Rasa Sakit Hati dan Rencana Pembalasan

Di tengah malam di Gunung Meru, Dewa Nakula berdiri di balkon istananya, memandang ke langit dunia manusia. Tatapan matanya tajam, bibirnya menyunggingkan senyum samar yang sulit diartikan.

"Arjuna... saudaraku yang paling dikasihi ayah," gumamnya pelan, suaranya nyaris seperti bisikan yang hanya didengar oleh angin. "Sejak dulu, semua mata tertuju padamu. Semua harapan ayah ada padamu. Tapi lihatlah sekarang... kau dilemparkan ke dunia manusia seperti sampah."

Tangannya mengepal kuat, angin malam berhembus liar di sekelilingnya. Nakula selalu berada di bayang-bayang Arjuna. Meskipun dirinya adalah dewa angin yang memiliki kecepatan dan kelincahan luar biasa, ia merasa tidak pernah dianggap setara.

"Aku bisa lebih baik darimu, Arjuna," desisnya. "Dan aku akan membuktikannya."

Nakula menutup matanya sejenak, merasakan arus angin yang berputar di sekelilingnya. Ia bisa dengan mudah turun ke dunia manusia, mencari Arjuna, dan… mengakhiri segalanya.

"Kalau kau mati di dunia manusia, maka kau akan dilupakan selamanya. Tidak ada yang akan merindukanmu. Tidak ada yang akan mengangkatmu kembali ke Gunung Meru."

Senyum licik terukir di wajahnya. Ia tidak perlu terburu-buru. Arjuna sekarang tidak memiliki kekuatan apa pun. Ia hanya manusia biasa yang mungkin bahkan tidak bisa bertahan lama.

"Aku akan membuat perjalananmu di dunia manusia menjadi lebih sulit, saudaraku," bisiknya. "Dan saat kau jatuh dalam keputusasaan… aku akan datang untuk mengakhiri penderitaanmu."

Nakula berdiri di tepi balkon, tatapannya menerawang ke langit malam yang dipenuhi bintang. Dalam heningnya, ingatan masa lalu kembali menyeruak—saat-saat di mana Arjuna meremehkannya dengan kesombongan dan keangkuhan yang selalu menjadi ciri khasnya.

Kenangan di Masa Lalu

Di halaman utama Istana Gunung Meru, para dewa muda tengah berlatih bertarung. Suara dentingan senjata dan hembusan angin sakti memenuhi udara. Di tengah arena, Arjuna berdiri tegak dengan senyum percaya diri, pedangnya berkilat diterangi cahaya langit.

Nakula berdiri di hadapannya, napasnya memburu setelah menghindari beberapa serangan cepat Arjuna. Ia mencoba menyesuaikan ritme pertarungan, mencari celah untuk menyerang balik.

"Kau lambat, Nakula," ejek Arjuna dengan nada meremehkan. "Bagaimana kau bisa menyebut dirimu Dewa Angin jika kau bahkan tidak bisa menyentuhku?"

Nakula menggeram, mencoba menahan emosinya. Dengan satu hentakan kaki, ia melesat cepat, tubuhnya seperti angin kencang yang berputar mengelilingi Arjuna. Ia yakin bisa mengelabui kakaknya kali ini.

Namun, dengan satu gerakan ringan namun penuh presisi, Arjuna mengayunkan pedangnya. Udara bergetar, dan dalam sekejap Nakula terlempar ke belakang, tubuhnya membentur tanah dengan keras.

Sorakan terdengar dari para dewa lain yang menonton. Arjuna mengibaskan rambutnya dengan sombong, lalu menatap Nakula yang masih berusaha bangkit.

"Kau terlalu gegabah," kata Arjuna dengan tawa kecil. "Kecepatanmu tidak ada artinya jika kau tidak tahu cara menggunakannya dengan baik."

Nakula mengepalkan tangannya, menahan rasa sakit lebih pada harga dirinya yang terluka daripada tubuhnya yang memar.

"Aku hanya butuh kesempatan," bisiknya.

