Chapter 4: Ketertarikan Putri Alexa dan Pertarungan yang Makin Gila

Dimas masih berdiri di tengah arena yang sekarang penuh dengan reruntuhan. Udara terasa berat oleh aura para tetua dan prajurit keluarga Leonhart yang mengelilinginya dari segala arah. Sisa asap dari serangan Pangeran Wu Xian yang sebelumnya masih mengepul, tapi perlahan mulai menghilang, memperlihatkan sosok Dimas yang sama sekali tidak terluka. Tubuhnya berdiri tegap, tanpa ada lecet atau darah sama sekali.

Mata para tetua menatapnya dengan serius. Mereka sudah melihat dengan mata kepala sendiri bahwa pangeran mereka, Wu Xian, telah gagal menjatuhkan Dimas, bahkan pedang pamungkas Wu Xian pun hancur tanpa alasan yang jelas. Itu pedang kelas atas yang mereka tahu kualitasnya jauh di atas senjata biasa.

Sementara itu, Dimas tetap tenang. Ia tidak bergerak, hanya memperhatikan semua orang di sekitarnya sambil menarik napas pelan. Dalam pikirannya, rasa ragu masih ada. Biar bagaimana pun, ini pertama kalinya dia menghadapi para pendekar tingkat tinggi. Dia tidak memiliki dasar seni bela diri, apalagi teknik bertarung ala kultivator di dunia ini.

Tapi… entah kenapa, ada rasa percaya diri yang perlahan tumbuh di dadanya. Dia masih merasa aneh dengan tubuhnya sendiri. Setiap ia menggerakkan otot, ada kekuatan besar yang mengalir, meskipun menurut sistem, itu hanya satu persen dari kekuatan tubuh naga yang sebenarnya.

“Kalau satu persen aja gini… gimana kalo seratus persen?” pikir Dimas sambil mengangkat tangan kanannya perlahan.

Di depan Dimas, salah satu tetua tua melangkah maju. Jubah panjangnya berkibar tertiup angin, dan tongkat kayu berukir naga kecil dipegang erat. Ia mengerutkan alis, menatap Dimas dengan aura pembunuh yang tajam. Ia tidak berbicara panjang lebar, hanya menjejakkan tongkatnya ke tanah.

Gelombang energi langsung terpancar, dan dari ujung tongkat itu melesat rantai hitam yang melingkar seperti ular, langsung menuju tubuh Dimas dengan kecepatan tinggi. Tetua itu jelas ingin mengikat tubuh Dimas, membuatnya tidak bergerak sebelum mereka menyerangnya secara serempak.

Dimas hanya menatap rantai itu dengan tatapan datar. Begitu rantai itu hampir sampai di tubuhnya, Dimas mengayunkan tangannya ke samping. Tidak ada teknik, tidak ada kekuatan spiritual yang dia gunakan. Hanya gerakan sederhana dari orang biasa.

Namun, hasilnya di luar dugaan.

BRAK!

Rantai hitam itu langsung terpental, hancur berkeping-keping seperti kaca. Serpihannya beterbangan di udara, membuat tetua itu tercengang. Sebelum dia sempat menarik napas, Dimas melangkah maju dan melepaskan satu pukulan lurus ke arah dadanya.

DUARR!

Tetua pertama itu langsung terpental puluhan meter, menabrak beberapa tiang penyangga aula besar kerajaan. Suara retakan tulang terdengar jelas, sebelum tubuhnya jatuh ke tanah, pingsan tanpa sempat melawan lagi.

Seketika itu juga, dua tetua lainnya langsung bergerak. Salah satunya adalah seorang wanita tua dengan rambut putih yang diikat ke belakang. Ia mengangkat kipas phoenix berwarna merah menyala. Dengan gerakan cepat, dia membuka kipasnya, menciptakan gelombang panas yang seketika mengubah suhu ruangan. Dari kipas itu, kobaran api raksasa muncul, melingkar membentuk tornado besar yang mengarah langsung ke Dimas.

“Tornado Phoenix!” serunya, membuat prajurit di sekitarnya menjauh karena suhu yang amat panas.

Dimas melihat gelombang api itu mendekat. Ia sedikit mengernyit, lalu melangkah maju tanpa ragu. Ia mengangkat kakinya, lalu menghentakkannya keras ke Lantai.

