Keesokan harinya Zira sudah berada di depan gedung apartemen Refan. Zira mengirim pesan ke Refan.
“Aku sudah di depan gedung” pesan Zira
“naik.” pesan Refan.
Karna Refan juga sudah kasih tau lantai dan nomor apartemen nya bahkan kode pintu juga di kasih tau Refan ke Zira.
“aku tunggu kamu di bawah saja” pesan Zira
Hp Zira berbunyi ”Halo” zira sudah mengangkat teleponnya
“naik sekarang” Refan
“aku tunggu di bawah saja fan” Zira
“ini perintah” Refan
“tapi aku tidak mau mengikuti perintah mu. Kenapa mau pecat aku. Silakan aku tidak peduli” Zira
“lebih dari itu.”Refan
“aku tidak peduli” Zira
“termasuk dengan abang dan adik kesayangan kamu” Refan
“aku ke atas sekarang” Zira mematikan teleponnya
“lama sekali” Refan sudah di depan pintu apartemennya dengan menyilangkan kedua tangan.
Zira Melihat Refan dengan tatapan membunuh.
“jangan diam saja. Bawa ini” mendorong koper ke Zira
“kamu nyuruh aku ke atas Cuma untuk membawakan ini” Zira berjalan di belakan Refan dengan membawa koper Refan dan koper miliknya.
“kenapa? Kamu mengharapkan sesuatu yang lain? “Refan tersenyum
“jangan senyum. Enggak ada yang lucu” Zira
•••
Saat ini Zira dan Refan sudah berada di dalam pesawat Pribadi milik Refan. Pramugari juga sudah selesai memberi instruksi keamanan.
“Fan pesawatnya aman kan. “ Bisik Zira
“kamu takut” Refan masih membaca dokumen di tangannya.
“enggak” Zira.
“jawab aku” Zira menarik lengan baju Refan.
“Bukannya kamu bilang enggak takut. Terus kamu mau jawaban apa” Refan melihat Zira yang masih menarik lengan baju Refan.
“habisnya Cuma ada kita berdua. Oya apa pramugari itu tau aku belum pernah naik pesawat. Sampai dia sedetail itu.” Zira
Refan tersenyum “tidak ada kamu pun pramugarinya akan tetap sedetail itu untuk mengingatkan. Dan kalau kamu tidak mau terjadi apa-apa jangan duduk di sini. Pindah ke sana biar pesawatnya seimbang” Refan menunjuk kursi di sebelahnya.
“enggak mau” Zira melepaskan lengan baju Refan
Pesawat pun mulai berjalan dan meluncur terbang. Zira menutup matanya dan tanpa di sadari Zira sudah menggenggam tangan Refan. Refan pun membalas genggaman tangan Zira. Sudah dirasanya aman lalu zira membuka matanya.
“kamu bilang tidak takut” refan tersenyum menatap zira yang kini pucat di sampingnya.
“Hai orang kaya kamu sedang mengejek aku” Zira
“enggak. Cuma aku mau kasih tau ini” menunjukkan tangan zira yang masih menggenggam erat tangan Refan.
“maaf” melepas genggamannya.
“kali ini aku maaf kan. Lain kali jangan cari kesempatan lagi” Refan
Zira mengerutkan dahinya.
“Siapa yang cari kesempatan” batin zira
•••
“Halo” zira
“lu di mana. Kok baru aktif” suara di balik telepon
“Korea. Ada apa dev” Zira
“gue serius. Nanti sehabis lu pulang kerja aku ke rumah lu ya mau mendiskusikan sesuatu” Deva
“serius gue lagi di Korea.” Zira
“sama siapa dan ngapai” Deva
”Kerja sama refan” Zira
“lu gila yaa.. udah gue bilang berhenti dari perusahaan dia. Nah lu malah ikut ke Korea “Deva
“lu yang gila. Gue kasihan sama ibu dev kalau terus kasih makan gue yang udah tua ini ”Zira
“lu kan bisa masuk perusahaan bokap gue” Deva
“aku gak enak sama papa mama lu”zira
“terserah lah. Yang penting lu senang dan gue enggak mau mereka menyakti sahabat gue lagi” Deva
“sarange uri cingu” Zira
“hati-hati di sana. Oya kirim salam sama suami ku ya” Deva
“siapa? Hyun bin atau namjoon “Zira
“dua-duanya”Deva
“dasar fakgirl” Zira
“biarin” Deva
Tok tok tok
“ya udah nanti kalau jumpa gue salami. Udah dulu ya ada yang ketok kamar gue nih. Bye” Zira menutup teleponnya
Zira membuka pintu kamarnya ”ya!”