Arjuna tertawa lebih keras kali ini. "Kesempatan? Bahkan jika aku memberimu seribu tahun, kau tetap tidak akan bisa mengalahkanku!"

Nakula menatap kakaknya dengan penuh kebencian yang mulai membara di dadanya. Saat itu, ia tidak bisa berkata apa-apa, hanya bisa menahan rasa frustrasi yang membakar.

Kembali ke Masa Kini

Di atas balkon, Nakula membuka matanya, kembali ke realitas. Tangannya mengepal erat, kukunya hampir menembus kulit telapak tangannya sendiri.

"Sekarang, Arjuna," bisiknya penuh dendam. "Kau yang berada di bawah. Kau yang lemah. Dan aku... aku akan memastikan kau tidak pernah bisa bangkit kembali."

Angin berdesir kencang di sekelilingnya, seakan merespon emosi yang membuncah dalam dirinya. Nakula sudah membuat keputusan—ia akan turun ke dunia manusia dan memastikan Arjuna merasakan kehancuran yang pernah ia rasakan dulu.

Sinar matahari pagi menyelinap masuk melalui celah jendela kecil ruangan itu, menerangi debu-debu yang melayang di udara. Arjuna mengerjapkan matanya, kesadarannya perlahan kembali setelah tidur yang panjang.

Ia merasakan sesuatu yang asing—tidur tanpa kasur emas, tanpa pelayan yang siap memenuhi kebutuhannya, tanpa kemewahan yang biasa ia nikmati di Gunung Meru. Yang ada hanyalah sebuah kasur tipis, udara pengap, dan suara kendaraan dari luar yang menggema.

Arjuna menghela napas panjang, duduk di atas ranjang sambil memijat pelipisnya. Tubuhnya masih terasa berat. Ketiadaan kekuatannya membuatnya seperti manusia biasa—lemah, rapuh, dan tanpa daya.

Tiba-tiba, pintu terbuka. Bara masuk dengan membawa dua bungkus nasi dan dua botol air mineral. Di belakangnya, Kirana menyusul dengan rambut yang masih sedikit berantakan.

"Akhirnya bangun juga, Dewa," kata Bara dengan nada sarkasme, melemparkan sebungkus nasi ke arah Arjuna yang dengan mudah ditangkapnya.

Arjuna menatapnya dengan kesal. "Beraninya kau melempar sesuatu ke arahku, manusia rendahan?"

Bara hanya terkekeh, sementara Kirana duduk di kursi dekat meja kecil di sudut ruangan.

"Kalau kau benar seorang dewa, mungkin sekarang kau sudah membakarku dengan petir atau mengangkatku dengan kekuatanmu, bukan?" Bara menyeringai.

Arjuna mengepalkan tangan, namun ia tahu Bara benar. Ia hanya bisa menatap bungkus nasi di tangannya dengan kesal.

"Makanlah," kata Kirana, berusaha meredakan ketegangan. "Kau butuh energi kalau mau bertahan di dunia ini."

Arjuna mendengus, tetapi perutnya berbunyi sebelum ia sempat membalas. Dengan enggan, ia membuka bungkus nasi itu dan mulai makan.

Bara menyandarkan tubuhnya ke tembok, mengamati Arjuna yang makan dengan lahap. "Jadi, apa rencanamu sekarang? Mau duduk di sini selamanya sampai kekuatan dewa-mu kembali?"

Arjuna menelan makanannya, menatap mereka berdua dengan mata tajam. "Aku harus kembali ke Gunung Meru. Aku harus membuktikan pada Ayahku bahwa aku layak."

Kirana menatapnya dengan ragu. "Dan bagaimana caranya? Kau bahkan tidak tahu di mana Gunung Meru berada di dunia manusia ini."

Arjuna terdiam. Itu benar. Ia tidak memiliki petunjuk sama sekali tentang bagaimana cara kembali.

Bara menatapnya dengan serius kali ini. "Dengar, Arjuna. Kau mungkin berasal dari tempat lain, tapi sekarang kau ada di sini. Dan di sini, dunia tidak berjalan sesuai keinginanmu. Kalau kau mau bertahan, kau harus belajar hidup seperti manusia biasa."