BOOOOM!

Hentakan itu menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan lantai tempatnya berdiri, sekaligus menghempaskan tornado api itu seketika. Api yang tadinya membara langsung padam, seolah tertelan udara dingin.

Mata wanita tua itu membelalak tak percaya. Sebelum dia sempat melakukan apapun lagi, Dimas sudah berada di depannya. Dengan tangan kosong, Dimas mengayunkan telapak tangannya ke pipi wanita itu.

PLAK!

Sebuah tamparan pelan menurut Dimas, tapi justru membuat tubuh wanita itu terlempar seperti boneka, menghantam dinding aula dan langsung pingsan. Suara benturan keras menggema, membuat semua yang melihat itu makin gemetar ketakutan.

Sisa satu tetua lagi. Seorang pria kekar yang sejak tadi diam, kini bergerak cepat. Ia memegang dua belati pendek, melesat dari arah belakang Dimas. Dengan kecepatan tinggi, ia menusukkan dua belatinya ke punggung Dimas, tepat di titik-titik vital yang seharusnya fatal.

Namun, suara yang terdengar hanya seperti besi menabrak logam.

TING! TING!

Belati itu tidak bisa menusuk kulit Dimas. Si pria kekar itu melongo. Ia langsung mundur beberapa langkah, tapi Dimas sudah berbalik pelan, menatapnya dengan tatapan dingin.

Tanpa banyak bicara, Dimas menyikut ke belakang.

DUARR!

Sikutannya mengenai dada pria kekar itu, membuat tubuhnya terlempar ke udara, menghantam langit-langit aula, sebelum jatuh menghantam lantai keras dengan suara BRAK! dan pingsan.

Kini, ketiga tetua utama keluarga Leonhart tumbang begitu saja. Semua prajurit yang menyaksikannya tampak ragu. Mereka saling menatap, beberapa dari mereka gemetar, sebagian lain sudah mulai melangkah mundur tanpa sadar.

Namun, suara lantang Pangeran Wu Xian membuyarkan kebimbangan mereka. “Apa kalian semua ingin mati?! SERBU DIA! HANCURKAN DIA!!” teriak Wu Xian, matanya merah penuh amarah bercampur rasa takut.

Dimas mengalihkan pandangan ke arah para prajurit yang mulai maju lagi. Kali ini jumlah mereka jauh lebih banyak. Setiap prajurit membawa senjata sihir, tombak, pedang, dan perisai dengan lambang naga emas keluarga Leonhart.

Namun, Dimas tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun. Ia berdiri santai, lalu mengepalkan kedua tangannya. "Yah, ngelawan rame-rame mah biasa ya..." gumamnya santai.

Para prajurit itu menyerbu bersamaan. Ada yang melemparkan tombak energi, ada yang melepaskan panah api, dan beberapa yang lain mencoba menebas dengan pedang yang bersinar oleh kekuatan spiritual.

Dimas mulai bergerak lebih cepat. Dia menendang prajurit pertama yang datang dengan tameng besar. Tubuh prajurit itu langsung melayang seperti karung tepung, menghantam lima orang di belakangnya sekaligus.

Yang lain mencoba memanfaatkan celah, menebas kaki Dimas dengan sabit sihir. Namun, sabit itu hanya menimbulkan suara TING! tanpa melukai sedikitpun. Dimas hanya mengangkat kakinya dan menginjak prajurit itu ke tanah. Suara KRAK! terdengar jelas, membuat yang lain bergidik.

Dimas semakin terbiasa dengan kekuatan tubuhnya. Pukulan dan tendangannya lebih terarah, lebih presisi, walau tetap tanpa teknik khusus. Ia bahkan mulai menggunakan tamparan dan hantaman pundak, membuat tiap prajurit yang terkena terpental tanpa ampun.

Di sisi lain, kadang-kadang Dimas terpental karena serangan bertubi-tubi, bahkan sempat menabrak meja besar yang penuh makanan pesta. Makanan dan piring terbang ke mana-mana. Tapi anehnya, tubuh Dimas sama sekali tidak terluka. Ia hanya berdiri lagi seperti tak terjadi apa-apa.

“Cuma segini doang? Gila, badan gue keras banget,” kata Dimas sambil terkekeh. Dia mulai menikmati pertarungan ini. Pukulan yang semula terasa ragu-ragu kini semakin kuat dan mantap.

