Delapan

Haris mengeram kesal. Terpaksa menyudahi kegiatan yang hendak dia mulai, padahal dibagian bawah celana yang dia kenakan sudah menyesak terasa menyiksanya.

Dalam keadaan kesal setelah mati, Haris pun bangkit berdiri bersamaan dengan menarik selimut untuk menutupi bagian atas tubuh Manda yang terlanjur terekspos.

"Aku buka pintu dulu. tetaplah disini, jangan dulu pakai baju," pesan Haris lalu memutar tubuhnya, memungut kaos yang tadi di lempar ke lantai.

"Lagian malam-malam begini siapa sih yang gebrak-gebrak pintu, ganggu aja!" gerutu Haris dengan cepat kembali mengenakan kaosnya, kemudian menuju ke arah pintu yang digebrak-gebrak secara kasar.

Namun saat pintu sudah terkuak, refleks dirinya mundur tersentak dengan apa yang dilihatnya di depan mata.

"Ma—Mama ngapain disini?" tanya Haris gelagapan dalam keterkejutan yang luar bisa.

Mendengus dengan napas yang naik turun di selimuti emosi, wanita di hadapan Haris sontak berteriak menyemburkan amarahnya.

"Harusnya Mama yang tanya! Ngapain Papa disini! Mau kawin lagi gitu? Ngrasain anak perawan. Tapi asal Papa tahu, sebelum Papa mantap-mantap dengan perempuan lain, kita cerai dulu. Baru Papa bisa kawin lagi. Dan yang harus Papa ingat kembali kan dulu semua harta yang pernah aku kasih ke Papa dan tak boleh kurang satu peser pun!" teriak wanita itu emosi.

"Ma—Ma— Papa bisa jelasin," ujar Haris memohon-mohon mencoba meyakinkan wanita yang dia panggil dengan sebutan Mama.

Berdecih, menatap Haris jijik kemudian wanita itu menepis kasar tangan Haris. Lalu beranjak masuk ke dalam ruangan kamar menuju ranjang tempat Manda yang dalam keadaan terkejut, bingung dan malu dengan situasi yang tengah terjadi padanya.

"Dasar wanita pelakor! Gak laku apa— sampai suami orang kamu embat!" ujar wanita asing itu murka kepada Manda dan lantas menarik paksa ujung selimut yang menutupi tubuh Manda dan berniat mempermalukan Manda.

Manda yang dalam keadaan kalut pun tak bisa menyuarakan kata apapun, dia hanya bisa berusaha kuat mempertahankan selimut yang membelit di tubuhnya sebab kini apa yang tengah terjadi menjadi tontonan orang-orang di sekitarnya.

"Mama hentikan!" ucap Haris mencoba menahan selimut agar tak terlepas dari tubuh Manda.

Sontak wanita yang ada di samping Haris tak terima dan melayangkan tamparan ke wajah Haris.

"Hentikan Papa bilang? Coba sekarang Papa bilang— kurang apa Mama di mata Papa! Aku yang memodali Papa dari yang miskin gak punya apa-apa sampai sekarang bisa merasakan yang namanya hidup enak. Tapi memang dasar Papa gak tahu cara berterimakasih. Papa pulang sekarang atau kalau Papa masih belain ini pelakor— besok tunggu saja, surat cerai akan aku kirim. Dan aku akan tarik semua aset yang kamu pakai, tak menyisakan sedikit pun!" tegas wanita asing itu yang makin memperjelas bahwa statusnya merupakan istri sah dari Haris.

Semua yang menyaksikan kejadian tadi begitu terkesiap dan kaget, bahkan Emak tubuhnya sudah roboh lebih dulu. Emak begitu stok atas kejadian di tengah malam seperti ini, dan tentu dia tak kuasa membayangkan nasib putrinya.

Sedangkan Ridwan yang mendengar segala penuturan dari wanita yang mengaku istri dari Haris langsung menyeret paksa Haris keluar dari kamar, memberi pukulan-pukulan kekesalan atas ketidakterimaannya yang telah membohongi, mempermalukan dan mencoreng nama baik keluarganya.

Sementara Manda keadaannya sudah benar-benar kacau. Mencengkeram erat selimutnya dengan pandangan mata yang mengabur. Dis serasa ingin berteriak tapi suara itu sulit dia keluarkan. Dia malu bahkan merasa jijik akan dirinya sendiri.

Apalagi masih adanya orang-orang yang berkerumun disekitarnya, menatapnya dengan pandangan mata yang sulit diartikan.

Berulangkali keponakannya, Naya yang berada disitu meyakinkan bahwa ini bukan salahnya tapi semua tetap saja sebab atas kejadian yang menimpanya sekarang dirinya merasa benar-benar dalam keadaan hina.