"Apa harus latihan ketat seperti ini, Nana?" Ujar Azura sambil masih berlari.
[Lakukan saja perintahku ini, sekarang lakukan push up 100 kali, meong]
"Baik," Ujar Azura.
Azura sudah melakukan beberapa latihan fisik biasa mulai dari melakukan plak, push up, sit up, pull up, squat, lari cooper, dan shuttle run. Setelah melakukan push up ada sesuatu yang mengalir masuk ke dalam tubuhnya dan itu terasa hangat.
[Bagus. Sekarang sepertinya kau bisa mencoba pedang arwahmu itu, meong]
Azura mengangguk paham, pria itu lalu menjentikkan jari dan tiba-tiba muncul sebuah buah pedang yang masih melayang di udara. Azura lalu berusaha meraih pedang itu dan sebuah cahaya muncul.
"Wooh, ini lumayan keren seperti yang ada dalam film dan komik. Tapi kenapa berat, ya?" Ujar Azura.
[Tentu saja berat. Orang biasa yang mengangkatnya bisa mati jika tidak melakukan latihan fisik dariku, meong]
"Bukannya itu hanya latihan fisik biasa?" Gumam Azura.
Pedang Azura menghilang dengan sendirinya.Tiba-tiba muncul sebuah palu raksasa dan menghantam kepala Azura. Pria itu kini tidur di lantai dengan kepala yang sudah benjol akibat pukulan dari palu tadi.
"Baik, aku minta maaf Nana yang terhormat," Ujar Azura.
[Bagus, mulai sekarang kau harus memanggilku kakak, meong]
[Hari ini sampai di sini dulu. Aku ingin istirahat, meong]
"Baiklah kakak Nana," Ujar Azura.
Pria itu lalu melirik jam lusuh di tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Matanya membulat sempurna saat melihat angka yang di tunjukkan oleh jarum jam.
"Aaaaaa aku terlambat," Ujar Pria itu berlari kembali ke rumahnya yang berada 10 kilometer dari lokasinya sekarang.
...☄☄☄...
Dengan nafas tak beraturan pria itu berhasil masuk ke dalam sekolah dengan sepeda lusuhnya. Ia lalu menelantarkan sepedanya dan berlari dengan buru menuju kelas. Pria itu kemudian membuka pintu kelas dengan keras saat merasa sudah terlambat.
Semua yang ada dalam kelas menatap pria yang masih sibuk mengatur nafasnya di ambang pintu. Pria itu akhirnya sadar jika dia sudah menjadi pusat perhatian seluruh siswa termasuk guru yang ada di dalam kelas. Ia lalu hanya bisa tertawa canggung saat semua orang menatapnya.
"Maaf aku terlambat, bu." Azura tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena malu.
"Baru hari pertama masuk sekolah dan kau sudah terlambat!" Ujarnya.
Disisi lain semua siswa masih menatap kagum dengan ketampanan Azura di tambah lagi dengan keringat yang membasahi wajah membuat ketampanan pria itu naik seketika. Azura sedikit merasa tidak nyaman menjadi pusat perhatian, di kehidupannya yang lalu dia selalu di abaikan semua orang bahkan saat dia di hajar. Tak ada yang mau menolong atau meliriknya bahkan untuk sekali saja.
"Kebetulan ada sepuluh soal di papan tulis, kau kerjakan soal itu!" Ujar Ibu Ratna melipat kedua tangannya di dada.
Azura mulai menelan ludah saat ia melihat tatapan ibu Ratna yang seolah-olah akan membunuhnya jika salah melangkah. Pria itu lalu mengangguk dan mengambil spidol dari ibu Ratna. Tangan Azura tiba-tiba bergetar saat memengang spidol hingga membuat benda itu terjatuh dari tangannya.
"Memegang spidol saja tidak becus, bagaimana bisa dia menjawab soal," Ujar seorang pria di sudut sana.
