Zira sangat fokus mengejakan desainnya sampai dia merasa sangat lapar. Zira berniat mengerjakan nya sambil makan. Karena di samping mejanya juga sudah tersedia sekotak nasi dari restoran terkenal. Selesai makan Zira ke toilet. Sebenarnya di ruangan Refan ada toilet hanya saja Zira merasa pengap dan ingin sekalian mencari udara segar di bawah.
“bukannya pak Refan ada pertemuan?” salah satu pegawai wanita bertanya dengan Zira
“iya.”Zira
“terus kenapa kamu masih di sini. Bukannya sekretaris harus ikut bosnya ke mana pun” sambung pegawai wanita itu lagi.
“sepertinya tidak harus. Lagian Refan sudah di temani Kianu ”Zira
“enggak sopan banget lu panggil nama sama bos lu” menjambak rambut Zira
“lepasi sakit ”jerit Zira lalu membalas jambakan wanita itu.
“sudah-sudah” pegawai wanita lain memisahkan mereka.
“awas lu ya. Jangan sementang mentang karena Pak Dipta ada membentengi mu terus bisa sesuka hati di sini.”
“jangan asal bicara. Pak dipta tidak pernah membentengi ku.” Bentak Zira
“lihat aja sebentar lagi pasti lu di pecat. Sekarang aja sudah kelihatan kalau lu itu sudah di asingkan pak Refan untuk di buang” pergi meninggalkan Zira yang masih mematung mendengar ucapan karyawan wanita itu.
Zira kembali ke ruangan Refan dan kembali mengerjakan desainnya. Walaupun pikirannya masih berkutat pada kata di buang.
“memangnya aku rongsokan sampai di buang segala” celoteh Zira
Tanpa Zira sadari apa yang di lakukan Zira di ruangan Refan selalu di pantau Refan bahkan Refan lebih fokus melihat rekaman Cctv yang terhubung di HP-nya.
“kenapa dia terlihat kesal” Refan
“bukan pak refan saya Cuma..” perwakilan Pt.Sj.
“saya tidak bicara dengan anda. Silakan di lanjutkan saya dan wakil saya akan mendengarkan” Refan
Refan dan kianu sudah di mobil menuju kantor. Tret..treet Suara telepon Refan. “halo pi"
“nanti malam mami kamu mau Diner bareng kamu.” Pak Dipta
“Tadi refan sudah teleponan dengan mami tapi mami tidak ada bilang apa pun” Refan
“mami barusan bilang ke papi untuk kabari kamu. Jangan lupa pulang kerja langsung ke rumah ya. Tidak ada alasan tidak datang” Pak Dipta
“apa Raya pulang?” Refan. Tapi teleponnya sudah di matikan pak Dipta.
“Raya pulang fan?” Kianu senyum senang
“Bukan urusan mu adik aku pulang atau tidak.” Refan menyenderkan kepalanya dan menutup mata.
“siap bos” Kianu
“awas aja kalau aku jadi adik ipar lu. Gue balas” Batin Kianu
Refan dan kianu masuk ke ruangan refan dan melihat zira yang masih mengerjakan program.
“udah sampai mana ra” Kianu menghampiri Zira
“aku hanya ubah desainnya. Pak Refan tidak mau lihat” Zira melihat ke arah Refan yang berjalan ke kursinya.
Inilah kelebihan Zira dia bisa menutupi rasa tidak sukanya kalau di depan orang lain. Walau pun dengan ekspresi wajah yang kurang bersahabat.
“menurutku desainnya sempurna” Kianu.
Refan menghampiri Zira dan duduk di sampingnya.
“kamu sama sekali tidak mengubah programnya? “ Refan sambil melihat kode di layar laptopnya
“enggak” Zira
“kenapa. Apa Kianu tidak memberi tahu mu untuk memperbaiki programnya ” Refan
“Kianu bilang kok. Tapi aku takut merusak hasil kerja mu” Zira
“kalau rusakan bisa di perbaiki lagi” Refan
“seperti hubungan kalian kan fan haha” Kianu menahan tawanya
Refan dan Zira hanya diam tidak merespons Kianu.
“Refan itu orang yang gampang di tebak mood nya. Nah Sekarang dia lagi merasa canggung di dekat lu ra haha.” Kianu
“jangan sok tau” Refan melempar kotak tisu ke arah Kianu namun mampu di tangkap Kianu.
“itu tandanya dia sedang jatuh cinta. Karena baru kali ini Refan gelagat nya kayak gini.” Kianu
“sepertinya lu belahan jiwa Refan ya. Bisa memahami isi hatinya” Zira
Refan tersenyum menahan ketawa.
“bukan gitu ra. Belahan jiwanya itu..” namun perkataan Kianu terpotong
“silakan lanjutkan kerja mu. ”Refan
“tapi aku..”Kianu
“keluar sekarang atau gaji lu gue potong ”Refan
“ok bos.. gue keluar. Nanti kita sambung lagi ya ra” Kianu mengedipkan matanya.
Zira tertawa melihat tingkah Kianu “sesenang itu lihat dia kedipkan mata ke kamu” kesal Refan
“haha.. bukan. Itu karena kalian lucu tau. Sepertinya persahabatan kalian sangat kuat” Zira yang masih tertawa.
