Kultivasi Sang Dewa Iblis
Kehidupan yang ramai, orang-orang sibuk dengan kehidupan masing-masing. Para pemimpin keluarga berdagang, beternak, serta perajin barang-barang hanya semata-mata menghidupi keluarga mereka. Kota Wu penuh dengan kenikmatan duniawi bagi sebagian orang. Di dunia ini juga tidak terlepas dari kultivasi, kota Wu hanyalah sebuah kota di pinggir benua. Sulit bagi orang-orang mengumpulkan sumber daya.
Sebuah paviliun obat menjulang dengan tiga lantai. Orang lalu lalang keluar dari bangunan ini. Diatasnya ada seseorang dengan jubah abu-abu panjang dan rambut yang terurai berhembus tertiup angin. Mata coklatnya bersinar memantulkan cahaya matahari.
Sudah ditinggal orang tuanya sejak kecil itulah nasib pahit yang harus dihadapi Yun Feng. Seorang pemuda berusia 15 tahun dengan tubuh kurus. Keadaan memaksanya untuk bertahan hidup seorang diri. Karena kesusahan untuk menghidupi dirinya sendiri mencuri adalah alasannya tidak kelaparan sampai sekarang.
“Malam panjang, angin dingin, tulang menggigil. Jalan yang rumit, perut kosong terus menempuh kesulitan. Lumbung milik si kaya terisi penuh tetapi…apakah ada yang peduli dengan si miskin? Orang miskin hanya menatap langit yang biru tanpa adanya harapan yang bisa diraih. Apakah mengambil sesuatu berdosa sedangkan langit tidak bertindak? Tanyakan saja pada langit!” Suara seraknya penuh dengan keluh kesah.
Seluruh penjuru kota terlihat di matanya. Tidak ada satupun sudut kota yang tidak bisa dilihat Yun Feng. Matanya melihat sekeliling seperti mencari sesuatu. Yun Feng menyipitkan matanya sekarang menatap lalu lalang jalan yang ramai. Pandangannya terkunci pada seorang pria gempal mengenakan jubah biru muda yang kelihatan mewah, Yun Feng tidak bisa menyembunyikan senyuman liciknya.
Tubuh Yun Feng dengan cepat melompat turun. Itu seperti berbahaya untuk melompat dari lantai tiga tetapi, Yun Feng sudah bintang dua ‘Qi Gathering’. Yun Feng bisa memusatkan qi pada kakinya untuk meringankan berat tubuhnya.
Yun Feng turun di gang celah dua bangunan. Dia sudah bersiap disana entah apa yang akan dilakukannya. Dia berjalan dengan cepat, kepalanya tertunduk dan agak lesu. Dia keluar dari gang dan berada di jalan utama kota. Dia tidak melambatkan langkahnya dan terus berjalan lurus, matanya sesekali melirik ke depan.
Bruk!
Dia dengan keras menabrak pria gempal yang diincarnya dari tadi. Nampak ekspresi marah dan jijik ketika Yun Feng menabraknya. Pria itu lumayan kuat, dengan benturan yang lumayan keras tadi hanya menggoyangkan bahunya. Pria itu meneriaki Yun Feng yang mencuri pandangan dari orang-orang yang lewat.
“Pengemis bau apa kau buta!” Teriak marah pria itu.
Yun Feng menggigil untuk memikat keprihatinan orang lain, “Maafkan aku tuan!” Suara lemah Yun Feng. Melihat sekeliling orang-orang yang melihatnya dia mengurungkan niatnya untuk menghajar Yun Feng. Pria itu menggelengkan kepala dengan kesal sebelum mengibaskan tangannya mengisyaratkan untuknya pergi.
“Kau pergilah!” Ucap pria gempal.
Tanpa mengucapkan sepatah kata Yun Feng pergi dengan akting ketakutan. Banyak orang memandangnya dengan rasa kasihan mengingat umurnya yang tergolong muda. Tetapi dengan langkah perlahan Yun Feng meloloskan dari keramaian.
Senyuman licik Yun Feng tergambar di sudut bibirnya saat dia memasuki gang sepi. Dia memegang kantong uang yang cukup berisi. Yun Feng bertingkah sangat tenang seolah itu adalah makanan sehari-harinya. Pemuda itu menatap kantong itu dengan senyuman bahagia. Tepat saat suara perutnya keroncongan memenuhi gang. Yun Feng berjalan meliuk-liuk di gang sebelum dia berada di jalan lain yang cukup ramai di kota.
Dia teringat saat-saat dia pertama kali mencuri. Saat itu umurnya sepuluh tahun. Ada rasa ketakutan dan keraguan padanya ketika dia akan melakukan hal itu. Tetapi perutnya yang lapar seolah membisikan pada hatinya untuk meyakinkan. Yun Feng kecil mendekat perlahan-lahan sambil mengawasi penjaga toko roti yang sedang sibuk mencetak adonan.
Bau wangi dan sedap dari roti yang dipanggang masuk ke hidung Yun Feng membuat perutnya seakan melilit. Yun Feng kecil dengan langkahnya yang pelan akhirnya sampai di depan kios roti. Dia merendahkan tubuhnya agar tidak terlihat, saat penjaga toko itu masih sibuk dengan cepat Yun Feng merampas satu roti dan segera berlari kencang.