“excuse me. Boleh saya masuk.” Pelayan hotel
“ya silakan” Zira
Beberapa pelayan lainnya juga ikut masuk dengan membawa beberapa kotak yang ukurannya berbeda beda.
“Tuan Refan ingin anda memakai ini di acara nanti malam. “meletakkan kotak besar di atas meja.
“terima kasih. Sekarang Refan di mana?” zira
“tuan di kolam nona”
“Bisa tunjukan tempatnya ”Zira
“dengan senang hati” pelayan wanita itu sedikit membungkuk memberi hormat.
“Tuan duduk di sebelah sana. Kalau gitu saya permisi” menunjuk keberadaan Refan.
“iya. Terima kasih” Zira
Zira pun mendekat dan duduk di samping Refan yang sedang asyik dengan laptopnya.
“kamu tidak lelah setelah ketakutan di pesawat” ledek Refan yang sadar zira berada di sampingnya walau tatapannya masih fokus ke laptopnya.
“jangan ngajak ribut deh” Zira
“kamu tau dari mana aku di sini” Refan
“pelayan hotel” Zira
“ooo” Refan
“kamu sedang apa”Zira mendekatkan wajahnya ke laptop Refan hingga menutupi separuh layar laptop refan.
“Coding. Kamu kuliah jurusan apa?“ membalikkan wajahnya menghadap Refan. Sekarang jarak wajah mereka sangat dekat dengan mata yang saling bertemu. Membuat jantung Zira berdegup kencang hingga Zira rasa Refan mendengar bunyi jantungnya.
Sementara refan hanya menunjukkan ekspresi datar.
“tolong menjauh “ mendorong kening zira dengan telunjuknya.
Zira mengerutkan keningnya menatap Refan.
“aku kan cuma ingin tau kamu lagi kerja kan apa, siapa tau aku bisa bantu. Lagian aku juga enggak mau dekat-dekat sama kamu” Zira
“oya. yakin bisa kamu bantu” mendekatkan wajahnya ke zira
.
Zira mendorong bahu Refan” ya..yakin lah. ” jantungnya sudah berdegup kencang.
Refan tersenyum dan memalingkan wajahnya kembali menatap laptop di depannya.
“tidak perlu. Lagian aku ngoding karena bosan.” Refan
“itu kegiatan dia kalau bosan. Lah aku kalau bosan ngoding. Malah nonton drama. Dasar es batu sombong” batin Zira
“Hai Refan” seseorang yang baru datang.
Refan dan Zira mendongak melihat ke arah sumber suara.
“Tias”Refan
“beneran kamu, aku pikir aku salah lihat” langsung duduk di pangkuan refan dan melingkarkan tangannya di leher memeluk refan.
Zira terkejut dengan kelakuan wanita yang menurutnya sangat centil itu.
“kamu kenapa di sini?” Refan
“aku di tugaskan papa untuk datang ke acara pertemuan perusahaan besar. Lagian aku juga menetap di Korea untuk menjalankan perusahaan papa di sini. Kamu lupa ini penyebab kita berpisah? ” Tias
"sekarang tolong menyingkir" Refan
Tias tidak peduli dengan ucaoan Refan “kamu enggak kangen aku ?” Tias
“aku permisi dulu ya pak Refan. Kalau ada yang bapak butuh kan bapak bisa telepon saya.” Zira
“ok” jawab refan singkat.
Zira mengerutkan keningnya dan berbalik menuju kamarnya.
Di kamar zira membantingkan tubuhnya ke kasur.
“lu bilang gue murahan. Terus wanita yang duduk di pangkuan lu itu di sebut apa? “jerit Zira yang berbicara sendiri di kamarnya.