Refan tersenyum melihat Zira sebahagia itu.
“apa dengan Dimas kalian gini juga. Karna kan jarang bertemu” Zira
“mungkin. Biasanya Dimas sering mampir kesini tapi belakangan ini aku larang” Refan
“kenapa? ”Zira
“jangan tanya alasannya kenapa” Refan
“sayang banget padahal Dimas itu teman curhat yang baik. Aku boleh minta nomornya?” Zira
“enggak” Refan.
“hmm. Jadi gimana” Zira
“apanya” ketus Refan
“yang aku kerjakan ini lah. Kamu punya kepribadian ganda ya. Sebentar bentak dan marah enggak jelas. Sebentar nafsu lu keluar. Sebentar lembut banget. Kalau gitu saya permisi keluar dari ruangan tuan Refan yang terhormat” Zira bangkit dari duduknya keluar dari ruangan Refan.
Refan mengusap wajahnya dengan kasar.
•••
“kenapa kamu baru datang fan” Bu Lia
Terlihat mami papi Refan yang sudah duduk di meja makan. Dan seorang wanita yaitu Zira.
“ada yang perlu di selesaikan mi” Refan.
“kamu kenap di sini” sambung Refan lagi.
“huus.. tidak sopan kamu Bertanya seperti itu” Bu Lia.
“Papi mami yang undang fan. Karena setelah pertemuan di acara perusahaan waktu itu kami belum pernah jumpa lagi” Pak Dipta
“acara perusahaan?” Refan.
“iya. Waktu itu kamu tidak bisa datang fan” Bu Lia
“kok kamu gak cerita” Refan
“bukan nya aku sudah pernah bilang kalau sudah pernah bertemu dengan papi mami kamu.” Zira
“belum. Kamu Cuma bilang kalau papi sahabatnya ayah kamu” Refan
“hahah.. sepertinya kalian akrab ya” pak Dipta
“tidak juga om” Zira
“dulu kami teman Sma pi” Refan
“tapi di Cv. zira bukan lulusan sekolah yang sama dengan mu ”pak Dipta
“kelas 2 Zira pindah om” Zira
“hmm kalau boleh tau kenapa kamu pindah” bu Lia
“itu rahasia mi” Refan
“Hmm kok kamu yang jawab sih.” Bu Lia mengerutkan dahinya
“ya sudah ayo sayang di makan. Tante masak ini khusus buat kamu” sambung bu Lia
“iya.. Terima kasih tante” Zira
“oya.. tante boleh tanya sesuatu tidak” bu Lia
“boleh dong tante” Zira
“kamu sudah punya pacar?” bu Lia
“hem.. be..lum” Zira
“kalau calon suami” bu Lia
“Tidak ada tante. Zira susah suka sama cowok. Kalau pun zira suka cowoknya yang malah enggak suka” Zira tersenyum
“tante tidak percaya. kalau mantan pasti banyak kan” bu Lia
“Zira belum pernah pacaran” Zira
“wanita secantik ini?. Kamu tidak lagi ngeprank om dan tante kan?” pak Dipta
“haha serius om. Aneh ya kalau Zira tidak punya mantan” Zira
“ya enggak lah. Justru bagus. Om juga berharap adiknya Refan seperti kamu. “Pak Dipta
“kalau gitu kamu mau tidak menikah dengan anak tante” bu Lia
Buuurrr.. Zira menyemburkan air yang barusan di minumnya.
“mami” Refan
“Mami benaran mau Zira jadi menantu mami. ” Bu Lia
“bisa kan bicaranya jangan pas makan gini. Zira bisa keselek mami buat ” Refan memberi tisu ke zira
“maaf ya sayang. Kamu pasti terkejut dengan lamaran tante” bu Lia
“enggak apa tante” Zira melap bibirnya
“kamu tidak perlu jawab sekarang. Tapi om juga tidak sabar menunggu anggukan kamu” Pak Dipta
“bukannya Refan sudah punya tunangan?” Zira
“siapa? Hanya kamu wanita yang membuat Refan ingin mengakhiri masa lajang nya” Bu Lia
“jangan sok tau deh mi” Refan
“siapa tunangan yang di maksud zira fan” pak Dipta
“Tias” Refan
“oooo hahaha jadi dia masih mengharapkan mu” pak Dipta.
“makanya papi mami jangan suka menjodoh-jodohkan” Refan
Zira celangak celinguk tidak mengerti dengan pembahasan keluarga itu.
“Tias bukan siapa-siapa Refan kok. Dia hanya anak teman bisnisnya papi Refan” bu Lia
“tapi kenapa pangku memangku” Batin Zira
“kalau kamu sudah selesai. Biar aku antar pulang” Refan
“kok cepat banget sih fan. Mami masih mau cerita dengan Zira” bu Lia
“kapan-kapan mi. Ini sudah malam Zira pasti lelah” Refan
“iya batin gue yang lelah karena lu” dalam hati Zira
“ayo” ajak Refan
“om, tante Zira pulang dulu. Terima kasih masakan tante enak banget” Zira salim.
“hati-hati di jalan ya sayang” bu Lia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Iren
hahahahahah ngakak bangeet dech sueeer
2020-12-09
0