Arjuna mengepalkan tangannya dengan kuat. Kehidupan manusia biasa? Itu adalah sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam pikirannya. Namun, saat ini, ia tidak punya pilihan lain.

Kirana tersenyum tipis. "Mungkin kita bisa mulai dengan mencari tahu lebih banyak tentang Gunung Meru di dunia ini. Kalau memang benar itu tempat asalmu, pasti ada sesuatu yang bisa kita temukan."

Arjuna masih tidak suka dengan semua ini, tetapi untuk pertama kalinya, ia merasa sedikit lebih terbuka dengan gagasan bahwa ia harus bertahan di dunia manusia lebih lama dari yang ia harapkan.

Arjuna masih duduk bersandar di dinding, menyelesaikan makanannya dengan ekspresi datar. Ia masih tidak terbiasa dengan rasa makanan manusia biasa—terlalu sederhana dibandingkan hidangan surgawi di Gunung Meru. Namun, perutnya yang kosong memaksa dirinya untuk menerima kenyataan bahwa inilah yang bisa ia dapatkan sekarang.

Bara meneguk air mineralnya sebelum menatap Arjuna. "Dengar, Dewa, atau siapa pun kau ini, ada sesuatu yang perlu kau pahami kalau kau ingin bertahan di dunia ini."

Arjuna hanya meliriknya sekilas, sementara Kirana ikut menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan tangan bersedekap.

"Di dunia ini," lanjut Bara, "tidak ada yang diberikan begitu saja. Kau harus bekerja untuk mendapatkan sesuatu, entah itu makanan, tempat tinggal, atau bahkan rasa hormat."

Arjuna mendengus. "Kerja? Seorang dewa tidak bekerja. Aku terlahir untuk diperintah, bukan untuk menjadi buruh."

Bara terkekeh sinis. "Ya, dan lihat sekarang di mana kau berada? Tanpa kekuatan, tanpa pengikut, bahkan tanpa tahu bagaimana caranya bertahan hidup. Di sini, siapa yang punya uang, dia yang berkuasa. Para pejabat, para orang kaya, mereka bisa melakukan apa pun yang mereka mau. Dan sebagian besar dari mereka tidak peduli dengan orang-orang di bawah mereka."

Kirana menatap Arjuna dengan serius. "Banyak pemimpin di dunia ini yang korup, mereka memanfaatkan kekuasaan mereka untuk keuntungan sendiri. Orang miskin makin miskin, sementara mereka yang berkuasa hidup dalam kemewahan."

Arjuna mengernyit. "Jadi di dunia ini, tidak ada hukum dan keadilan?"

Kirana menghela napas. "Ada, tapi sering kali hanya berpihak pada mereka yang punya kekuatan dan pengaruh. Polisi? Pemerintah? Beberapa memang baik, tapi sebagian besar hanya bekerja untuk orang-orang yang membayar mereka."

Bara melanjutkan, "Di tempat ini, kalau kau tidak punya uang atau kekuasaan, kau bukan siapa-siapa. Kau bisa mati di jalanan dan tidak ada yang peduli. Dunia ini lebih kejam dari yang kau kira."

Arjuna mendengar semua itu dengan wajah yang semakin mengeras. Ia mulai menyadari bahwa dunia manusia jauh lebih brutal dan penuh ketidakadilan dibandingkan yang ia bayangkan.

"Lalu, bagaimana manusia bertahan?" tanyanya akhirnya.

Kirana tersenyum tipis. "Dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang berjuang dengan bekerja keras, ada yang menyerah pada sistem, dan ada juga yang melawan."

Arjuna terdiam, matanya menatap kosong ke lantai. Selama ini, ia selalu percaya bahwa kekuatan adalah segalanya. Tapi di dunia ini, kekuatan bukan sekadar fisik—uang dan pengaruh adalah senjata yang lebih kuat.

