirana
33
Kekuatan Arjuna Kembali
34
Pengalaman Kirana dan Bara yang sangat luar biasa
35
Saudara yang jatuh
36
Kebencian Nakula semakin dalam
37
Ancaman yang segera di mulai
38
Kekacauan yang mengerikan
39
Harapan baru tiba
40
Melindungi warga
41
Kekuatan Penuh Arjuna
42
Cinta yang saling terungkap
43
Rasa Cemburu
44
Rapat di Pertahanan Nasional
45
Kedatangan Anak Dewi Amaterasu ke Gunung Meru
46
Pertemuan Arjuna dan Hikarimaru
47
Ambisi Kirana dan Bara
48
Pertemuan Arjuna dan Dewi Amaterasu
49
Perjalanan Ke lembah
50
Pertarungan Dengan Waktu
51
Kebangkitan Yamata No Orochi
52
Serangan Dahsyat
53
Gandiva
54
Kemenangan yang penuh arti
55
Perpisahan
56
Kelahiran Nihraziel The Eclipse
57
Ujian Untuk Para Dewa dan Iblis
58
Hikamaru VS Nihraziel
59
Pertemuan Arjuna dan Nihraziel
60
Musuh yang sangat Rumit
61
Nihraziel vs Ranggasura
62
Kedatangan Nihraziel di Sidang Langit
63
Cermin para Dewa
64
Sidang para Iblis
65
Awal Perang besar
66
Rencana Nihraziel dan Arjuna
67
Pertempuran akan di mulai
68
Nihraziel yang brutal dan sadis
69
Ras Iblis Vs Ras Dewa
70
Nihraziel menjadi Sekutu
71
Nihraziel Solo Player
72
Hasil Sidang Langit
73
Awal Ancaman baru
74
Perasaan Cinta yang Mulai Tumbuh Dalam Hati Dewi Athena
75
Kehangatan Manusia dan Dewa
76
Kecantikan Athena
77
Terjebak Di Antara Dewi dan Manusia
78
Makna dari Cinta
79
Kebohongan dan Fitnah Iblis
80
Kemunculan Bataraguru
81
Sebuah Konflik yang makin memanas
82
Kebangkitan Gor'Malekth
83
Kekalahan para dewa
84
Dampak yang sangat mengerikan
85
Rahasia di Antartika
86
Benua Celestia Divina
87
Ujian Di Celestia Divina
88
kekuatan Baru Arjuna
89
Penyerangan dengan kekuatan baru
90
Waktu yang terus berulang ulang
91
Kedatangan Dua Superhero
92
Kembali nya para dewa dan dewi
93
Ancaman Dari Kelompok Evil God
94
Kemunculan Nasha Valeriya
95
Si Tampan Vs Si Birahi
96
Kekalahan pertama oleh pria
97
Curhatan Seorang Nasha
98
Penyembuhan dari sang dewa
99
Mimpi Yang Indah
100
Pertemuan Nasha dengan Bara
101
Rencana Kencan Bara dan Nasha
102
Ketidakhadiran Si Bungsu
103
Dewi Seni Musik
104
Kehangatan Keluarga
105
Sang Dewi Seni Musik beraksi
106
Hikmah yang di ambil oleh seorang Dewi Seni Musik
107
Kehadiran Nakula
108
Rencana Ayah mengunjungi anak anak nya
109
Kedatangan Orang Tua
110
Pelajaran Dari Dunia Manusia
111
Sebuah janji dan harapan
112
Berita ancaman baru
113
Kemunculan Ahool
114
Rencana menangkap Ahool
115
Tiba di Tasikmalaya
116
Nginap Di rumah Pak Umar
117
Dewa Juga Beribadah
118
Ketegangan dalam Hutan
119
Serangan Ahool
120
Pembebasan Jiwa Jiwa yang Terikat
121
Misi selesai
122
Tiba di rumah tempat paling nyaman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!