Zira baru saja selesai membantu ibunya mengerjakan tugas rumah. Selanjutnya zira membuka laptop dan mulai menggambar sambil menghidupkan musik kesukaannya dengan kuat. Hp nya pun berbunyi pertanda ada email masuk. Zira membukanya dan betapa terkejutnya dia email itu dari PT.PDgrup.
“waaaah ini nyata. Hmm jangan senang dulu zira, ingat mungkin ini efek orang dalam” zira masih meragukan kemampuannya
“tapi biasanya di telpn. Oiyaa gue ganti nomor” batin zira yang bertanya dan di jawab sendiri olehnya.
Pagi hari di ruang makan.
“mau kemana ? pagi sekali sudah rapi ” bu ana
“interview. Bu.. zira ngerasa ada yang aneh deh. Kok interview pagi sekali yaa. Bukannya kalau pagi gini perusahaan masih sibuk ya. Abis itu zira tidak disuruh menyiapkan sesuatu seperti berkas yang belum lengkap atau desain zira yang lainnya gitu”
“Jangan sok tau kamu. Itu kan terserah perusahaannya. Perusahaan apa ra” bu ana
“perusahaan teman ayah yang ibu kenalkan hari itu” zira manyun
“waaaah bagus dong, kenapa kamu manyun. Itu perusahaan besar nomor satu di negara kita loh” bu ana
“tau bu. Tapi perasaan zira tidak enak aja” zira
“jangan mikir macam-macam. Pokoknya kamu harus interview dengan sebaik baiknya. Dengar..” ibu ana
“okay. Ya udah zira pergi” salim
Zira sudah sampai di PT.PDgrup dia bertanya ke receptionist ruang interview. Terlihat ke dua pegawai itu bingung karena seingat mereka tidak ada penerimaan pegawai baru.
“mbak yakin nama perusahaannya PDgrup?”
“iya. Ini emailnya” menunjukkan email di hpnya
“sebentar mbak biar saya tanya. Karena setau saya perusahaan tidak membuka lowongan"
Resepsionis itu pun menelepon bagian sdm.
“ikut saya mbak” membawa zira naik lift
“maaf mbak. Kenapa pelamar yang lain tidak ada ya” zira
“sepertinya hanya mbak yang lulus berkas” menjawab dengan santai
“kasihan sekali pelamar yang lain . Coba ada orang dalam” batin zira
Zira sudah sampai di lantai 23 dan dia di suruh menunggu di sebuah ruangan rapat. Tepatnya ruangan itu di samping ruangan refan. Karena di lantai itu hanya 3 room.
Ruangan refan, ruang rapat, dan ruang kianu. Adapun meja sekretaris di depan ruangan refan.
Interview di lakukan bagian sdm agar zira tidak curiga supaya zira mau menandatangani kontrak.
Tidak seperti yang diharapkan zira menjadi ragu apa dia harus tanda tangan kontrak atau tidak.
“setuju.. tidak... setuju .. tidak.. kenapa tidak di persulit ya. Biasanya perusahaan akan mempersulit. Jadi tidak enak sama yang tidak lulus berkas” batin zira dan dia membuang nafas panjang
“ada yang salah sama isi kontrak nya” bagian sdm
“tidak” zira masih dengan fikirannya
“lalu kenapa anda terlihat ragu” bagian sdm mulai takut kalau zira tidak tanda tangan bisa-bisa dia di pecat
“saya mau tanya pak” melihat ke orang yang di depannya itu
“silahkan”
“bapak tidak mau lihat desain saya dulu. Takutnya setelah saya kerja tapi kerjaan saya tidak sesuai sama karakter perusahaan ini. saya jadi tidak enak pak. Dan pak dipta ada menghubungi bapak tidak” zira
“bukannya anda sudah lampirkan di lamaran. Dan kenapa pak dipta harus menghubungi saya” melihat dengan heran
“kalau pak dipta tidak ada menghubungi bapak. Saya akan tanda tangan” zira tersenyum dan langsung menandatangani kontrak tersebut
“senang bisa bekerja dengan anda dan terima kasih banyak. Saya permisi dulu” berjabat tangan dan berlalu pergi secepatnya
“terus aku ngapai di ruangan ini. Apa yang harus di kerjakan ” zira kebingungan mondar mandir. Apa dia harus keluar cari orang atau tetap disitu.
Seseorang pun masuk ke ruang rapat. Tapi zira belum melihat wajah orang itu
“pak saya harus ke mana ya. Saya bingung di tinggali gitu saja. Tidak tau apa yang harus di kerjakan juga” berbicara tanpa melihat orang yang datang sudah di depannya.
“kamu kerja dengan saya” refan tersenyum licik
Zira mendongak melihat wajah pria di depannya. Dia tercengang dan bingung dengan yang terjadi saat ini.
