Lei Nan menghela napas panjang, matanya masih menatap pria di depannya. Han Guang, pria dengan bekas luka panjang di wajahnya, telah memberikan pernyataan yang mengusik pikirannya—takdirnya akan ditentukan dalam satu tahun. Namun, sebelum ia bisa mengajukan lebih banyak pertanyaan, Han Guang tampak memutuskan untuk memberi sedikit kejelasan.
"Kau pasti penasaran," kata Han Guang sambil kembali duduk di bangku kayu dekat tungku. Api kecil di dalamnya berkedip-kedip, menerangi wajahnya yang terlihat serius. "Di mana kau sekarang, kenapa kau ada di sini, dan yang terpenting... apa yang menantimu ke depan."
Lei Nan mengangguk pelan. Ia menunggu, tidak ingin menyela.
Han Guang menatapnya sejenak, lalu mulai berbicara.
"Tempat ini bukanlah dunia yang kau kenal." Ia mengambil ranting kecil, mengaduk bara dalam tungku. "Ini adalah Dimensi Hutan Langit, sebuah dunia yang berbeda dari dunia asalmu. Di sini, hukum alam jauh lebih keras, dan hanya yang kuat yang bisa bertahan."
Lei Nan menyipitkan mata. "Dimensi lain?"
Han Guang mengangguk. "Tempat ini diciptakan oleh seorang ahli kuno yang kekuatannya melampaui batas yang bisa kau bayangkan. Awalnya, dimensi ini dibuat sebagai tempat pelatihan, tetapi seiring berjalannya waktu, ia berkembang menjadi dunia yang mandiri."
Lei Nan merasa pikirannya berputar.
Han Guang melanjutkan, "Kau pasti berpikir ini hanya tempat biasa. Tapi percayalah, bahkan seekor serangga di sini memiliki tingkat kultivasi yang lebih tinggi daripada kebanyakan manusia di duniamu."
Lei Nan terdiam.
"Kau berada di ranah Inti Emas, bukan?" Han Guang bertanya dengan nada ringan, tetapi di telinga Lei Nan, pertanyaan itu terdengar seperti pukulan keras.
"Ya," jawab Lei Nan akhirnya. "Aku baru mencapai Inti Emas Awal."
Han Guang tertawa kecil, tetapi tidak ada kehangatan dalam tawanya. "Kalau begitu, kau pasti akan terkejut mengetahui bahwa di sini, bahkan hewan biasa banyak yang sudah mencapai tingkat itu."
Lei Nan menegang.
Di dunianya, seorang kultivator Inti Emas dianggap sebagai eksistensi yang luar biasa. Bahkan di Aula Informasi, salah satu organisasi terbesar yang memiliki lebih dari seratus ribu anggota, hanya ada puluhan orang yang telah mencapai ranah itu. Namun di sini…
"Apakah kau sedang bercanda?" tanya Lei Nan, mencoba memastikan.
Han Guang menggeleng. "Aku tidak punya alasan untuk bercanda dalam situasi seperti ini. Percayalah, jika kau menganggap dirimu kuat hanya karena mencapai Inti Emas, maka kau akan mati sebelum sempat melihat apa yang menantimu satu tahun dari sekarang."
Kata-kata itu membuat bulu kuduk Lei Nan berdiri.
Ia mengepalkan tangannya.
Dunia ini… berbeda. Terlalu berbeda.
"Kau ingin tahu kenapa kau ada di sini?" Han Guang bertanya lagi.
Lei Nan mengangguk.
Han Guang terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Karena kau memiliki sesuatu yang tidak seharusnya kau miliki."
Lei Nan menahan napas.
"Aku tidak bisa memberitahumu apa itu sekarang," lanjut Han Guang. "Tapi satu hal yang pasti—kau sedang diawasi. Dan jika kau tidak cukup kuat dalam satu tahun ke depan, kau akan mati."
Dingin menyelimuti dada Lei Nan.
Han Guang bangkit, berjalan ke rak kayu di sudut ruangan. Ia menarik sebuah kitab tua dengan sampul yang sudah mulai mengelupas dan membawanya ke tempat Lei Nan duduk.
"Ambil ini," katanya sambil menyerahkan kitab itu.
Lei Nan menerimanya dengan kedua tangan. Tulisan di sampulnya sudah memudar, tetapi ia masih bisa membaca namanya—
"Tinju Sembilan Petir."
