"Kapan kita akan menangkapnya?" Ujar Azura.
[Soreh ini, meong]
"Dimana lokasinya?" Ujar Azura menatap Nana yang melayang dan duduk di kepalanya.
[Di sebuah cafe depan sekolahmu ini. Tepatnya di toilet cafe itu, meong]
Braakkk
Tiba-tiba Azura mendengar suara benturan yang keras di toilet. Pria itu mulai mendengar beberapa umpatan seseorang seirama dengan suara benturan keras sekali lagi. Azura mengenali suara itu dan bahkan sangat hafal, suara itu adalah Kevin.
"*******!" Umpat Kevin.
"Aku menyuruh membeli rokok saja tidak becus, malah ketahuan. Dasar bodoh!" Ujar Aron sambil menginjak perut seorang pria dengan rambut mangkok itu dengan kasar.
Azura mulai mengintip dari balik pintu toilet, pria itu ingat jelas kejadian ini. Dulu Azura sangat polos hingga keluar dari toilet, pria itu ingat saat dia melapor pada guru dan berakhir dia yang mendapatkan hukuman dari sekolah.
Sungguh saat itu ia kesal dan marah atas keputusan guru yang mengskorsingnya secara sepihak dan tanpa alasan yang jelas.
Beberapa pukulan dari Aron mendarat pada tubuh siswa itu dengan tidak punya hatinya mereka terus memberikan tanda keunguan di seluruh tubuh pria itu lewat tendangan. Pria rambut mangkok itu tidak melawan sama sekali.
Azura kasihan tapi dia tidak boleh keluar dan membuat kejadian itu terjadi. Suara peluit sedikit memberikan harapan pada Azura, pria itu mengira jika para anggota tata tertib bisa membantu pria rambut mangkok itu. Semua harapan Azura hancur saat salah seorang pria anggota tata tertib malah ikut memukuli pria rambut mangkok itu tanpa ampun.
Azura semakin marah dan tak sengaja menendang pintu toilet hingga lepas. Semua yang ada dalam toilet kaget saat pintu itu melayang dan membentur dinding hingga hancur. Aron kamudian menatap Azura yang sudah di kelilingi oleh aura yang membuat kakinya gemetar ketakutan. Perlahan Aron mundur kala ketakutannya memuncak.
"Apa yang kau lakukan, brengsek? Kau ingin jadi pahlawan, ya?" Ujar Kevin sambil mendekat pada Azura.
Tangan Kevin mulai mendorong kepala Azura. Kevin semakin geram saat Azura masih diam dan tidak menatapnya sama sekali. Azura lalu berjongkok dan membantu pria rambut mangkok itu untuk berdiri. Kevin semakin marah dan hendak memberikan satu pukulan saat harga dirinya seperti di permalukan.
"Brengsek," Ujar Kevin saat Azura berhasil menangkap tangannya.
Azura menatap tajam pada Kevin, untuk seperkian detik pria itu merasa takut. Kevin berniat menarik tangannya dari Azura namun tak ada sama sekali yang berubah. Tangan Azura masih kokoh dan mulai memutar pelan tangan Kevin.
Arrrggghhh.
Kevin kini merasakan tangannya patah, pria itu mulai gemetar kesakitan sambil berlutut di hadapan Azura. Aron dan Rian mulai membantu Kevin yang masih meringis sambil memegang tangannya yang baru saja patah karna Azura.
Kevin kesal karena baru saja kalah dari pecundang. Dia adalah ketua klub taekwondo dan di kalah karena hal sepele seperti ini, Kevin tidak terima. Baru saja Kevin ingin melayang pukulan pada Azura tiba-tiba seorang guru datang dan mengomel.
"Kali ini kau lolos sialan. Lain kali aku tidak akan melepaskan kau," Ujar Kevin lalu berjalan pegi begitu saja.
...☄☄☄...
Azura kini sedang sibuk memilih buku yang di perintah oleh ibu Ratna. Setelah kejadian di toilet kini Kevin sudah menargetkan Azura sebagai musuhnya. Beberapa saat kemudian Azura keluar dari perpustakaan dan langsung pergi ke ruang guru di lantai dua.
Azura melihat dari kejauhan ada Elin yang berjalan mendekat. Pria itu langsung membuka pintu tanpa mempedulikan Elin yang sekarang meneriakinya dari kejauhan. Azura lalu berjalan menuju meja ibu Ratna dan memberikan beberapa buku pada wanita paruh baya itu.
Azura keluar dan mengabaikan Elin yang masih mencoba berbicara dengannya. Pria itu tidak ingin menjalani hubungan dengan siapa pun.
"Hei! Kau kenapa mengabaikan aku lagi?" Ujar Elin sambil memasang wajah kesal.
"Aku ada urusan, jangan mengangguku!" Ujar Azura lalu berjalan pergi.