Semua orang tertawa, Azura lalu mengepalkan tangannya saat melihat pria yang mengejeknya adalah Kevin. Pria di sudut sana masih tertawa hingga ibu Ratna mulai menegur mereka. Azura lalu memungut spidol dan langsung menulis apa saja yang terputar di kepalanya.
"Selesai," Ujar Azura memberikan spidol pada ibu Ratna.
Ibu Ratna masih tercengang melihat jawaban Azura yang terlihat detail dan mendalam. Wanita paruh baya itu kagum pada Azura yang bisa menjawab soal tingkat kuliah dalam sepuluh menit saja.
"Apa aku bisa duduk, bu?" Ujar Azura membuyarkan lamunan ibu Ratna.
"Ah, iya. Kau silahkan duduk," Ujar Ibu Ratna.
Azura duduk di bangku dekat jendela, beberapa gadis mulai mengagumi pria itu dan menargetkan Azura sebagai pengeran di hati mereka. Pelajaran lalu dilanjutkan hingga bel sekolah berbunyi menandakan sudah saatnya istirahat. Beberapa siswa lalu mengerimuni Azura dan mulai mengajak pria itu ke kantin bersama.
"Mau ke kantin bersama?" Ujar seorang gadis yang sedang bertingkah imut di depan Azura.
Azura tau para gadis ini tidak baik, ia masih ingat perlakuan ketiga gadis itu pada seorang siswa yang berani melawannya. Mereka juga pembuli dan Azura membenci pembuli.
Azura lalu kabur lewat jendela, pria itu melompat dari jendela lantai dua tanpa pikir panjang. Azura mendarat sempurna dan membuat semua siswa menatap dia dengan kagum sekaligus kaget. Pria itu terdiam sesaat mengagumi dirinya sendiri yang tampak keren itu hingga akhirnya berlari sekencang mungkin dari para gadis yang berteriak memanggilnya.
"Hei kau kenapa kabur?" Teriak Sindy dan Azura tetap berlari sangat kencang.
"Aish, ternyata sulit juga mendekati pria itu." Ujar Sindy.
"Tenang saja, Sindy. Kita bisa mendekatinya kapan-kapan," Ujar Dinar.
"Lebih baik kita bersenang-senang dengan pria lain dulu," Ujar Kayla.
"Betul juga masih ada Kevin tidak perlu mendekati yang lain dulu." Ujar Sindy dan pergi keluar kelas.
...☄☄☄...
Azura berhenti di taman belakang sekolah saat tak sengaja terpeleset jatuh ke selokan. Pria itu mulai merutuki kebodohannya sendiri, Azura bersyukur saat taman terlihat sepi hingga tak ada yang melihat kejadian memalukannya itu. Azura lalu berusaha keluar dari selokan saat tiba-tiba sebuah wajah muncul di depannya membuat pria itu kembali jatuh ke dalam selokan.
"Aduh, kenapa aku sangat sial hari ini," Ujar Azura.
"Apa kau manusia?" Ujar seorang gadis.
"Tentu saja aku manusia!" Ujar Azura sedikit kesal mendengar perkataan itu.
"Kau benar-benar manusia?" Ujarnya lagi.
Azura lalu melompat dari selokan dan berdiri di depan seorang gadis yang masih memasang wajah datar. Pria itu lalu memegang kedua bahu gadis itu untuk lebih dekat pada wajahnya.
"Dari sisi mana aku tidak seperti manusia?" Ujar Azura.
"Dari semua sisi," Ujar gadis itu.
Seketika Azura membeku mendengar perkataan yang langsung menusuk tepat di jantungnya. Gadis itu tiba-tiba memberikan saputangan miliknya pada Azura.
"Kau terlihat seperti moster lumpur," Ujarnya dengan senyuman.
'Mulutmu yang seperti moster pemakan hati' Batin Azura.
Azura lalu membuang muka dan memilih untuk diam. Gadis tadi tiba-tiba membersihkan wajah Azura membuat hati pria itu tersentuh melihat wajah cantik gadis itu. Azura kemudian menahan tangan gadis itu untuk membiarkannya untuk bisa menatap wajah gadis di depannya itu.