"Teknik ini adalah satu-satunya kesempatanmu," kata Han Guang dengan nada serius. "Jika kau tidak bisa menguasainya dengan sempurna dalam satu tahun, maka lupakan saja rencana untuk bertahan hidup."
Lei Nan membuka kitab itu perlahan. Halaman pertamanya berisi diagram posisi tangan dan aliran energi yang harus diikuti. Ia menelusuri tulisan kuno yang terukir di dalamnya.
"Aku harus menguasainya sampai sempurna?" Lei Nan bertanya.
Han Guang mengangguk. "Benar. Tidak ada jalan pintas. Tidak ada kemudahan. Jika kau ingin bertahan, kau harus berlatih lebih keras daripada siapapun yang pernah kau kenal."
Lei Nan menggigit bibirnya.
Ia tahu teknik tingkat tinggi tidak mudah untuk dikuasai. Bahkan dalam dunia asalnya, seorang kultivator bisa menghabiskan puluhan tahun hanya untuk menyempurnakan satu jurus.
Satu tahun...
Itu waktu yang terlalu singkat.
Han Guang seakan bisa membaca pikirannya. "Aku hanya akan menjadi pengamat. Keberhasilan atau kegagalanmu bergantung padamu sendiri."
Lei Nan menatapnya.
"Selama kau berada di sini, kau bisa melakukan apapun," lanjut Han Guang. "Tapi ingat satu hal—jika kau mati di dimensi ini, kau benar-benar mati. Tidak akan ada yang bisa membawamu kembali."
Lei Nan mengangguk pelan.
Pikirannya masih berkecamuk.
Satu tahun...
Dimensi ini...
Teknik ini...
Dan orang-orang yang mengawasinya...
Terlalu banyak pertanyaan, tetapi hanya ada satu jawaban yang pasti—ia tidak punya pilihan selain bertahan dan menjadi lebih kuat.
Ia mengepalkan tangannya, menatap kitab di pangkuannya.
"Terima kasih tuan, untuk kebaikanmu," ucap Lei Nan mengkatupkan tanganya ke arah Han Guang.
"Hahaha, itu semua sudah takdir nak, " ucap Han Guang tersenyum kecil.
Tak lama kemudian Han Guang berdiri dan pergi dari ruangan itu meninggalkan Lei Nan yang sendirian di ruangan itu.
Perlahan Lei Nan mulai membuka kitab tinju sembilan guntur, diterangkan di sana jika teknik ini sangat berbahaya dan memiliki persyaratan yang sulit salah satunya pengguna harus sudah berada di tingkat inti emas, karena qi yang di gunakan nya sangat banyak.
"Hmmm, teknik ini hanya memiliki gerakan dasar, tapi setiap energi harus di salurkan dengan benar jika tidak tangan penggunanya akan meledak, " batin Lei Nan membaca peringatan pada kitab itu.
Lei Nan segera membalik kitab itu, teknik ini memiliki sembilan gerakan, tinju petir bumi tingkat pertama dari teknik ini yang bisa menguncang bumi dengan radius 1000 km jika teknik ini bisa di capai dengan sempurna.
"Sungguh teknik yang mengerikan, dan jika tingkat pertama sudah semengerikan ini bagaimana selanjutnya, " batin Lei Nan.
Perlahan dia mencoba bangkit dari tidurnya dan segera bersikap Lotus, karena dirinya tidak memiliki waktu banyak dia harus segera pulih jika tidak, tidak ada yang tahu apa yang menantinya kedepanya.
Perlahan energi masuk kedalam tubuhnya namun energi ini begitu murni sampai-sampai Lei Nan bisa membandingkan kualitas energi disini dengan di dunianya yang bagaikan langit dan bumi.
"Sungguh energi yang murni, aku bisa memperkirakan aku selama satu tahun di sini mungkin bisa mencapai puncak ranah inti emas, " ucap Lei Nan senang.
Namun selama masa meditasinya dirinya di kejutkan dengan suara yang sudah sangat lama dirinya tidak dengar.
"Nak cepatlah masuk kedalam cicin...... "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Arifin Djiwang
apa masih lanjut ya?
2025-04-14
0
Degar Garnika
berlatih..... lanjuuuttt
2025-05-03
0
𝑨𝒓𝒊𝒇 𝑩𝒊𝒎𝒂
jangan dilanjut thor
2025-04-16
0