"Aku cuma mau mengajakmu ke cafe depan sekolah sebagai rasa terimakasih untukmu," Ujar Elin dan Azura menghentikan langkahnya.
"Hmm, baiklah pulang sekolah kita kesana." Azura segera pergi.
"Janji, ya." Elin berteriak dan di balas acungan jempol dari Azura.
...☄☄☄...
Dikantin Azura sedang serius menyusun strateginya untuk menangkap hantu tersebut, pria itu sudah menggambarkan beberapa strategis di atas kertas. Pria itu mulai mengusap layar monitor mencari dan membeli peralatan untuk rencananya.
"Sepertinya ini sudah cukup," Ujar Azura lalu pergi dari kantin menuju kelas.
Jam pelajaran selesai dan waktu untuk pulang. Pria itu lalu mengemasi semua alat tulisnya kemudian berlari pergi secepat mungkin. Beberapa siswa terpanah saat melihat Azura yang sedang berlari menuju gerbang sekolah. Pria itu berniat menunggu Elin di sana, beberapa gadis menghampiri Azura.
"Boleh minta id linenya nggak?" Ujar salah satu gadis.
"Maaf aku tid-"
Suara teriakan Elin memotong ucapan Azura, Elin lalu menghampiri Azura. Beberapa gadis tadi sudah kesal melihat Elin yang terlihat akrab dengan Azura hingga mereka pergi dan meninggalkan Azura dan Elin.
"Ayo kita pergi," Ujar Azura.
Kedua sampai di cafe kemudian memesan beberapa makanan dan minum, keduanya makan dengan lahap. Azura hanya mendengarkan setiap ucapan dari Elin tanpa menanggapi satu kata pun.
"Aku ke toilet dulu," Ujar Elin.
"Oke," Ujar Azura masih sibuk mengunyah makanan.
"Sepertinya ini sudah saatnya," Ujar Azura berjalan pergi ke toilet.
Didalam toilet Azura masih sibuk menelusuri setiap sudut dari toilet, pria itu mulai bingung kerena belum menemukan hantu tersebut. Beberapa perangkap sudah dia pasang namum hantu itu masih belum muncul juga.
"Kenapa hantunya belum muncul? Apa aku harus menunggunya di sini dulu?" Ujar Azura dan duduk di atas toilet.
Beberapa menit berlalu tapi hantu itu masih belum muncul juga. Azura lelah dan akhirnya tak sengaja tertidur, suara seseorang yang mengetuk pintu toilet membangunkan dia. Buru-buru pria itu keluar saat orang itu sudah marah-marah sambil mengancamnya tidak jelas.
"Cepat minggir sana!" Ujar orang itu.
Azura mengacak-acak rambut lalu keluar dari toilet. Meja yang di pesan Elin dan dia sudah di tempati sebuah keluarga, pria itu menghela nafas dan sedikit merasa bersalah pada Elin. Seorang anak kecil lalu memberikan sebuah kertas pada Azura.
"Ini dari kakak rambut pendek tadi, katanya kasih ke pria tampan rambut hitam." Anak kecil tadi lalu kembali ke meja bersama keluarganya. Pria itu mulai membuka kertas itu dan membacanya.
Hei, kalo kau membaca surat ini itu berarti kau bukan orang brengsek! Kau harus mentraktir aku lain kali, sebagai permintaan maafmu padaku. Tasmu ada di kasir minta saja pakai namaku dia akan memberikannya padamu.
Elin
(つ≧▽≦)つ
Azura tersenyum simpul melihat emoticon yang di gambar oleh Elin. Azura mengambil tasnya dari kasir cafe lalu segera pergi. Di perjalanan rumahnya Nana tiba-tiba muncul dan lagi-lagi mengagetkan Azura dengan kedatangannya.
"Ohiya, Nana kenapa hantunya belum muncul? Aku sudah menunggu di dalam toilet tapi masih saja belum muncul," Ujar Azura.
[Ah, iya aku lupa lokasi tepatnya ada di toilet wanita bukan pria, meong]
"Aku sudah menunggunya sangat lama bahkan aku sudah tertidur di dalam toilet gara-gara menunggunya!" Ujar Azura dengan nada kesal.
[Iya iya. Maaf jangan marah seperti perempuan, meong]
"Tunggu, toilet wanita!? Bagaimana mana aku bisa masuk ke sana? Aku ini pria asli!"
...TBC...
Jangan lupa like, rate, coment dan vote ya. Ingat jangan lupa🤗😉 Tetap dukung author ya.
See you next chapter 😊🤩
Salam manis,
Tirfa_ledina
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
~«Rimuru°chan~»•
aku memikirkan ide berlian💡😏
2023-11-23
0
Jimmy Avolution
Keliru....
😀
2021-10-27
0
neuraax_
mampir lagi kaa
2021-10-22
0