Setelah Klenting Kuning menghilang dari pandangan, Ande tiba-tiba berjongkok, seolah lututnya kehilangan kekuatan. Telinganya yang tersembunyi di balik rambut memerah hebat, seakan bisa meneteskan darah karena panasnya.
Dia menatap kedua tangannya. Sentuhan lembut tubuh gadis itu masih tertinggal jelas di kulitnya. Bahkan aroma harum khas gadis itu masih melekat di hidungnya, memabukkan.
Apakah semua gadis seperti ini...?
Tapi satu hal yang benar-benar membuatnya heran adalah betapa rampingnya pinggang gadis itu. Seolah hanya sebesar lengannya.
Apa dia tidak makan dengan cukup selama dua tahun ini?
Perasaan bahagia dan cemas campur aduk memenuhi dadanya. Ande menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri.
Ande ini bukanlah orang lain. Dia adalah Ande-ande Lumut, Raden Panji.
Alasannya datang ke sini bukan semata-mata untuk menyambut kedatangan Jenderal Yuyu seperti yang dia katakan sebelumnya. Alasan sesungguhnya jauh lebih pribadi, dia hanya ingin bertemu dengan Klenting Kuning.
Setelah baru saja memeluknya, meski terjadi karena kecelakaan, Ande merasa hatinya begitu penuh. Kerinduannya yang telah dipendam selama dua tahun seolah terbayar lunas dalam sekejap.
Dengan langkah ringan dan senyum tak tertahan, Ande kembali ke rumahnya.
Dia memang tidak berbohong saat mengatakan bahwa dirinya adalah pendatang di desa ini.
Sejak menyadari perasaannya pada Klenting Kuning, Ande sering kali datang ke desa itu, hanya untuk berharap bisa melihat sosok gadis yang selalu mengisi pikirannya. Meski tak menemukan apa-apa, dia tetap datang… dan menunggu.
Kepala Desa yang menyadari kehadirannya yang rutin, akhirnya menawarkan untuk membangunkan rumah agar Ande bisa tinggal lebih nyaman. Tentu saja Ande menyetujuinya tanpa banyak pikir.
Dia pun memilih membangun rumah di hulu sungai, tempat yang tenang.
Sekarang, tempat itu tidak hanya menjadi ruang baginya untuk menunggu kepulangan Klenting Kuning, tapi juga berfungsi sebagai titik pertemuan rahasia dengan para bawahan kepercayaannya.
Saat memasuki kawasan rumahnya, senyum di wajah Ande perlahan memudar. Tatapan hangat yang tadi sempat muncul di tepi sungai kini berganti dengan ekspresi dingin dan datar, topeng yang sudah lama dia kenakan sebagai Raden Panji.
Beberapa bawahannya sudah menunggu di dalam. Mereka sama sekali tidak menyadari perubahan suasana hati Ande. Bagi mereka, dia tetap pangeran yang tenang dan tak tergoyahkan.
Mereka mulai membacakan laporan satu per satu.
“Yang Mulia, Patih Anuraka mulai menjalin kerja sama dengan para pedagang dari negeri seberang, khususnya di wilayah sungai bagian timur…”
Ande hanya mengangguk kecil, mendengarkan tanpa banyak reaksi.
Laporan demi laporan terus bergulir.
“...terakhir, mengenai Klenting Merah. Ratu telah memintanya dipindahkan ke Istana Bunga karena terlalu berisik.”
Ande tidak berkata apa-apa. Tapi matanya sedikit menyipit.
Istana Bunga. Nama yang terdengar indah, tapi sebenarnya adalah tempat pengasingan. Terletak di ujung wilayah istana, jauh dari pusat kerajaan. Meski bangunannya megah dan tampak mewah, tidak ada satu pun pelayan yang tinggal di sana secara permanen. Sunyi, kosong. Tempat bagi mereka yang tak lagi diinginkan.
Apakah Klenting Merah tahu artinya? Entahlah.
Ande tidak peduli.
“Yang Mulia,” lanjut bawahannya, “Putri Purbararang dari Kerajaan Barat meminta pertemuan pribadi.”
“Tolak,” jawab Ande singkat.
“Baik,” sang bawahan menunduk, hendak mundur, tapi suara Ande menahannya.
“Tunggu.”
Bawahan itu menoleh, bingung. Tatapannya menunjukkan sedikit kecemasan.
Ande terdiam sejenak, lalu dengan pelan mengangkat kedua tangan. Di masing-masingnya tergantung satu potong pakaian.
“Ehem… bantu aku memilih,” katanya, agak canggung. “Menurutmu, mana yang lebih cocok untuk kupakai nanti malam?”
Bawahan itu: …
Hening. Sejenak sang bawahan hanya bisa memandangi pangerannya dengan wajah tertegun, nyaris tak percaya. Siapa dia? Dimana dia? Dapatkah seseorang memberitahunya siapa orang ini!
Dan juga Pangeran, kedua baju itu hanya baju rakyat biasa. Bagaimana dia harus memilih antara baju itu!
Bawahan merasa kepalanya menjadi besar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments