Buanglah Mantan Pada Tempatnya !
Jika ada yang bilang ku lupa kau
Jangan kau dengar
Jika ada yang bilang ku tak setia
Jangan kau dengar
Banyak cinta yang datang mendekat
Ku menolak
Semua itu karena ku cinta kau
Lagu dari BCL memecah keheningan ketika Dara sedang asyik membaca novel detektif dikamarnya. Dia meraih HP yang ada tepat di sampingnya. Sesaat dalam hatinya bertanya siapa yang meneleponnya? Senyum langsung mengembang ketika dia membaca nama yang ada di layar HP.
"Halo, Assalamu'alaikum," sapa Dara.
"Wa'alaikum salam. Lagi ngapain, Ra?" tanya sang penelepon.
"Gak ngapa-ngapain lagi santai aja sambil baca novel. Kenapa? Ada apa, Kak?" tanya Dara sembari dia membenarkan posisi duduknya.
"Ada waktu sebentar gak? Aku mau ngomong serius."
"Iya, Kak. Ada apa?"
"Dengerin baik-baik ya.” Sang penelepon berdehem mencoba membersihkan tenggorokannya agar tidak mengganggu dan lebih nyaman.
"Bismillahirrahmanirrahim," lanjut sang penelepon. "Ra, kamu mau gak menikah denganku? Menjadi ibu dari anak-anakku kelak?"
Deg ! Jantung Dara langsung berdebar kencang. Dia merasa ingin langsung teriak Yes,I will, tetapi kemudian dia langsung menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Dara mematung tak percaya.
"Ra, kamu masih di sana?" Pertanyaan sang penelepon langsung membuyarkan lamunan Dara.
“I-iya, Kak," jawab Dara dengan terbata-bata.
"Tapi, apa aku boleh meminta sedikit waktu untuk menjawabnya?"
"Boleh, sangat boleh. Aku kasih waktu paling cepat tiga hari ... paling lama satu minggu. Bagaimana?"
"Baik, Kak. Aku ... akan coba memikirkannya," jawab Dara sambil mengatur nada bicaranya. Dia tidak mau kalau sang penelepon tahu apa yang sebenarnya ada di dalam hatinya.
"Baiklah kalau begitu. Pikirkan baik-baik. Aku tunggu jawabannya segera. Jika jawabannya itu Ya. Aku akan langsung menemui kedua orang tuamu."
Senyum makin mengembang di bibir Dara.
"Baik, Kak. Aku akan memikirkannya baik-baik."
"Ya sudah, aku tutup teleponnya. Jangan terlalu larut baca novelnya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam." Dara memandangi ponselnya.
Dara mulai senyum-senyum sendiri sambil meraih dan memeluk guling yang ada di dekatnya. Antara percaya dan tidak, seseorang yang baginya sangat susah untuk diraih tiba-tiba mengutarakan perasaannya. Bukan untuk menjadi seorang pacar, tetapi untuk menjadi istrinya, pendamping hidupnya, ibu dari anak-anaknya kelak.
Kak Ardi. Seorang lelaki yang dicintai Dara sejak dulu. Tetapi, saat itu Dara tidak bisa mengutarakan perasaannya kepada Kak Ardi. Karena dia tahu, kalau ini adalah perasaan yang salah. Waktu itu Dara masih mempunyai pacar.
Tiba-tiba raut muka Dara berubah. Dia ingat kalau ada quote yang mengatakan ‘Manusia bisa berencana tapi tetap Tuhan yang menentukan’. Gadis itu mulai berpikir. Apakah nanti jika aku jawab ya kita akan sampai ke pelaminan? Apakah semua akan berjalan dengan lancar? Bagaimana jika tidak? Bagaimana jika salah satu keluarga aku atau dia ada yang tidak setuju lalu membatalkan rencana pernikahan? Apakah nanti aku masih bisa berteman dan bersahabat kembali dengan Kak Ardi? Apakah rasa pertemanannya masih sama? Atau malah canggung dan akhirnya putus komunikasi seperti beberapa waktu yang lalu?
Jika memang itu yang akan terjadi Dara merasa tidak rela. Baginya, Kak Ardi adalah sahabat terbaiknya. Seseorang yang mau dengan sabar mendengar setiap curahan hatinya. Bersama Kak Ardi, Dara bisa meluapkan semua emosinya tanpa rasa canggung. Pernah sekali waktu Dara bercerita tentang kekasihnya dahulu. Dia bercerita dengan penuh emosi hingga akhirnya air mata pun tumpah dan membasahi pipinya. Dengan sabar Kak Ardi mendengarkan semua keluh kesah kisah percintaannya.