Sementara itu, di atas panggung pernikahan, Putri Alexa menatap Dimas tanpa berkedip. Ia melihat dengan jelas bagaimana pria asing itu bertarung, sendirian, tanpa teknik, hanya dengan kekuatan fisik semata, tapi mampu mengalahkan prajurit terbaik kerajaan.

Mata emas Alexa mulai berbinar. Wajahnya yang semula dingin dan datar kini berubah menjadi merah muda, pipinya merona. Ia menggigit bibir bawahnya pelan, menahan perasaan yang tiba-tiba muncul di hatinya.

“Dia... luar biasa,” bisik Alexa pelan.

Selama ini, Alexa merasa hidupnya terkekang oleh aturan keluarga. Ia harus menikahi pria yang tidak ia sukai demi memperkuat kerajaan Leonhart. Wu Xian adalah pangeran dari kerajaan kuat, tapi dia kasar, kejam, dan tidak pernah memperlakukan Alexa dengan baik.

Tapi sekarang... muncul seseorang seperti Dimas, yang bukan siapa-siapa, tapi berani melawan semuanya. Ia menghancurkan harga diri Wu Xian di depan banyak orang, bahkan membuat semua tetua dan prajurit kerajaan Leonhart tak berdaya.

Alexa menatap Dimas dengan pandangan berbeda. Ia mulai merasakan sesuatu yang bahkan tidak pernah dia rasakan sebelumnya—ketertarikan yang tulus.

Di medan pertempuran, Dimas akhirnya berdiri di tengah puluhan prajurit yang tergeletak tak bergerak. Beberapa masih hidup, tapi tak mampu bangkit lagi. Ia menghembuskan napas, menatap Pangeran Wu Xian yang sejak tadi hanya berdiri terpaku, tubuhnya gemetar.

Wu Xian melihat semua bawahannya dikalahkan begitu saja. Ia melangkah mundur, wajahnya pucat. “Tidak... tidak mungkin...” gumamnya, matanya terbelalak.

Dimas berjalan pelan ke arahnya. Setiap langkahnya menciptakan suara dentuman berat di lantai yang pecah-pecah. Sampai akhirnya, Dimas berhenti tepat di depan Wu Xian.

“Lu pangeran ya?” tanya Dimas datar. “Tapi cupu amat.”

Wu Xian mengertakkan gigi, mengangkat tinjunya, mencoba menyerang. Tapi sebelum ia sempat bergerak, Dimas menendangnya di perut.

DUARR!

Tubuh Wu Xian terpental jauh ke belakang, menghantam kursi pelaminan dan menghancurkan segalanya. Ia jatuh ke tanah, batuk darah, tidak bisa bergerak lagi.

Dimas berjalan mendekat, lalu membungkuk, mencengkeram kerah Wu Xian dan mengangkatnya seperti karung beras.

“Selesai, kan?” tanya Dimas sambil menatap mata Wu Xian yang penuh ketakutan.

Wu Xian hanya bisa menatap tanpa berkata apa-apa, napasnya terengah-engah.

Saat itulah, Putri Alexa melangkah mendekat dari belakang Dimas. Gaun pengantinnya berkibar pelan, rambut panjangnya jatuh menutupi sebagian wajah cantiknya.

Dimas menoleh, menatap Alexa yang kini berdiri hanya beberapa langkah darinya.

“Aku bersedia ikut denganmu,” kata Alexa pelan namun tegas.

Dimas melongo. “Hah? Maksud lo?”

Alexa mengangguk pelan. “Pernikahan ini bukan keinginanku. Aku dipaksa demi kepentingan politik. Tapi kau... kau menarik perhatianku.”

Dimas diam sejenak. Ia mengangkat bahu, lalu tersenyum tipis. “Ya udah, ikut aja.”

Alexa tersenyum kecil, lalu berdiri di samping Dimas. Tangannya menggenggam ujung gaun pengantin itu erat, seakan siap meninggalkan semua yang ia punya.

Dan di saat itu, Dimas merasa... hidupnya di dunia baru ini bakal makin seru.

 

BERSAMBUNG...