Bara menatapnya dengan serius. "Jadi, kalau kau ingin tetap hidup di sini, kau harus belajar. Belajar bagaimana dunia ini bekerja, belajar bagaimana bertahan tanpa kekuatanmu, dan mungkin… belajar bagaimana menjadi lebih dari sekadar dewa yang jatuh."

Arjuna mengepalkan tangannya, hatinya terasa semakin berat. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa benar-benar kecil di dunia yang tidak ia mengerti.

Episodes
1 Dewa Yang Sombong
2 Sang Dewa Turun Di Jakarta
3 Di selamatkan Oleh Manusia
4 Emosi yang Tidak bisa Di bendung
5 Sebuah Kepercayaan
6 Ketegangan di Gunung Meru
7 Rasa Sakit Hati dan Rencana Pembalasan
8 Arjuna Memulai Hari Di Dunia Manusia
9 Seorang Dewa yang menjadi Petugas Keamanan
10 Rencana Licik Nakula
11 Perasaan Arjuna
12 Wanita yang di cintai Arjuna
13 Kekacauan di jakarta
14 Empat Saudara Arjuna
15 Makna dan Hikmah yang di dapatkan Arjuna
16 Melatih Kekuatan
17 Nasehat Orang Tua
18 Kedatangan Agen The Vault
19 Pertemuan Arjuna dan Nakula
20 Sebuah Penyesalan
21 Kekacauan Oleh Andi Wijaya
22 Nyala Harapan Di Tengah Kekacauan
23 Hukuman dari Arjuna
24 Jejak Pertarungan
25 Rencana Nakula dan pertemuan para dewa
26 Tawaran Menjadi Model
27 Perasaan Cinta
28 Kontrak menjadi Model
29 Masa lalu Arjuna dan Kumala
30 Arjuna membuka hati nya kembali
31 Langkah Baru Arjuna
32 Sebuah Ide Kirana
33 Kekuatan Arjuna Kembali
34 Pengalaman Kirana dan Bara yang sangat luar biasa
35 Saudara yang jatuh
36 Kebencian Nakula semakin dalam
37 Ancaman yang segera di mulai
38 Kekacauan yang mengerikan
39 Harapan baru tiba
40 Melindungi warga
41 Kekuatan Penuh Arjuna
42 Cinta yang saling terungkap
43 Rasa Cemburu
44 Rapat di Pertahanan Nasional
45 Kedatangan Anak Dewi Amaterasu ke Gunung Meru
46 Pertemuan Arjuna dan Hikarimaru
47 Ambisi Kirana dan Bara
48 Pertemuan Arjuna dan Dewi Amaterasu
49 Perjalanan Ke lembah
50 Pertarungan Dengan Waktu
51 Kebangkitan Yamata No Orochi
52 Serangan Dahsyat
53 Gandiva
54 Kemenangan yang penuh arti
55 Perpisahan
56 Kelahiran Nihraziel The Eclipse
57 Ujian Untuk Para Dewa dan Iblis
58 Hikamaru VS Nihraziel
59 Pertemuan Arjuna dan Nihraziel
60 Musuh yang sangat Rumit
61 Nihraziel vs Ranggasura