Penjaga toko yang mendengar langkah kakinya berhenti sejenak dari aktivitasnya dan memeriksa sekitar. Matanya menyipit marah ketika dia melihat Yun Feng berlari membawa sebuah roti dari tokonya tanpa membayar, orang itu langsung meneriaki pencuri itu.
Yun Feng menegang, jantungnya berpacu lebih cepat. Penjaga toko itu untungnya tak mengejar. Yun Feng belok ke salah satu jalan kecil dia melihat sekeliling terutama ke belakang berjaga-jaga memastikan dirinya aman. Yun Feng kecil menyandarkan tubuh mungilnya ke tembok bangunan yang dingin dia mengelus dadanya. Dia sedikit lega dan tertawa kecil melihat sebuah roti hangat di tangannya.
Mengingat kejadian masa kecilnya tak sadar Yun Feng tersenyum kecil sebelum akhirnya tersadar di jalan yang cukup ramai. Dia berjalan melewati kios-kios dan ada juga pedagang kaki lima. Yang mereka jual bermacam-macam mereka yang menjual makanan aromanya akan menggugah selera, dan mereka yang berjualan pernak-pernik perhiasan akan memikat mata yang memandangnya.
Langkah Yun Feng terhenti di depan kios makanan. Dia melirik dan melihat roti panggang yang sangat sedap. Penjaga toko itu menyapa Yun Feng dengan ramah. Matanya berbinar melayani pelanggan miliknya. Penjaga kios itu tertawa kecil sebelum berkata.
“Tuan pelanggan…silahkan dilihat-lihat mungkin ada yang menggugah selera bagi anda.” Nada penjaga itu ramah.
Yun Feng melihat berbagai makanan yang berada di kios itu kemudian dia terkunci di roti panggang. “Aku mau ini!” Ucap Yun Feng menunjuk ke roti sebelum matanya tersapu ke tusukan manisan “Dan ini juga!”
Yun Feng memberikan beberapa keping koin digantikan sebuah roti dan tusuk manisan. Pemuda itu tersenyum tipis sebelum dia melihat ke atas, langit sudah berwarna oranye. “Malam akan tiba…aku akan menuju tempat favoritku di kota.” Pikir Yun Feng.
Tempat yang dimaksud adalah atap paviliun pil. Selain di sana dia bisa menikmati pemandangan luar kota yang indah, aroma obat juga menambah kenyamanan di hati Yun Feng. Pemuda itu sampai di paviliun pil, dia menatap ke atas atap yang sangat tinggi. Hampir mustahil bisa melompatinya untuk kebanyakan orang. Tetapi ini hanya hal mudah bagi Yun Feng.
Sambil membawa kedua makanan di kedua tangannya dia sedikit menekuk lututnya ke depan mengambil ancang-ancang.
Wush!
Tubuh Yun Feng bagaikan bulu yang ringan, sangat mudah untuk naik. Yun Feng mendarat sempurna di atap yang disambut cahaya oranye dari matahari yang akan tenggelam. Pemuda itu duduk menekuk satu lututnya sedangkan yang lainnya dibiarkan lurus. Menikmati makanannya dia menatap sunset sungguh keindahan baginya yang ia rasakan saat ini.
Malam berganti pagi tetapi tidur bukanlah cara Yun Feng melewati malamnya. Di kesunyian itu dia duduk bersila di atas atap dengan mata terpejam. Dia sedang berkultivasi dengan menyerap energi Qi yang dihasilkan oleh alam. Meskipun, dikala angin menerpa yang membuat tubuhnya menggigil tidak akan meluluhkan tekadnya.
Sinar matahari pagi menyelinap ke mata Yun Feng, kehangatan membuat dia membuka matanya perlahan. Para pedagang ramai-ramai membuka kios-kios kecil mereka. Pemuda itu berdiri meskipun rasa pegal mencengkram kakinya. Yun Feng menatap ke bawah dengan badan yang sedikit condong. Tanpa perlawanan tubuhnya terjatuh ke bawah. Secepatnya Yun Feng menata kembali tubuhnya saat berada di udara dengan mendaratkan kakinya terlebih dulu.
Dia berjalan tanpa tujuan melewati jalanan yang semakin lama menjadi ramai. Hiruk pikuk orang jual-beli memenuhi setiap sudut jalan. Tidak ada yang membuat Yun Feng berhenti kecuali sebuah papan pengumuman yang terpajang sebuah dekrit pemberitahuan. Tubuh Yun Feng terpaku di depan papan itu, matanya tak berhenti membaca sebuah kertas di sana.
Senyuman licik muncul di wajahnya dan matanya semakin tajam. “Tujuanku untuk menjadi abadi akan dimulai dari sini!” Suaranya serak saat dia bergumam.
Yun Feng bergegas pergi, dan yang dia baca adalah sebuah pengumuman bertulis: “Perekrutan Murid Sekte Awan Hijau”
...Tingkatan Kultivasi:...
...1. Qi Gathering...
🌟 1-15
Qi Refining
🌟 1-10
Foundation Established
🌟 1-10
Core Development
Awal, Menengah, Puncak
Immature Soul
Awal, Menengah, Puncak
Spirit King
Awal, Menengah, Puncak
Void Transformation
Awal, Menengah, Puncak
Saint Realm
🌟 1-10
Heavenly Monarch
🌟 1-5
Immortal Emperor
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments