Sementara di kediaman Bagaskara tampak seorang wanita paruh baya sedang berbincang dengan putranya yang baru saja pulang dari kantor.
"Kapan kamu akan menikah nak? Mommy dan Daddy sudah ingin mempunyai cucu dari kamu" pertanyaan yang sama yang selalu di lontarkan Mommy Agneta pada putranya.
"Mom, aku belum mau menikah! Jangan memaksaku! " Aldrich sedikit meninggikan suaranya.
"Aldrich!! Mommy Agneta membentak putranya. "Kali ini kamu jangan membantah lagi. Pokoknya, setelah Mommy dan Daddy kembali dari Indonesia, kamu harus mengenalkan calon istri kamu kepada kami. Kalau tidak, kami yang akan mencarikan calon istri untukmu. Paham!! " suara Mommy Agneta sudah meninggi menandakan ia sudah tidak bisa lagi mengontrol emosinya.
"Mom, kenapa selalu memaksaku? Aku bukan anak kecil lagi! "
"Mau sampai kapan kamu seperti ini nak? Semua itu sudah lama berlalu, jangan menyiksa dirimu sendiri seperti ini" suara Mommy Agneta sudah melunak, karena ia tau apa penyebab anaknya tidak mau menikah sampai saat ini. Padahal usianya sudah memasuki kepala tiga dan sudah memegang perusahaan besar.
"Sayang, sudah jangan terlalu memaksanya. Nanti kalau dia sudah bertemu dengan takdirnya, dia juga akan menikah" Daddy Aiden tiba-tiba muncul dari dalam kamar.
"Tapi Mas, Aldrich sudah pantas menikah. Aku juga sudah ingin mempunyai cucu darinya"
"Ahh, sudahlah Mom, aku sangat lelah dan mengantuk" Aldrich langsung pergi meninggalkan kedua orang tuanya dan masuk ke dalam kamar.
"Lihat Mas, anak itu tidak ada sopannya kepada orang tua. Main pergi saja, padahal kita belum selesai bicara" Mommy Agneta mengomeli anaknya yang sudah berada di dalam kamar.
"Sudah sayang, sudah ayo kita istirahat. Besok pagi kita harus berangkat ke Indonesia untuk melihat keadaan Ibuk" Daddy Aiden berusaha menenangkan istrinya yang sudah mengamuk. Mommy Agneta terpaksa mengalah dan mengikuti suaminya ke kamar.
Sementara Aldrich langsung menghempaskan tuhuhnya ke ranjang king size miliknya. Tubuh dan pikirannya sudah sangat lelah hari ini. Apalagi, kalau bukan karena permintaan Ibunya yang selalu memaksanya untuk segera menikah. Tak lama ia segera tertidur, saking lelahnya.
Paginya ia terbangun karena sinar matahari yang menerpa wajahnya. Ia segera bangkit dari tempat tidur dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Ia mengguyur seluruh tubuhnya dengan air dan segera menyelesaikan aktivitas nya di dalam sana. Selesai mandi, dia segera bersiap-siap untuk pergi ke kantor.
"Pagi Mommy, pagi Daddy " sapanya, seperti tidak pernah terjadi apa-apa semalam. "Nanti Mom and Dad pesawat jam berapa? " tanya Aldrich setelah mendaratkan tubuhnya di kursi ruang makan.
"Nanti Mommy dan Daddy pakai jet pribadi nak. Karena Nenekmu sudah sudah sangat ingin bertemu dengan kami" jawab Daddy Aiden. "Apa kamu mau ikut ke Indonesia nak? " tanya Daddy Aiden dan menatap putranya yang duduk di hadapannya.
"Aku ingin ikut Daddy, tapi hari ini aku ada pertemuan penting dengan client" Aldrich segera memakan sarapannya.
"Iya, tidak masalah nak. Nenekmu juga baik-baik saja"
"Jangan lupa apa yang Mommy katakan semalam?" Mommy Agneta akhirnya bicara dan langsung membuat suasana hati Aldrich kacau.
"Mom.. " Aldrich segera berdiri dan meninggalkan ruang makan. Mommy Agneta langsung geleng-geleng kepala melihat sikap putranya itu. Aldrich yang sedang kesal langsung melajukan kendaraannya menuju kantor dengan kecepatan tinggi.
*******
Rania baru saja selesai siap-siap setelah sebelumnya ia memasak sarapan untuk keluarga Paman Reynand. Ia menggeret kopernya dan segera berpamitan kepada Paman Reynand dan Vanessa. Semalam Rania sudah mencari apartment untuk ia tinggali, sehingga dia bisa meletakkan kopernya disana. Setelah mengunci pintu apartment nya, ia segera berangkat menuju kantor.
Saat akan menyebrang jalan untuk menaiki taxi yang sudah dipesanya. Ia hampir saja di tabrak oleh mobil yang sedang melaju kencang. Untung saja pengemudi itu langsung menginjak pedal rem, sehingga ia tidak jadi ditabrak.
"Hei Nona, kalau jalan hati-hati. Kamu mau mati hah! " seorang laki-laki mengeluarkan kepalanya dari dalam dan membentak Rania.
"Maafkan saya Tuan, saya sedang buru-buru. Jadi tidak memperhatikan sekitar" suaranya bergetar karena masih kaget setelah hampir ditabrak.
"Ya sudah! Cepat minggir! " laki-laki itu langsung melajukan mobilnya, setelah Rania menyingkir ke tepi jalan. "Sungguh menyusahkan!" gerutu Aldrich dan terus melajukan mobil menuju kantornya.
Rania masih berdiri mematung di pinggir jalan. Ia masih sangat shock hari pertama kerja sudah mendapat kejadian tidak terduga seperti itu. Ia kembali menyebrang setelah melihat jalanan sepi, karena supir taxi masih menunggu dirinya.
"Anda baik-baik saja Nona?" tanya supir taxi setelah Rania masuk ke dalam mobilnya.
"Iya, saya baik-baik saja. Kita berangkat saja Pak, karena saya sudah hampir terlambat" kemudian ia mengatur napasnya yang masih belum normal setelah kejadian yang baru saja menimpanya.
Sampai di kantor, Rania segera turun dari taxi setelah membayarnya. Ia langsung masuk karena sudah telat 5 menit.
"Rania.., kenapa terlambat? " seorang wanita menghampiri dirinya yang baru saja masuk ke dalam kantor. Dia adalah Samantha, manager di perusahaan itu.
"Maaf kan saya Nona Samantha, saya tadi hampir di tabrak oleh seseorang. Makanya saya sedikit terlambat. Lain kali saya tidak akan terlambat lagi" Rania mengenal wanita itu, karena kemaren sudah sempat berkenalan.
"Santai saja Rania, kamu tidak perlu minta maaf. Tadi saya hanya bertanya, setelah ini kita meeting dengan pimpinan ya. Karena akan ada proyek yang kita tangani dengan client kita dari perusahaan Bagaskara Group" jelas Samantha.
"Baiklah Nona" mereka segera menuju ruang meeting sebelum ke perusahaan Bagaskara Group. Setelah menyelesaikan meeting dengan atasanya, Rania dan dua orang rekannya segera meninggalkan ruang meeting.
"Good luck Rania" ucap Samantha sebelum Rania meninggalkan kantor.
"Thank you Samantha, aku pergi dulu" Rania dan timnya segera menuju perusahaan Bagaskara Group.
Rania langsung takjub dengan gedung perkantoran milik keluarga Bagaskara tersebut. Ia dan 2 orang rekannya segera memasuki gedung perkantoran itu dan menghampiri receptionist.
"Permisi Nona, saya Rania dari Buckingham Consultant" sapa Rania saat sudah berada di depan meja receptionist.
"Baiklah Nona, tunggu sebentar saya akan menghubungi sekeretaris President Direktur" salah satu staff receptionist segera mengangkat gagang telphon yang ada di mejanya.
"Silahkan Nona, langsung saja ke lantai 32" ucap receptionist tersebut.
"Baiklah, terimakasih" Rania segera beranjak dari depan meja menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai 32.
"Apa anda gugup Nona Rania?" tanya Robert saat mereka sudah berada di dalam lift, karena melihat raut wajah Rania yang sedikit tegang.
"Ahh iya, aku gugup sekali" Rania berulang kali menarik napasnya untuk mentralkan kegugupan yang ia rasakan.
"Relax Nona Rania, anda pasti bisa" kali ini George yang bicara. Ya, Rania memang memiliki tim yang semuanya laki-laki.
Mereka sudah berada di lantai 32 dan segera keluar dari dalam lift. Rania melangkah menuju ke tempat sekretaris Presdir berada.
"Permisi Nona, saya Rania dari Buckingham Consultant" Rania tersenyum ramah.
"Iya Nona, mari ikut saya" Sekerektaris Presdir berjalan mendahului mereka menuju ruang meeting di lantai tersebut. "Silahkan masuk Nona dan Tuan-tuan, saya permisi dulu" Sekereteris itu segera meninggalkan mereka.
Rania, Robert dan George segera memasuki ruangan tersebut. Disana sudah ada seorang lelaki yang duduk menunggu mereka. Mereka segera duduk di kursi yang sudah tersedia di ruangan tersebut.
"Selamat siang Tuan, saya Rania konsultan dari Buckingham Consultant dan dua orang rekan saya Robert dan George" Rania menyodorkan tangannya kepada laki-laki itu.
"Selamat siang Nona, saya Adhlino Malven asistennya Tuan Aldrich. Saat ini Presdir sedang tidak bisa diganggu, jadi sebaiknya Nona diskusi dengan saya saja" Adhlino menjabat tangan perempuan di depannya.
"Baiklah Tuan Adhlino, tidak masalah jika memang saat ini Tuan Aldrich tidak bisa bertemu dengan kami. Semoga dipertemuan berikutnya beliau bisa hadir" Rania segera mendaratkan tubuhnya di kursi dan mulai membuka berkas-berkas yang sudah ia persiapkan sebelumnya. Karena saat ini mereka akan menangani proyek di bidang market research yang diminta oleh Bagaskara Group.
"Oh iya, boleh saya lihat data-data perusahaannya Tuan Adhlino" pinta Rania pada asisten Aldrich.
"Ini Nona, silahkan di baca dan dipahami" Adhlino menyerahkan apa yang diminta Rania. Rania dengan serius membaca berkas yang baru saja diterimanya. Sesekali ia akan bertanya pada Adhlino.
.
.
.
.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Dirah Guak Kui
ini bukannya Perusahaan peria yg hampir menabrak Rania ya😕😕😕😕😕😕😕😕
2020-11-18
6
Joanne March⚘
nyicil baca 4 chapter dulu yaa & sudah ku bom 4 like sekaligus+rate 5 untukmu
jangan lupa beri vote di lapakku saat mampir nanti yaa😉terima kasih
2020-09-28
6
Joanne March⚘
jejak like ke 4
2020-09-28
1