62 Kedatangan Nihraziel di Sidang Langit
63 Cermin para Dewa
64 Sidang para Iblis
65 Awal Perang besar
66 Rencana Nihraziel dan Arjuna
67 Pertempuran akan di mulai
68 Nihraziel yang brutal dan sadis
69 Ras Iblis Vs Ras Dewa
70 Nihraziel menjadi Sekutu
71 Nihraziel Solo Player
72 Hasil Sidang Langit
73 Awal Ancaman baru
74 Perasaan Cinta yang Mulai Tumbuh Dalam Hati Dewi Athena
75 Kehangatan Manusia dan Dewa
76 Kecantikan Athena
77 Terjebak Di Antara Dewi dan Manusia
78 Makna dari Cinta
79 Kebohongan dan Fitnah Iblis
80 Kemunculan Bataraguru
81 Sebuah Konflik yang makin memanas
82 Kebangkitan Gor'Malekth
83 Kekalahan para dewa
84 Dampak yang sangat mengerikan
85 Rahasia di Antartika
86 Benua Celestia Divina
87 Ujian Di Celestia Divina
88 kekuatan Baru Arjuna
89 Penyerangan dengan kekuatan baru
90 Waktu yang terus berulang ulang
91 Kedatangan Dua Superhero
92 Kembali nya para dewa dan dewi
93 Ancaman Dari Kelompok Evil God
94 Kemunculan Nasha Valeriya
95 Si Tampan Vs Si Birahi
96 Kekalahan pertama oleh pria
97 Curhatan Seorang Nasha
98 Penyembuhan dari sang dewa
99 Mimpi Yang Indah
100 Pertemuan Nasha dengan Bara
101 Rencana Kencan Bara dan Nasha
102 Ketidakhadiran Si Bungsu
103 Dewi Seni Musik
104 Kehangatan Keluarga
105 Sang Dewi Seni Musik beraksi
106 Hikmah yang di ambil oleh seorang Dewi Seni Musik
107 Kehadiran Nakula
108 Rencana Ayah mengunjungi anak anak nya
109 Kedatangan Orang Tua
110 Pelajaran Dari Dunia Manusia
111 Sebuah janji dan harapan
112 Berita ancaman baru
113 Kemunculan Ahool
114 Rencana menangkap Ahool
115 Tiba di Tasikmalaya
116 Nginap Di rumah Pak Umar
117 Dewa Juga Beribadah
118 Ketegangan dalam Hutan
119 Serangan Ahool
120 Pembebasan Jiwa Jiwa yang Terikat
121 Misi selesai
122 Tiba di rumah tempat paling nyaman
123 Ancaman Cindaku
124 Panggilan dari Nusantara Bagian Barat
125 Menuju Sumatra
126 Tiba Di Markas Guavara
127 Persiapan mencari Cindaku
128 Tiba Di Candi Muaro Jambi
129 Amarah Arjuna
130 Jejak Nakula
131 Perpisahan dengan Pejuang Sumatra
132 Sebuah Tim yang akan di bentuk
133 Perasaan ke Olympus
134 Pertemuan Anak para dewa
135 Mereka Yang Terpilih
136 Arjuna Akan Kembali
Episodes