“refan”
“apa kabar ra". kianu melambai dari belakang refan
“kianu kenapa kamu di sini”
“ternyata kamu masih ingat. Kirain udah lupa dengan wajah ini” kianu
“khmm...khmm” refan berdehem
“apa yang lo rencanai” menatap refan marah
“kenapa kami ganti nomor” bentak refan
“itu terserah aku mau ganti nomor kek, ganti pacar atau ganti teman sekalipun bukan urusan kamu. Yang jadi masalah sekarang kenapa tiba-tiba kamu ada di sini” menjerit ke arah refan
“dengar nuk lu bukan temannya lagi. Lu udah di ganti” refan
“gue bicara sama kamu. Bukan sama kianu”
“tenang ra. Jangan emosi gitu” kianu
“nuk keluar dulu” refan
“oke. Lu jangan kasar bro” bisik kianu dan keluar dari ruangan itu
“duduk. Aku akan kasih tau kerja kamu” refan menarik kursi mempersilahkan zira duduk
“aku mau pulang” berlalu pergi namun tangan zira di tarik refan dengan kasar
“kamu mau lari lagi” bentaknya
“iya.. karna aku tidak mau lihat kamu selamanya” melepaskan tabgannya dari genggaman refan dan memegang tangan yang sakit itu
“memang nya apa yang aku lakukan. Sampai kamu harus selalu kabur”
“karena aku membenci mu”
sejenak refan terdiam karna perkataan barusan membuat dadanya sakit sekali. Dia tidak tau itu perasaan apa kenapa dadanya bisa tiba-tiba sesakit itu. Tapi dia berusaha menutupinya
“tenang saja dari dulu sampai sekarang aku juga membenci mu” refan duduk
“tolong profesional. Jangan campuri urusan pribadi dengan kerja” tambahnya lagi
“ya udah kamu bisa langsung pecat aku saja. Kita kan sama-sama saling benci. Jadi aku tidak harus melihat mu. Kamu juga gitu” zira
“tapi papi aku yang suruh terima kamu jadi sekretaris aku. Aku tidak mau jadi anak yang durhaka karena keegoisan aku” refan menatap zira yang masih berdiri di sampingnya
“papi kamu om dipta ?” zira
“Ternyata kalian memang saling kenal” senyum kemenangan
“berarti aku tidak lulus dengan murni” zira
“tidak juga. Aku bukan orang gampangan. Walaupun kamu kenalan papi ku. Proses seleksi harus tetap ketat. Dan aku lihat desain kamu bagus” refan
“orang gampangan \= cewek panggilan \= ciuman” dia memikirkan ucapan dan perbuatan refan kepadanya dulu
“halooo.. kenapa bengong” mengibaskan tangannya ke zira.
“jadi kamu di bagian desain juga” sudah sadar dari lamunannya
“enggak.”
“terus kenapa kamu yang kesini” menatap tidak suka
“bagian desain belum membutuhkan orang. Karena sekretaris aku baru di pecat sementara kamu yang jadi sekretaris aku dulu” jelas refan
“aku tidak mau jadi sekretaris kamu. Di kontrak tidak ada ditulis aku jadi sekretaris” mulai kesal
“memang tidak ada. Tapi disitu tertulis selama kamu di kontrak kamu harus mengikuti peraturan perusahaan dan pimpinan perusahaan” senyum kemenangan
“tapi pemimpinya om dipta. Jadi aku akan jumpai om dipta dulu” mengambil hp dari tasnya
“hahaha. Kamu tidak berubah” sudah tidak bisa menahan tawa
“kenapa lu ketawa” bentak zira kesal
“jadi sebelum interview kamu tidak cari tau tentang perusahaan” berusaha menahan tawa
Tidak menghiraukan refan karna asyik mencari nomor ibu nya
“kamu telpn siapa”
“ibu aku”
“buat apa”
“minta nomor om dipta”
Refan pun berdiri dari duduknya lalu mengambil hp zira dan menutup telpn yang belum tersambung itu.
“kenapa lo matikan” dengan suara lantang
“aku ceo nya, kalau kamu mau nomor papi nanti aku kasih. Sekarang kamu ke ruangan ku dulu”
“ngapain aku ke ruangan mu. kamu mau macam-macam lagi” menutupi mulutnya dengan tangan
“sebentar lagi ada rapat” melihat jam di tangannya
“kalau kamu mau ikut rapat boleh. Tapi syaratnya, saat rapat kamu harus kasih ide” memasukkan kedua tangannya ke kantong celana
“dimana ruangan kamu” mengambil tasnya dari meja
Refan menunjuk arah tepat ruangannya berada. Zira pun berlalu pergi. Di depan pintu zira di kejutkan dengan banyaknya orang yang tidak tau sudah berapa lama mereka menunggu di depan pintu.
“kok rame banget nuk” bisik zira
“mau rapat ra. Kamu ok. Bos tidak menyakiti mu kan” bisik kianu
“Ok. Mana ruangan refan” celingak celinguk
Seketika pegawai yang masih menunggu arahan kianu. terkejut dengan panggilan zira ke refan. Mereka menganggap zira tidak sopan dengan pimpinan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments