Emely mencoba untuk tersenyum meskipun sangat terpaksa. Dia berjalan keluar kamar untuk menemui laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya itu karena desakan ibu tirinya.
Di tengah tengah tamu undangan, dia melihat ke sana kemari untuk mencari suaminya yang belum pernah dia jumpai sebelumnya.
Emely pun menghela nafasnya dengan berat dan berhenti berjalan sambil menyeka air matanya yang terus saja membasahi pelupuk matanya " Bagaimana aku bisa menemukan suamiku, wajahnya seperti apa aku tidak tahu" Gumamnya sendiri.
Tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahunya yang membuatnya terperanjat dan menoleh ke belakang.
Ternyata seorang wanita paruh baya yang masih kelihatan cantik di usianya yang tidak lagi muda sedang tersenyum di depannya
" Emely sayang, perkenalkan aku Nyonya Sandra Ratore ibu mertuamu ".
Emely tersenyum sambil mengangguk " Iya tante saya Emely Rahadian ".
" Emely, kok tante sih panggil mama dong mulai sekarang aku ini mama kamu. Terus nama kamu bukan lagi Emely Rahadian melainkan Emely Rahadian Ratore dan kamu sekarang adalah nona muda Ratore " Ucap Sandra sambil sedikit berbisik ke telinga Emely yang membuat Emely menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal.
" O iya nyonya Ratore apakah anda akan beristirahat dulu sejenak ataukah kembali ke hotel untuk menunggu keberangkatan besok pagi " Tanya seorang pemuda yang memakai setelan Jaz hitam serta berkacamata hitam sambil sedikit membungkukkan punggungnya.
" Hansen, sebaiknya aku kembali ke hotel saja tapi sekalian membawa menantuku bersamaku " Jawab Sandra dengan senyum bahagianya.
Emely sempat terperanjat mendengar perkataan ibu mertuanya itu " Hah membawaku ke hotel? " Gumamnya lirih.
Sandra tersenyum tipis sambil menghela nafasnya kemudian menggandeng tangan Emely " Iya, karena kamu adalah menantuku jadi aku akan membawamu sayang" .
" Tapi tan, eh maksudku ma"
" Tidak ada tapi tapian pokoknya mulai sekarang kamu adalah bagian dari keluarga Ratore " Ucap Sandra kemudian membawa Emely menumui Danu dan Amara.
" Pak Danu, bu Amara, saya minta ijin untuk membawa menantu saya selamanya tinggal di rumahku dan menjadi bagian dari keluargaku "
" Iya nyonya Sandra, Emely saya serahkan kepada anda karena mulai sekarang dia adalah milik keluargamu " Jawab Danu sambil menunduk.
Emely tidak menyangka papanya yang sangat dia cintai sangat tega menyerahkannya kepada keluarga Ratore yang belum tahu bagaimana dia akan diperlakukan di keluarga kaya raya itu.
Emely hanya bisa menunduk sambil menangis " Seperti ini rasanya dikhianati keluarga sendiri lebih sakit daripada dikhianati pacar " Batinnya.
Danu berjalan mendekati Emely yang tertunduk dengan sesenggukan kemudian mengusap kepala putrinya " Sayang, maafkan papa. Bukannya papa tak sayang lagi padamu tapi ".
" Tapi ini demi keluarga kita, Emely tahu pa pasti itu yang akan papa ucapkan. Cukup pa, sudahlah ini sudah terjadi. Emely sudah pasrah dan ikhlas menjalani takdir ini. Papa jaga diri baik baik, ingat pa untuk makan tepat waktu dan jangan banyak pikiran. Kalau nanti papa sampai sakit Emely akan bersedih" Ucap Emely.
Danu semakin merasa bersalah dan memeluk tubuh putrinya sambil menangis membuat Sandra ikut bersedih kemudian mendekati keduanya " Pak Danu, Emely bukannya mau pergi berperang. Dia pergi ke rumah mertuanya untuk menjadi menantu. Aku mohon pak jangan seperti ini, relakan kepergian Emely untuk berbakti pada keluarga suaminya dan menjadi menantu yang baik ".
Perlahan Danu mengedarkan pelukannya dan mengusap air mata putrinya yang terus saja menggenang di pelupuk matanya yang sudah sembab, kemudian mengalihkan pandangan kepada Sandra yang berdiri di sampingnya
" Nyonya Sandra, aku titip putriku. Jaga dia baik baik dan ajari dia menjadi menantu yang baik dan berbakti".
Sandra pun mengangguk dan tersenyum tipis.
" O iya Pak Danu, ini ada cek senilai 10 Miliar kamu pakai untuk menutupi defisit perusahaanmu. Dan ini ( Menyodorkan sebuah koper besar) uang tunai 5 Miliar dan Emas batangan senilai 250 Gram sebagai uang mahar bisa kalian gunakan untuk kebutuhan sehari hari"
Kemudian Sandra pergi membawa Emely yang saat itu masih memakai pakaian pengantin bersama para pengawalnya menuju hotel berbintang lima sebelum bertolak ke kota asalnya.
Setelah kepergian Emely dan keluarga Ratore, Erika datang dengan senyuman bahagia.
" Ma, pa, acaranya sudah selesai ya? Di mana Emely? "
Danu tak menjawab dan memutar badannya kemudian berjalan cepat menuju kamarnya.
Amara berjalan mendekati Erika yang nampak bingung dengan sikap papanya.
" Erika sayang, kamu darimana saja? Pasti capek jam segini baru pulang, ayo mama siapkan makan untukmu, sudah jangan pikirkan papamu dia hanya syok ditinggal pergi putri kesayangannya"
Erika menurut saja permintaan mamanya kemudian duduk di meja makan dan mulai menyantap makanannya karena memang perutnya sangat lapar hampir seharian digempur oleh Vero(pemuda tampan yang sebenarnya pacarnya Emely yang diam diam disukai oleh Erika).
Dengan lahapnya Erika menyantap makanannya " Ma, tadi acaranya bagaimana?".
" Lancar sayang"
" Terus bagaimana suaminya Emely, tua ya pasti jelek dan menjijikkan ".
" Mama juga tidak tahu Erika, mama dan Emely berada di kamar ketika acara ijab qobul. Dan begitu selesai dia buru buru pergi karena ada pekerjaan yang mendesak ".
Erika manggut manggut sambil terus mengunyah makanannya.
" Untung bukan aku yang menikah dengan pria jelek itu. Meskipun kaya raya tapi kalau keadaan fisiknya jelek dan menjijikkan tetap saja Erika tidak mau ma. Hihihi"
Amara mengangguk kemudian menunjukkan sebuah koper besar yang berada di antara nakas " Erika, lihat itu".
" Apa itu ma".
" Di dalam koper itu ada uang tunai 5 Miliar dan emas batangan 250 gram" Ucap Amara dengan senyumnya.
Seketika kedua mata Erika membulat tak percaya " Apa? Benarkah? "
Erika beranjak dan berusaha membuka koper tersebut dan semakin tidak percaya melihat sendiri uang tunai sebanyak itu.
❤🍁❤
.
.
.
❤🍁❤
Hansen menerima panggilan melalui ponselnya untuk segera menemui Ardan di apartemennya karena ada pertemuan mendadak dengan klien penting sedangkan berkas belum disiapkan.
Begitu tiba di hotel dan menunjukkan kamar untuk Emely, Hansen pun pamit pergi.
" Maaf nona muda, saya harus segera pergi " Ucap Hansen.
Emely tak mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya.
Dan ponsel Hansen kembali berdering, dia pun buru buru menjawabnya karena Ardan tidak akan memaafkannya kalau sampai tidak segera dijawab.
"Maaf tuan muda, saya belum bisa membuatkan proposalnya karena perintah nyonya besar untuk mengantarkannya ke hotel bersama nona muda".
Apa! Dasar sialan! Sekarang juga aku berikan kamu waktu 30 menit untuk segera menyelesaikan atau aku akan menggantikan posisimu dengan orang baru!
" Baik tuan ".
Hansen pun mulai bingung untuk membuat proposalnya karena memang membuat sebuah proposal itu butuh waktu yang panjang, mustahil bisa selesai dalam waktu 30 menit.
Bukannya pergi dari sana, Hansen berjalan mondar mandir dengan pikirannya di depan kamar Emely. Emely yang tidak sengaja keluar kamar setelah berganti pakaian pun dibuat terkejut dan membuatnya bertanya " Kamu kenapa?".
" Eh nona muda, aduh gawat! Tuan muda minta aku membuat proposal untuk pertemuan dengan klien satu jam ke depan".
"Terus "
" Masalahnya aku tidak bisa menyelesaikannya dalam waktu sesingkat itu. Sedangkan orang yang bertanggung jawab membuatnya pergi tanpa pamit. Aduh nona muda aku bingung. Dan kalau sampai aku tidak bisa menyelesaikannya tuan muda akan memecatku"
Emely melotot tajam " Keterlaluan sekali. Sungguh tidak punya perasaan! " .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Nazefa
lah, bukannya emang mau perang... perang bikinin cucu buat kalian../Facepalm//Facepalm/
2025-04-03
1
R 💤
bahkan kdang kluarga sendiri yang menikam paling dalam
2025-04-24
1
Nazefa
sibuk sekali pengantin pria yang baru ini... /Joyful//Joyful/
2025-04-03
1