Ketika Dara hanya ingin meluapkan unek-uneknya, maka Kak Ardi pun akan menjadi pendengar yang setiap. Tidak akan berkomentar sepatah kata pun. Dan ketika Dara menginginkan sebuah pendapat, maka Kak Ardi pun akan memberikan pandangannya yang terbaik dan tidak memaksakan sarannya itu. Dia tidak mau kehilangan seseorang seperti Kak Ardi.
Bagi Dara, Kak Ardi adalah paket lengkap. Seorang pria tampan, dengan kepribadian yang menyenangkan serta pandai membawa suasana. Kak Ardi punya perbendaharaan lelucon-lelucon konyol hingga garing yang akan membangkitkan kembali mood Dara.
Dara merebahkan dirinya, mencoba untuk tidur dan menghilangkan pikiran-pikiran negatif itu. Dia mencoba mengingat beberapa lelucon yang pernah dilontarkan Kak Ardi yang membuatnya tertawa terbahak-bahak dan menghilangkan kesedihannya. Tanpa disadari Dara tertawa kecil karena mengingat kenangan itu.
Diraihnya ponsel dan membaca jam yang tertera di layar. Sudah jam sebelas malam, berarti sudah lebih dari satu jam yang lalu Kak Ardi meneleponnya. Dara menghela napas. Mencoba memejamkan mata, mencoba berpikir jernih dan mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengutarakan maksud Kak Ardi ke mama papa esok hari. Dara berharap kedua orang tuanya akan mengembalikan keputusan ada pada dirinya. Dan semoga mereka memberikan restu pada keputusan apa pun yang akan diambilnya nanti dan Dara pun berharap keputusan yang akan diambilnya nanti apa pun itu, itulah yang terbaik. Semoga.
Dara mulai memosisikan tubuhnya. Mencari posisi yang nyaman untuk membawanya ke alam mimpi. Dara mencoba memejamkan mata sambil memeluk guling. Dan tiba-tiba dia tersenyum. Dia kembali membuka matanya. Dibelainya guling yang ada di dalam peluknya.
"Jika Tuhan mengizinkan, tidak ada halangan yang membentang dan apa yang aku inginkan jadi kenyataan. Berarti tidak lama lagi aku tidak akan memerlukan guling ini. Karna nanti ada seseorang yang aku cintai sejak dulu dia yang nantinya akan menjadi guling hidup untukku. Ah! Bahagianya. Muah!" Dara mencium gulingnya bertubi-tubi. Dia malu dengan tingkahnya sendiri. Dia mencoba menyembunyikan wajahnya di balik bantal guling yang ada di pelukannya.
"Hmm. Apa yang dilakukan Kak Ardi sekarang ya? Apakah dia sedang merasakan yang sama seperti yang aku rasakan? Adakah rasa cemas yang meliputi hatinya seperti aku ini? Atau justru dia sedang merasa bahagia karena sudah bisa mengutarakan isi hatinya? Atau malah ternyata dia biasa-biasa saja? Atau mungkin sudah tidur nyenyak sekarang?" Dara bergumam sendiri. "Jika kamu sudah tidur, apakah kamu sedang memimpikan aku?"
Plak!
Dara menepuk jidatnya. Dia baru ingat kalau besok pagi dia harus bangun pagi karena ada beberapa pekerjaan yang tertunda kemarin. Sedangkan pekerjaan itu akan dipresentasikan hari itu juga. Dara membolak-balikkan badannya mencari posisi agar dia segera terlelap. Tidak berhasil.
Dara tiba-tiba tersenyum lagi. Suara Kak Ardi yang berdehem terngiang-ngiang ditelinganya.
" Hem ... hem ... hem .... Bismillahirrahmanirrahim." Dara menirukan suara Kak Ardi ketika telepon tadi.
"Andai aku bisa menjawab langsung, Kak ... tanpa memikirkan hal ini itu ..., tetapi jika tidak dipikirkan aku takut menyesal kemudian." Dara menghela napas.
Dara kembali memeluk gulingnya erat dan memejamkan mata. Berusaha untuk terlelap dengan menghitung domba hingga akhirnya terbawa ke alam mimpi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
₵ⱨɽł₴ ø₭₮₳vł₳
ku tunggu feedback mu thor di novel aku.
CEWEK CULUN BERUBAH MENJADI CEWEK CANTIK.
2021-03-15
0
Miyazaki
lanjut thorr,udah aku like,jangan lupa feedback ke karya ku
2021-02-01
0
Rian Cappuchino
Hadir kak...
Jangan lupa datang ke novelku ya.Judulnya " Ray Stardust."
Kutunggu kedatangan kalian
2021-01-14
0