Episodes
1 Chapter 1 - Awal Mula
2 Chapter 2: Tugas Pertama dan Pilihan Mematikan
3 Chapter 3: Pedang Wu Xian Hancur, Takluknya Sang Pangeran
4 Chapter 4: Ketertarikan Putri Alexa dan Pertarungan yang Makin Gila
5 Chapter 5: Harga Sebuah Tugas dan Awal Bencana Aliansi
6 Chapter 6: Perang Tanpa Ampun, Tapi Tetap Ada Batasannya
7 Chapter 7 - Penginapan
8 Chapter 8 - Orang dari kerajaan Wu
9 Chapter 9 - Pertarungan Kerajaan Wu
10 Chapter 10 - Kehancuran Kerajaan Wu
11 Chapter 11 - Ling Yuan
12 Chapter 12 - Hutan Roh
13 Chapter 13 - Aura Naga
14 Chapter 14 - Bandit
15 Chapter 15 - Pertarungan
16 Chapter 16 - Kota Manggang
17 Chapter 17 - Malam Di kota Manggang
18 Chapter 18 - Petir Merah Dan Portal Reruntuhan Kuno
19 Chapter 19 - Reruntuhan Kuno
20 Chapter 20 - Rahasia Reruntuhan Kuno
21 Chapter 21 - AK - 47
22 Chapter 22 - Formasi
23 Chapter 23 - Lorong
24 Chapter 24 - Long Bing
25 Chapter 25 - KAISAR DEWA
26 CHAPTER 26 - Raja Leonhart
27 CHAPTER 27 - Kerajaan Abbysia menyerang.
28 CHAPTER 28 - Utusan Kaisar Dewa
29 Chapter 29 - Pertarungan
30 CHAPTER 30 - PRIA BERJUBAH PERAK
31 Chapter 31 - Pewaris Penjaga Dunia
32 Chapter 32 - Warisan Lan Mu dan Awal di Kota Batu Hitam
33 Chapter 33 - Sekte Pedang Jiwa
34 Chapter 34 - Sekte Pedang Jiwa menghilang
35 Chapter 35 - Sebuah Ponsel dan Lembah Yama
36 Chapter 36 - Lembah Yama
37 Chapter 37 - Sebuah Kuali
Episodes

Updated 37 Episodes

1
Chapter 1 - Awal Mula
2
Chapter 2: Tugas Pertama dan Pilihan Mematikan
3
Chapter 3: Pedang Wu Xian Hancur, Takluknya Sang Pangeran
4
Chapter 4: Ketertarikan Putri Alexa dan Pertarungan yang Makin Gila
5
Chapter 5: Harga Sebuah Tugas dan Awal Bencana Aliansi
6
Chapter 6: Perang Tanpa Ampun, Tapi Tetap Ada Batasannya
7
Chapter 7 - Penginapan
8
Chapter 8 - Orang dari kerajaan Wu
9
Chapter 9 - Pertarungan Kerajaan Wu
10
Chapter 10 - Kehancuran Kerajaan Wu
11
Chapter 11 - Ling Yuan
12
Chapter 12 - Hutan Roh
13
Chapter 13 - Aura Naga
14
Chapter 14 - Bandit
15
Chapter 15 - Pertarungan
16
Chapter 16 - Kota Manggang
17
Chapter 17 - Malam Di kota Manggang
18
Chapter 18 - Petir Merah Dan Portal Reruntuhan Kuno
19
Chapter 19 - Reruntuhan Kuno
20
Chapter 20 - Rahasia Reruntuhan Kuno
21
Chapter 21 - AK - 47
22
Chapter 22 - Formasi
23
Chapter 23 - Lorong
24
Chapter 24 - Long Bing
25
Chapter 25 - KAISAR DEWA
26
CHAPTER 26 - Raja Leonhart
27
CHAPTER 27 - Kerajaan Abbysia menyerang.
28
CHAPTER 28 - Utusan Kaisar Dewa
29
Chapter 29 - Pertarungan
30
CHAPTER 30 - PRIA BERJUBAH PERAK
31
Chapter 31 - Pewaris Penjaga Dunia
32
Chapter 32 - Warisan Lan Mu dan Awal di Kota Batu Hitam
33
Chapter 33 - Sekte Pedang Jiwa
34
Chapter 34 - Sekte Pedang Jiwa menghilang
35
Chapter 35 - Sebuah Ponsel dan Lembah Yama
36
Chapter 36 - Lembah Yama
37
Chapter 37 - Sebuah Kuali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!