Updated 136 Episodes

1
Dewa Yang Sombong
2
Sang Dewa Turun Di Jakarta
3
Di selamatkan Oleh Manusia
4
Emosi yang Tidak bisa Di bendung
5
Sebuah Kepercayaan
6
Ketegangan di Gunung Meru
7
Rasa Sakit Hati dan Rencana Pembalasan
8
Arjuna Memulai Hari Di Dunia Manusia
9
Seorang Dewa yang menjadi Petugas Keamanan
10
Rencana Licik Nakula
11
Perasaan Arjuna
12
Wanita yang di cintai Arjuna
13
Kekacauan di jakarta
14
Empat Saudara Arjuna
15
Makna dan Hikmah yang di dapatkan Arjuna
16
Melatih Kekuatan
17
Nasehat Orang Tua
18
Kedatangan Agen The Vault
19
Pertemuan Arjuna dan Nakula
20
Sebuah Penyesalan
21
Kekacauan Oleh Andi Wijaya
22
Nyala Harapan Di Tengah Kekacauan
23
Hukuman dari Arjuna
24
Jejak Pertarungan
25
Rencana Nakula dan pertemuan para dewa
26
Tawaran Menjadi Model
27
Perasaan Cinta
28
Kontrak menjadi Model
29
Masa lalu Arjuna dan Kumala
30
Arjuna membuka hati nya kembali
31
Langkah Baru Arjuna
32
Sebuah Ide Kirana
33
Kekuatan Arjuna Kembali
34
Pengalaman Kirana dan Bara yang sangat luar biasa
35
Saudara yang jatuh
36
Kebencian Nakula semakin dalam
37
Ancaman yang segera di mulai
38
Kekacauan yang mengerikan
39
Harapan baru tiba
40
Melindungi warga
41
Kekuatan Penuh Arjuna
42
Cinta yang saling terungkap
43
Rasa Cemburu
44
Rapat di Pertahanan Nasional
45
Kedatangan Anak Dewi Amaterasu ke Gunung Meru
46
Pertemuan Arjuna dan Hikarimaru
47
Ambisi Kirana dan Bara
48
Pertemuan Arjuna dan Dewi Amaterasu
49
Perjalanan Ke lembah
50
Pertarungan Dengan Waktu
51
Kebangkitan Yamata No Orochi
52
Serangan Dahsyat
53
Gandiva
54
Kemenangan yang penuh arti
55
Perpisahan
56
Kelahiran Nihraziel The Eclipse
57
Ujian Untuk Para Dewa dan Iblis
58
Hikamaru VS Nihraziel
59
Pertemuan Arjuna dan Nihraziel
60
Musuh yang sangat Rumit
61
Nihraziel vs Ranggasura
62
Kedatangan Nihraziel di Sidang Langit
63
Cermin para Dewa
64
Sidang para Iblis
65
Awal Perang besar
66
Rencana Nihraziel dan Arjuna
67
Pertempuran akan di mulai
68
Nihraziel yang brutal dan sadis
69
Ras Iblis Vs Ras Dewa
70
Nihraziel menjadi Sekutu
71
Nihraziel Solo Player
72
Hasil Sidang Langit
73
Awal Ancaman baru
74
Perasaan Cinta yang Mulai Tumbuh Dalam Hati Dewi Athena
75
Kehangatan Manusia dan Dewa
76
Kecantikan Athena
77
Terjebak Di Antara Dewi dan Manusia
78
Makna dari Cinta
79
Kebohongan dan Fitnah Iblis
80
Kemunculan Bataraguru
81
Sebuah Konflik yang makin memanas
82
Kebangkitan Gor'Malekth
83
Kekalahan para dewa
84
Dampak yang sangat mengerikan
85
Rahasia di Antartika
86
Benua Celestia Divina
87
Ujian Di Celestia Divina
88
kekuatan Baru Arjuna
89
Penyerangan dengan kekuatan baru
90
Waktu yang terus berulang ulang
91
Kedatangan Dua Superhero
92
Kembali nya para dewa dan dewi
93
Ancaman Dari Kelompok Evil God
94
Kemunculan Nasha Valeriya
95
Si Tampan Vs Si Birahi
96
Kekalahan pertama oleh pria
97
Curhatan Seorang Nasha
98
Penyembuhan dari sang dewa
99
Mimpi Yang Indah
100
Pertemuan Nasha dengan Bara
101
Rencana Kencan Bara dan Nasha
102
Ketidakhadiran Si Bungsu
103
Dewi Seni Musik
104
Kehangatan Keluarga
105
Sang Dewi Seni Musik beraksi
106
Hikmah yang di ambil oleh seorang Dewi Seni Musik
107
Kehadiran Nakula
108
Rencana Ayah mengunjungi anak anak nya
109
Kedatangan Orang Tua
110
Pelajaran Dari Dunia Manusia
111
Sebuah janji dan harapan
112
Berita ancaman baru
113
Kemunculan Ahool
114
Rencana menangkap Ahool
115
Tiba di Tasikmalaya
116
Nginap Di rumah Pak Umar
117
Dewa Juga Beribadah
118
Ketegangan dalam Hutan
119
Serangan Ahool
120
Pembebasan Jiwa Jiwa yang Terikat
121
Misi selesai
122
Tiba di rumah tempat paling nyaman
123
Ancaman Cindaku
124
Panggilan dari Nusantara Bagian Barat
125
Menuju Sumatra
126
Tiba Di Markas Guavara
127
Persiapan mencari Cindaku
128
Tiba Di Candi Muaro Jambi
129
Amarah Arjuna
130
Jejak Nakula
131
Perpisahan dengan Pejuang Sumatra
132
Sebuah Tim yang akan di bentuk
133
Perasaan ke Olympus
134
Pertemuan Anak para dewa
135
Mereka Yang Terpilih
136
Arjuna Akan Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!