Azura akhirnya ingat pada gadis ini. Dia adalah Anindira Devina yang sering di rumorkan memiliki kutukan dalam dirinya. Semua orang menjauhi gadis ini, karena takut terkena kutukan. Gadis itu lalu menarik tangannya dari Azura yang sedang menatapnya dengan intens lalu kemudian akhirnya berlari pergi.
"Kenapa dia yang lari? Bukannya harus aku yang lari dari dia?" Ujar Azura.
...☄☄☄...
Setelah menganti pakaiannya dengan pakaian olahraga pria itu lalu tiba di kantin sekolah. Azura duduk di bangku paling ujung, pria itu sudah terbiasa duduk di sudut. Azura dulu pernah menyelamatkan seorang kakek tua yang hampir tenggelam di danau yang ternyata adalah pemilik sekolah elit ini. Berkat hal ini juga Azura dapat bersekolah tanpa biaya apapun karena hutang budi kakek itu pada Azura.
Priiiiiiiitt
Seseorang meniup peluit yang membuat semua pandang tertuju pada gadis dengan tulisan tertib di lengan baju sekolahnya. Gadis itu masih sibuk menegur Sindy dan teman-temannya yang bahkan tidak mendengar semua omelan gadis itu.
"Aish, dasar berisik. Pergi sana!" Ujar Sindy.
"Kau melanggar peraturan sekolah dengan membawa alat make up" Ujarnya.
"Terus, kenapa?" Ujar Sindy.
"Kau harus mendapatkan hukum," Ujarnya.
Sindy tersenyum dan berdiri sambil menatap tidak suka pada gadis tadi. Sindy lalu menarik rambut gadis itu, semua siswa di kantin hanya menonton tanpa ingin untuk menolong. Azura bagun dan menghampiri Sindy dan teman-temanya yang sibuk menyiram gadis ketua tata tertib dengan soda.
"Apa yang kalian lakukan?" Ujar Azura menarik tangan Sindy dari rambut gadis tadi.
"Kau?!" Ujar Sindy dan tiba-tiba melepaskan tangannya sambil memperbaiki pakaiannya.
"Kau tidak apa-apa?" Ujar Azura tak peduli pada Sindy yang mulai menggodanya.
Azura lalu merampas jaket seorang pria yang baru saja lewat dan memasangnya pada ketua tata tertib. Sindy akhirnya pergi dengan kesal karena selalu di abaikan oleh Azura. Pria itu berniat pergi namun gadis ketua tata tertib menahannya dengan menarik pakaian olahraganya.
"Tunggu! Kau siapa?" Ujar gadis itu ragu.
"Ah, aku Azran Azura." Azura lalu pergi.
"Hei, namaku Elin Auristela!" Teriak Elin dan Azura hanya mengangguk lalu pergi.
[Dasar kurang modal, menggunakan jaket orang lain untuk mendapatkan hati seorang gadis, meong]
Nana tiba-tiba muncul dan mengagetkan Azura. Beruntung sekarang dia ada di toilet dan tidak ada orang di dalam toilet ini, jika tidak mungkin dia akan malu saat ada yang mendegar dia hampir berteriak.
"Kau mengagetkan aku, Nana! Jantungku ini lemah jadi jangan muncul tiba-tiba dong," Ujar Azura.
[Aku datang karena sudah mendapatkan lokasi hantu yang harus kau tangkap itu, meong]
"Apa aku harus menangkap sekarang? Aku belum mempersiapkan hati dan jantungku."
[Sepertinya aku harus menganti namamu dengan bodoh, meong]
...TBC...
Hai, hai. Nggak bosan ingati para pembaca buat Like, rate, coment dan vote. Ayo dukung author ya☺️☺️🤗
Salam manis,
Tirfa_ledina
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Ayo....
2021-10-27
0
neuraax_
like buat othorr
2021-10-22
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like, jejak dan vote kak
semangat terusss💪💪💪
2020-12-09
1