“berengsek... dari dulu sampai sekarang sama saja. Bahkan tidak pernah bilang maaf. Aku enggak akan pernah mau membuka diri untuk orang-orang di masa lalu.” Zira yang sudah meneteskan air mata. Karena lama menangis Zira pun tertidur.
Langit sudah menggelap memasuki malam. Suara seorang wanita membangunkan Zira dari tidurnya.
“acaranya sudah di mulai. saya akan bantu nona bersiap” pelayan
Zira melihat jam dinding di kamarnya ”sudah berapa lama aku tertidur “batin zira
“saya bisa sendiri. Oya di mana Refan” Zira yang sudah bangkit dari tidurnya dan menuju toilet.
“Tuan sudah di acara dengan nona Tias. Tadi tuan juga sudah menunggu nona ”Pelayan
Pelayan wanita ini sudah di tugaskan manajer hotel untuk melayani Refan selama berada di hotel mereka.
“aku kan enggak bertanya tentang kekasihnya” Batin zira
Zira sudah selesai bersiap memakai gaun merah di atas lutut dengan dada yang tertutup untuk menghilangkan kesan seksi namun karena zira yang memakainya tetap membuat penampilan nya seksi. Tentu saja pelayan wanita itu yang membantunya walaupun zira sudah menolak.
Refan menatap wanita cantik yang kini berjalan mendekat ke arahnya.
“dasar tukang tidur ”bisik Refan ke zira yang sudah berada di sampingnya.
“kenapa kamu enggak banguni aku. Ooo aku tau kamu sengaja kan biar bisa datang berduaan dengan kekasih mu itu” bisik zira membalas Refan
“maksud kamu Tias ”refan menatap wajah zira
“ooo namanya Tias. Sepertinya kalian serasi” Zira
“kamu cemburu?” Refan
“buat apa? Lu juga Cuma bos gue” Zira menatap Refan kesal
“bagus lah” Refan
“Re dia siapa?” Tias
“ini Zira sekretaris aku” Refan
“Re?” zira mengerutkan keningnya
“iya itu panggilan aku buat re. Biar istimewa. Salam kenal Zira aku Tias hmm aku siapnya kamu ya Re “Tias yang sudah mengangkat tangannya untuk berjabat tangan.
“salam kenal. Kamu pasti kekasihnya Pak Refan yaa” tersenyum paksa.
“hmm.. haha iya” Tias melihat ke arah Refan yang terlihat tidak peduli.
“aku tinggal ke sana ya” meninggalkan Zira dan Tias.
“pasti kamu kesulitan jadi sekretarisnya refan. Dia tuh orang nya sulit di mengeti tau. Semua yang di kerjakan sekretarisnya dulu selalu salah di matanya. makanya banyak sekretaris yang di pecat dan ada juga yang mengundurkan diri. ”Tias
“sepertinya kamu sudah sangat mengerti pak refan” Zira
“banget. Mungkin hanya aku tunangan yang bertahan di dekatnya. ”Tias
“tunangan! ”Zira
“iya. Refan selalu di jodohkan papi nya. Namun cuma aku yang tetap bertahan untuk menggoyah hatinya yang beku itu. Aku juga sangat dekat dengan adiknya Refan” Tias
“pak refan punya adik ”Zira yang terkejut.
“Sepertinya kamu baru jadi sekretarisnya ya. Re punya adik cewek yang sekarang kuliah dia Australia” Tias.
“sepertinya sebagai sekretaris pak refan aku belum kompeten ya ”Zira
“enggak apa. Kalau kamu butuh bantuan kamu bisa tanya aku” Tias
“terima kasih” Zira
Acara pertemuan perusahaan besar yang di hadiri dari semua negara itu sukses untuk menghasilkan kerja sama yang menguntungkan. Zira ikut berbicara dengan beberapa wakil perusahaan dari negara-negara maju. Refan yang melihat zira yang tersenyum saat dikelilingi laki-laki pun kesal. Walaupun zira tersenyum namun sebenarnya zira tidak bisa menikmati acara tersebut karena dia tidak suka keramaian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments